19. Kehancuran

24 1 0
                                    

Hallo!!!
Anyeongg!
Bila disiniiii!!

Apa kabarr ??
Jangan lupa vote ya. Semoga sukaa
Terimakasihh!!

Happy reading!!

"Aku capek, seperti di bunuh berkali-kali namun tak kunjung mati," ---Thania Raqila semesta

🍁🍁🍁🍁🍁

Tepat satu minggu kedua orang tua Thania pergi keluar kota. Hari ini Ibunya memasuki rumahnya seorang diri, tanpa ayahnya. Thania terheran-heran melihat ibunya, wajahnya tampak pucat dan lesu. Wanita yang kerap di panggil mama oleh Thania itu pun langsung memasuki kamarnya tanpa mengatakan sepatah kata pun pada sang putri.

Thania yang hendak berangkat sekolah itu pun terheran-heran, tidak biasanya ibunya seperti ini. kenapa mama sendirian, papa dimana? tanya Thania dalam hatinya.

Thania melangkah kan kakinya menuju keluar rumah, dan deperti biasa sudah ada Rafkha di depannya.

"Ayo Than," ucap Rafkha dengan santai.

"Aku gamau, aku udah pesen ojek online. Maaf ya," ucap Thania tanpa menatap wajah Rafkha.

"Kamu kenapa?" tanya Rafkha.

"Eh itu udah dateng, duluan ya," ujar Thania lalu berlari menghampiri ojek tersebut.

"Atas nama Thania ya," ucap bapak  ojek tersebut.

"Iya pak," jawab Thania lalu tersenyum.

"Yaudah, ini helm nya. Ayo mbak,"

Thania pun segera menerima helm dari bapak ojek tersebut dan menaiki motornya.

"Udah mbak?" tanya bapak ojek itu.

"Iya, udah pak,"

Rafkha hanya memandangi Thania, ia tak bisa berkata-kata apapun.

"Mari mas," ucap bapak ojek itu kepada Rafkha.

Kemudian mau tak mau Rafkha tersenyum dan mengangguki bapak itu.

*****

Bel istirahat pertama pun berbunyi.

Rafkha segera keluar kelas dan berlari menuju kelas Thania. Matanya menelisik seisi kelas, namun nihil tidak ada Thania disana. Lalu ia bertanya kepada Raja yang kebetulan berada di kelas saat itu.

"Ja, tau Thania gak?" tanya Rafkha.

"Tadi sih dia ijin ke UKS pas jam kedua, sakit katanya," ucap Raja, lalu pergi meninggalkan Rafkha.

Kemudian Rafkha berjalan menuju UKS dan ia menemukan Thania tengah berbaring disana.

Thania yang mendengar pintu terbuka pun langsung menoleh, dan melihat Rafkha berada di ambang pintu UKS tersebut.

"T-thania," panggil Rafkha.

"Ada apa?" ucap Thania dengan sedikit ketus.

"Kamu kenapa?"

"Gapapa,"

"M-maaf ya kemarin aku lupa," ucap Rafkha menunduk.

"Udah biasa, emang selalu gitu kan? Lupa, lupa, lupa! terus, kalo emang belum bisa lepas yaudah jangan cari pengganti nya!"

"Sama aja kamu jadiin aku pelampiasan kalo kayak gini jadinya, tau nggak!" ucap Thania dengan nada tinggi.

"Sekali lagi, maaf Thania. Aku bakal perbaiki ini semua, tolong kasih aku kesempatan," mohon Rafkha.

"Udah cukup ya aku kasih kamu dua kali kesempatan, TAPI APA! KAMU SIA-SIA IN ITU!"

"Iya aku tau, aku salah tapi tolong maafin aku,"

"Maaf, aku udah nggak bisa lagi. Hati aku udah terlanjur SAKIT DAN KECEWA SAMA KAMU! Sekarang kamu pergi! mulai sekarang kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi,"

"T-tapi Than-"

"PERGI!" potong Thania.

"Aku udah salah menaruh kepercayaan ku yang kedua kalinya sama kamu," batin Thania saat melihat punggung laki-laki itu mulai tidak terlihat.

Dengan gontai Rafkha melangkahkan kaki nya keluar dari ruang UKS. Dia tau kali ini kesalahannya memang sudah tidak bisa di maafkan. Thania sudah sangan kecewa dengan Rafkha.

*****

"MAU KAMU APA SIH MAS!" terdengar teriakan Wanda dari dalam rumah, saat Thania baru saja hendak memasuki rumah nya.

"Iya aku tau aku salah, maafin aku Wanda," ucap Harman.

"KAMU UDAH KETERLALUAN KALI INI, AKU KECEWA SAMA KAMU!" ucap Wanda terdengar teriakan yang menyakitkan.

"Ini ada apa? papa udah pulang?" gumam Thania sebelum memasuki rumah.

"AKU KHILAF WANDA!" kini Harman pun ikut meninggikan suaranya.

"Khilaf kamu bilang? Udah berkali-kali aku tau kamu itu SELINGKUH! tapi aku masih diam aja, dan sekarang kamu hamilin perempuan itu!" ucap Wanda sambil menunjuk langit-langit rumahnya.

Degh!

Mendengar kata selingkuh, hati Thania terasa sangan sakit. Apa lagi ini Tuhan? Thania capek.

Thania langsung bergegas memasuki rumahnya, dan terlihat banyak pecahan kaca di sana. Kedua orangtuanya terlihat sangat kacau.

"Ma... Pa...," ucap Thania dengan pelan.

Keduanya sontak menoleh ke arah Thania. lalu Wanda berkata,

"Thania kamu mau ikut mama atau papa? Kita mau bercerai," ucap Wanda.

Sungguh kalimat itu yang sangat di takuti oleh Thania, tapi pada akhirnya salah satu orang tua nya mengucapkan kalimat tersebut.

Air mata Thania langsung meluruh saat itu juga. "Thania mau sama kalian berdua,"

"Nggak bisa Thania!" ucap Wanda.

"Wanda! Saya tidak bilang kalau mau bercerai," ucap Harman.

"Lantas jika tidak bercerai, akan kau apakan wanita itu. Aku tidak mau membuat anak yang di kandung nya lahir tanpa seorang ayah. KAMU HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERBUATAN KAMU!"

"Baiklah jika itu mau mu, kita bercerai sekarang juga. Aku akan urus persyaratannya," ucap Harman.

"Kamu Thania, ikut mama kamu aja," lanjut Harman.

Seperti di bunuh berkali-kali namun tak kunjung mati.

Seketikan air mata Thania meluruh sangat deras, begitu juga dengan Wanda. Thania segera menghampiri dan memeluk Wanda.

Hallo halloo!!
Gimana sama ceritanya? suka ngga? semoga suka ya.

jangan lupa vote

⚪🔵

Tentang Aku, kamu, dan Putih Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang