21. Kehangatan

19 1 0
                                    

Hallo!!!
Anyeongg!
Bila disiniiii!!

Apa kabarr ??
Jangan lupa vote ya. Semoga sukaa
Terimakasihh!!

Happy reading!!


"Kamu duduk sini dulu ya, aku mau pesan minuman buat kamu," ucap Abyasa setelah mereka memasuki  sebuah cafe.

Thania hanya mengangguk kan kepala nya saja. Rafkha berjalan menuju tempat untuk pemesanan dan menunggu pesanannya disana. Setelah sekitar 15 menit menunggu Abyasa akhirnya mendapatkan pesanannya.

"Ini aku udah pesan air mineral sama matcha latte kesukaan kamu kan?" ucap Abyasa sambil menaruh nampan yang berisi air mineral, matcha latte favorite Thania dan segelas kopi untuknya.

"K-kamu tau?" ucap Thania sedikit terkejut, kareka Abyasa mengetahui minuman favorite nya. Bahkan Rafkha saja tidak tahu.

"of course, aku tahu semua tentang kamu."

*****

Dua bulan lalu, Rafkha sempat mengajak Thania ke sebuah cafe yang berada di pusat kota.

"Aku pesan dulu ya, kamu mau apa," tanya Rafkha.

"Terserah aja,"

"Oke, tunggu sebentar ya."

Setelah 20 menit menunggu, Rafkha kembali dengan dua cup es cokelat di tangannya.

"Ini aku beliin, es cokelat, kamu suka kan?"

"I-iya," jawab Thania sedikit ragu, karena gadis itu tak begitu menyukai cokelat.

"Kamu sama ya kayak Ahlya, dia juga suka cokelat,"

"Oh, Ahlya ya, bahkan kamu gatau aku suka apa," batin Thania detik itu juga.

Kemudia Thania hanya memberikan senyum tipis.

*****

"Thania, jangan melamun," tegur Abyasa pada Thania.

Thania langsung tersadar dari lamunan nya, setelah Abyasa menggoyang kan tangannya di depan wajah Thania.

"I-iya, makasih,"

"Sama-sama."

Thania mulai meneguk sedikit air putih lalu matcha latte miliknya.

"Udah enakan sekarang?" ucap Abyasa setelah beberapa menit terjadi keheningan diantara mereka. Thania lalu menjawab dengan anggukan saja.

Gadis itu melihat keluar kaca, terlihat awan hitam memenuhi langit sore itu. Mendung. Abyasa pun turut memandangi di arah mata gadis itu melirik.

"Bentar lagi hujan, mau pulang?" ucap Abyasa setelah melihat langit yang hitam sore itu. Langit seakan tau isi hati Thania yang sedang bersedih tanpa warna.

Setelah beberapa detik Thania pun menggelengkan kepalanya. "K-kamu kalau mau pulang, pulang aja gapapa aku masih mau disini," ucap Thania tanpa menatap Abyasa.

"Nggak, aku bakal nemenin kamu disini,"

"Makasih, Asa,"

"Iya."

"Thania," panggil Abyasa kepada gadis di depannya itu.

Thania pun segera menoleh ke arah Abyasa seolah mengatakan 'apa?'

"Aku boleh minta tolong sesuatu?" ucap Abyasa.

"Boleh, apa?" jawab Thania tanpa ragu.

Abyasa langsung menatap dan meraih tangan Thania untuk ia genggam.

"Tolong ya, sehancur apa pun kamu seputus asa apa pun, seberantakan apa pun, sejahat apa pun orang disekitar kamu, tolong jangan sakiti diri kamu sendiri. Siapa yang bisa peduli ke diri kamu kalau bukan diri kamu sendiri, tolong ya aku mohon," ujar Abyasa, ia tidak ingin gadis di depannya berlarut terlalu dalam.

"Masih ada aku disini, kalau butuh apa-apa bilang sama aku. kamu punya kebahagiaan kamu sendiri tapi bukan sekarang, semua akan indah pada waktunya. Mungkin sekarang belum, ini masih proses kamu menjemput kebahagiaan mu itu, percaya ya suatu saat kamu akan bahagia," sambung Abyasa.

Thania sudah tidak tahu lagi akan mengatakan apa lagi di depan laki-laki ini. Gadis itu hanya bisa berkaca-kaca dan sedetik kemudian air mata nya terjun bebas.

Setiap tetes adalah racun, menggores bagian pipinya yang pucat pasi. Meninggalkan bekas luka yang tak akan pernah sembuh. Aliran air mata itu bukan sungai kecil yang tenang, namun arus deras penuh amarah dan penyesalan, menhanyutkan serpihan-serpihan dirinya yang telah hancur.

"Udah, hei jangan nangis lagi," ucap Abyasa lalu berdiri menghampiri gadis itu dan memeluknya. Memberikan dekapan hangat yang selama ini tak pernah ia dapatkan.

Hallo halloo!!
Gimana sama ceritanya? suka ngga? semoga suka ya.

jangan lupa vote

⚪🔵

Tentang Aku, kamu, dan Putih Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang