3

2K 182 9
                                    

Matahari mulai terbit dari timur. Cahaya matahari mulai masuk kedalam kamar Winter. Golden jendela sudah terbuka lebar sejak subuh hari, lampu kamar juga sudah nyala. Aktivitas didalam ruangan juga sudah ada.

Kamar yang berantakan sekarang sudah rapi. Winter juga sudah berpakaian rapi menggunakan seragam sekolah, matanya melirik ke arah jam yang tergantung di dinding.  Angka yang di tunjukkan sudah menunjukan jam seluruh anggota keluarganya sudah bangun.

Dia berjalan keluar kamarnya. Hal pertama dirinya lihat saat keluar dari kamarnya, dia melihat sosok kakak perempuannya yang baru saja keluar dari kamar. Keduanya mata itu bertemu, sudut bibir keduanya terangkat menjadi sebuah senyuman  yang indah di pagi hari.

"Selamat pagi adik kecil," ucap kakak perempuannya berjalan menghampiri adiknya itu. Dia mencubit pipi tembem adiknya dengan gemas. "Udah rapi aja adik kecil ini." Lanjutnya.

"Kak Yerii ih! Sakit!" Keluh gadis yang bernama musim dingin itu. Bukannya merasa bersalah, Yeri semakin gemas pada Winter.

"Kamu gemesin banget tau," ucap Yeri menusuk pipi Winter menggunakan Jari telunjuknya. Sedangkan Winter justru meranjuk, karena tidak suka pipinya itu di pegang.

"Bodo amat!" Ucap Winter meninggalkan Yeri yang tertawa melihat adiknya merajuk. Dia segera menyusul adiknya, sebelum gadis bungsu itu melaporkan dirinya kepada orang tuanya.

"Mami! Lihat Kak yeri! Masa Pagi-pagi mphhh—" mulut Winter ditutup oleh Yeri menggunakan telapak tangannya. "Hehehe selamat pagi semua," ujar Yeri tersenyum kepada orang-orang yang berada di meja makan.

"Eri kamu lakuin apa lagi sayang? Sampe adek kamu merajuk gitu. Tangannya di lepas dong, kasihan adek kamu mau ngomong tapi di tutupin sama kamu."

Yeri pun melepaskan tangannya dan semakin membuat anak bungsu itu merajuk. Winter berjalan ke meja makannya dengan wajah cemberutnya.

"Pagi-pagi dah cemberut aja dek. Hati-hati loh kalau cemberut mulu nanti takut setan datang loh." Mendengar itu gadis bungsu itu langsung pundung.

"Mami lihat Kak Haechan~"

"Chan."

"Hehehe mami." Cenggir Haechan saat maminya melotot padanya.

"Hadeh, kalian ini suka banget jahilin Winter," ucap sang kepala keluarga itu yang tersenyum lebar di tengah meja makan itu.

"Winter lucu tau ma kalau dia lagi pundung," ujar Yeri dan langsung di setujui oleh Haechan dengan mengangguk kepalanya. Kedua pasangan itu hanya bisa tersenyum mendengar perkataan anak ketiganya.

Mereka merasa bersyukur telah melahirkan anak yang saling menyayangi satu sama lain. Walaupun dengan rahim dua perempuan yang berbeda, tetapi tidak pernah sekali pun mereka saling benci. Bahkan ikatan batin mereka sangat lah kuat.

"Ngomong-ngomong Kak Jaehyun mana? Kok gak kelihatan dari pagi?" Tanya Hechan tentang kehadiran si Sulung.

"Jae? Tadi pagi dia pamit ke mami sih. Dia bilang ada jadwal terbang keluar negeri, katanya sih ada jadwal bertemuan Klien."

"Loh? Aku kira Jaehyun gak jadi ambil proyek kerja sama dengan orang singapura itu, ternyata jadi juga." Kagum kepala keluarga itu pada anak Sulungnya.

"Emang mau rekrut artis lagi ma?" Tanya Yeri.

"Rencana tahun depan mau debutin grup baru. Makanya lagi nyari orang buat kompetisi lagi." Jelasin si Kepala Keluarga.

Keluarga itu pun memakan makanan nya sambil bercerita beberapa hal. Dari hal tidak penting sampai menjahili Winter.

Winter ayo sekolah!!

Suara teriakan Kazuha terdengar hingga ke ruang makan. Tepat pada waktunya, Winter sudah selesai sarapan.  Dia segera membereskan dirinya setelah itu pamit pada keluarganya dan berangkat ke sekolah.

_____

Mobil berukuran besar itu atau biasanya mereka menyebutnya mobil alphard, mulai memasuki parkiran sekolah. Lahan luas itu masih terisi hanya beberapa mobil saja, biasanya jika sudah jam masuk maka sudah banyak kendaraan mewah terparkir disana. Mobil itu terpakir rapi di salah satu tempat disana, pengendara itu tidak asal parkir sembarang yang bisa menyebabkan keributan.

Pintu mobil terbuka lebar. Tiga gadis dengan tinggi badan sangat berbeda itu turun dari mobil hitam itu. Terlihat ekspresi wajah ketiganya berbeda-beda. Pintu mobil bagian depan pun terbuka, menghadirkan dua gadis lain.

"Kan gue bilang apa, kita tuh kepagian datangnya." ucap Yujin dengan cengiran khasnya itu. Ryujin yang mendengar ucapan dari temannya itu, dia langsung menoyor kepala Yujin.

"Gue anak osis! Kalau gue telat, mau taro dimana muka gue," omel Ryujin kesal.

"Muka bisa di taro? Bahasa Indonesia disini gini?" Tanya Kazuha dengan polosnya.

"Gue cabut dulu!" ujar Winter sudah capek meladeni temannya.

"WOI LO MAIN NINGGALIN GUE!" teriak Ning Yi. Untung saja saat ini pakiran masih sepi, bagaimana kalau misalnya ramai, tidak mungkin gadis keturunan cina itu akan berteriak seperti itu.

— —
Winter berjalan santai di tengah kordinar sekolah. Tidak ada seorang pun di sana, hanya beberapa orang yang di sana. Berjalan santai sambil bersenandung bahagia.

Di saat sedang  berjalan santai. Tiba-tiba beberapa gadis datang dan menghalangi Winter membuat gadis berambut pendek itu menghentikan langkah kakinya. Dia menatap gadis di depannya dengan tatapan datar.

"Morning Winterku!!!" Gadis tersenyum lebar. Gadis itu berjalan di samping Winter dan mengalung lengan Winter dengan manjanya.

Winter melepas tangan gadis itu dari lengannya. Setelah itu berjalan meninggalkan gadis itu yang kesal.

Suara tawa seseorang bergema di kordinar sekolah, membuat beberapa gadis itu menoleh kearah sumber suara itu. Seakan-akan kehadiran orang itu tidak dipanggil, orang itu bisa muncul kapan aja.

"Dah puas lo ketawanya jalang?" Ujar gadis itu.

"Belom sih, soalnya masih gue pengen ketawain lagi. Kasihan di tolak HAHAHAHA" tawanya sekali lagi membuat para gadis di sana menahan amarah mereka. Tangan mereka di kepal.

"RIN! AYO NGAPAIN LO DISANA SAMA PARA L*NTE?!!" teriak Minju dari jauh.

"Gue lagi ketawain si bangsat di tolak sama orang!" Balas Karina membuat Minju juga ikut tertawa dari kejauhan.

"Aduh, kayaknya gue harus pergi deh. Daripada di sini, bau k*ntol." Ucap Karin pergi meninggalkan para gadis itu.

"Yuna lo gak mau lawan apa? Jambak kek minimal!" Ucap gadis tinggi itu yang memiliki bibir tebal itu.

"Tunggu aja tanggalnya, gue bakal bikin dia bersujud!" Balas Yuna sambil memandang pungung Karina sudah menjauh.

—TBC—

DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang