5

2.1K 178 4
                                    

Mobil berwarna merah berhenti tepat di depan sekolah. Semua orang matanya tertuju pada mobil yang mencolok itu, mesin mobil pun mati. Pintu mobil itu terbuka.  Kaki jejang itu menampak dirinya, setelahnya kepala orang tersebut keluar dari mobil. Kakinya menyentuh aspak jalan dengan sepatu hak tingginya. 

Kemunculan seorang wanita di jam istirahat anak sekolah membuat dirinya mendapat sorotan perhatian yang sangat besar. Aksesoris hitam terpasang dibagian kedua mata, tidak lupa dengan tas berwarna merah terpasang di antara siku tangannya. Kesan seperti wanita berkelas dan mahal. 

Salah satu penjaga sekolah langsung berlari ke arahnya. Penjaga itu merendahkan dirinya, dan tersenyum lebar kepada Wanita itu. "Selamat pagi Bu Irene, Selamat datang kembali kesini bu," ujar Penjaga itu dengan ramah. Wanita itu menatap kearah penjaga itu dengan wajah datarnya.

Sebuah senyuman lebar terpancar di wajah cantiknya. Irene menyerahkan kunci kendaraan kepada penjaga itu. "Terima kasih untuk sambutannya ya pak. Minta tolong ya pak, tolong pakir di tempat biasa," ucap Irene dengan nada lembut.

"Siap Bu."

Penjaga itu pun mengambil kuncinya dan memasuki kendaraan mewah itu. Irene yang melihat itu hanya tersenyum lebar. Matanya melihat ke arah depan sekolah itu dengan penuh senyuman bangga, matanya melihat ke arah setiap murid sekolah itu. Dia memberikan mereka dengan senyuman ramahnya.

Dia melangkah memasuki gedung itu. Semuanya sudah banyak berubah, bahkan dulu saat dirinya masih sekolah di sana. Belum ada namanya loker sekolah, tapi sekarang sudah ada. Memasuki tempat ini membuat Irene seolah-olah kembali ke masa lalu.

Masa dimana dia masih memakai seragam sekolah. Setiap dirinya datang, semua orang akan menyapanya, menggodanya, dan mencoba cari perhatian padanya. Satu hal yang tidak pernah Irene lupa adalah suara berisik sahabatnya. Suara yang selalu menghiasi setiap paginya, walaupun kadang mereka berdebat.

Langkah kakinya berhenti tepat pada sebuah rak dilapisi kaca yang berada di koridor sekolah. Dia menatap rak itu penuh dengan air mata yang terkumpul di ujung mata. Dirinya bukan sedih, namun dia rindu masa sekolahnya dan sahabatnya.

Matanya melihat setiap foto di setiap rak itu, sampai matanya terhenti pada satu foto. Sebuah foto yang menjadi sebuah kenangan untuknya, dia menyentuh kaca penghalang itu dengan sebuah senyuman di wajahnya.

"Hi! I'm back here, I miss you bear~" Senyuman di dalam fotonya itu adalah senyuman terlebar yang pernah dia berikan kepada seseorang. Dirinya tidak menyangka hal itu sudah lewat dengan waktu begitu cepat. Sekarang semua orang sudah kembali fokus pada jalan masing-masing.

"Mommy!" panggil seseorang dari arah lain. Irene menoleh kepalanya ke arah sumber suara itu. Mengetahui siapa yang memanggilnya, Irene tidak bisa menghentikan senyuman lebarnya.

"Hi my daughter." gadis itu langsung berlari ke arahnya dan memeluk Irene dengan erat.

"Mommy I miss you so...much!!!" ujar gadis itu dengan bahagia.

"I miss you too my baby." kedua hubungan darah saling melepaskan rindu mereka lewat pelukkan singkat itu, walaupun cuma bentar namun sangat jarang sekali seorang anak sedekat itu dengan ibunya. Apalagi anak perempuan.

"Mommy kenapa ke sekolah? mommy pasti dari airport kan!"

Irene tersenyum lebar dan mengelus kepala gadis itu dengan lembut. "Mommy kesini karena ada urusan sama kepala sekolah kamu sayang dan juga Mommy kangen sama the little Lawrence, udah tiga hari mommy gak dengar suaranya." jelasin Irene. mendengar itu gadis itu kembali memeluk ibunya kali ini begitu erat.

Dia juga sama rindu dengan ibunya itu. Tiga hari tanpa sosok beliau, dia merasa kesepian. Selama Beliau tidak ada, dia selalu menghabiskan waktunya dengan bermain ke tempat sahabatnya membuat rumah itu tidak terisi selama tiga hari.

"Nanti mau makan malam sama mommy? mommy ada sesuatu buat kamu loh."

Mata Karina langsung berbinar-binar. Dia dengan cepat mengangguk ingin makan bersama dengan ibunya, tanpa memikir sesuatu itu apa. Dia hanya ingin makan bersama dengan ibunya.

___________                                                                                                                                                                             Ketegangan yang terjadi pada di ruangan radio. Kepala yang memanas dan tatapan tajam dari gadis berambut pendek itu. Gadis itu bangkit dari tempat duduknya. Dia membanting lembaran kertas putih itu ke meja, nafasnya tidak teratur karena emosi yang meledak begitu aja.

"Kenapa kayak gini lagi?! Gue udah bilang kalau gue gak akan mau nambah member baru paham gak?!" teriak Winter pada Ryujin yang takut. Salahnya sih terlalu bernyali untuk menyampaikan permintaan kepala sekolah padanya, padahal dia tau sendiri sahabatnya pasti akan selalu menolaknya sampai kapan pun.

"Tapi Win, ini bokap lo yang suruh..."

"Gue gak mau! gue udah bilang berapa kali. Lo kan bisa tolak ke dia! buat apa sih lo jadi osis kalau urus kayak gini gak bisa!" marah Winter.

Ryujin tidak merasa tersinggung sama sekali. Karena dia tau sendiri resiko menghadapi Winter apalagi berhubungan dengan ruang radio. Semua sahabatnya tau, Winter tidak suka dengan orang yang memaksanya. Ryujin pun menghela nafas, akhirnya dia mengangkat kepalanya dan menatap sahabatnya.

"Nanti gue bilang ke pak Baekhyun, nanti gue jelasin lagi."

"Kalau sekali lagi minta kayak gitu lagi, gue beneran gak segan buat habisin lo! ingat itu!" ucap Winter setelah itu melangkah pergi meninggalkan Ryujin sendiri di dalam itu.

Pintu ruangan itu dibanting keras oleh Winter. Dalam posisi itu Ryujin hanya bisa menghela napas saja, dia tidak bisa melakukan apa-apa, cukup diam saja sudah cukup. Dia pun berjalan keluar ruangan itu.

Saat pintu ruangan di buka. Ryujin terkejut dengan sosok Yeji kebetulan banget akan lewatin ruangan itu. Melihat kehadiran gadis bermata sipit itu, Ryujin menghela napasnya. Dia melirik ke sekitarnya, berharap tidak ada yang melihat keberadaan keduanya.

"Kamu kenapa?" Tanya Yeji memegang kedua bahu tegap itu. gadis sipit itu merasa khawatir apalagi tadi dia tidak sengaja mendengar teriakkan dari Winter.

"Biasa lah, permintaan pak Baekhyun bikin dia marah." ucap Ryujin.

Yeji menarik Ryujin kedalam pelukannya. Dia tahu bahwa gadis itu lelah, karena harus menghadapi semua tugas sekolah di tambah permintaan kepala sekolahnya yang selalu membuat Ryujin cecok dengan sahabatnya. Tangannya terangkat dan menepuk pelan bahu belakangnya.

"Everything will be okay Love~"

"Makasih udah selalu ada Dear. Maaf ya kita harus menyembunyikan hubungan kita dulu, aku belum mau semua orang tau apalagi keluarga ku."

"it's okay, aku mengerti kok"

Ryujin tersenyum mendengarnya. Dia menggerat pelukannya itu, rasa nyaman seperti ini membuat Ryujin merasa bersyukur. Dia tidak menyangka gadis yang dulu sering membuatnya stress karena sering mengganggunya mengejar gadis lain saat dirinya menjadi wakil ketua osis, malah sekarang menjadi kekasihnya yang selalu menyenangkanya disaat lelah, sedih, kecewa atau di saat dia senang, gadis itu selalu ada bersamanya.          

-TBC-

Maaf ya update minggu ini cuma satu, soalnya lagi sibuk. 


DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang