25

1.5K 153 27
                                    

Biasanya orang kalau keluar rumah sakit itu istirahat, kurangkan aktivitas berat, melakukan olahraga ringan, bersantai, atau melakukan hal-hal positif yang bisa mempercepat penyembuhan. Tetapi sepertinya hal normal dilakukan oleh orang yang sedang sakit, tidak berlaku lagi untuk Karina.

Di fajar hari, dia sudah menghabisi seorang pria dengan babi buta. Dalam kondisi kepalanya masih diperban dengan kain kasa, Karina bisa buat seorang pria berbadan besar babak belur, berserta cairan merah mengalir keluar dari pelipis dan hidung.

Walaupun kondisi belum membaik, kekuatan Karina jangan diragukan. Belajar taekwondo selama lima tahun, tidak membuat Karina lupa dengan ajarannya.

Karena masih fajar, jadi orang-orang tidak tahu mengapa Karina memukuli pria itu. Saat datang, mereka sudah melihat percikan darah, di beberapa tempat koridor sekolah. Penyesalan pria itu datang di akhir kesekaratannya, seharusnya dia mencari masalah saat siang hari bukan pagi hari. Jadi sudah dipastikan, pria itu akan masuk ke rumah sakit, dan mungkin akan mengalami tidur yang panjang.

Tidak ada yang bisa menghentikan kegilaan Karina, mereka semua hanya menjadi penonton.

Melihat kericuhan pagi hari, membuat Yeji dan Giselle penasaran. Mereka baru saja sampai, mereka penasaran dengan perkumpulan orang-orang.

"Ada yang berantem? Atau di ajak pacaran?" tebak Yeji.

"Masa jam segini sih? Lihat yuk!" ajak Giselle bersemangat. Gadis keturunan jepang langsung pergi meninggalkan Yeji berdecak kesal padanya. Memang dasar Giselle kepo.

Mereka pun menyelip lewat dari kerumunan manusia. Seketika keduanya terkejut melihat siapa orang yang menarik perhatian semua orang. Yeji dan Giselle dengan cepat berlari, mereka menahan Karina.

"Ngapain berhentiin gue anjing! Biarin gue bunuh ini sampah satu! Jadi orang gak pernah bisa jaga mulutnya bangsat!" menggamuk Karina.

"Udah Rin, kasihan udah mau mati dia," ucap Yeji menenangkan Karina.

"Gak bisa anjing! Dia tuh kalau gak dikasih pelajaran, mulutnya suka sembarang!" balas Karina.

"Pelajaran yang lo kasih kali ini udah lebih dari kata cukup, orangnya udah pingsan," ujar Giselle.

Akhirnya Karina pun lebih tenang, walaupun mata masih melirik ke arah orang yang tergeletak di tanah.

"Woy! Ini buruan di angkut bangsat, bukan di lihatin!" omel Giselle. Beberapa orang baru bergerak untuk menolong.

Pria itu pun dibawa pergi, semua orang pun segera membubarkan diri sebelum membuat Karina mengamuk.

"Lo kenapa dah? Pagi-pagi udah mukul anak orang?" tanya Yeji.

Karina terdiam sejenak, dia menatap kedua sahabatnya secara bergantian. Air mata menetes begitu saja, kedua orang didepan seketika panik. Tadinya dirinya seperti orang kerasukan, tetapi sekarang, berhadapan dengan sahabatnya. Karina merasa bersalah.

"Lo kenapa nangis anjir?" panik Yeji.

Jarang sekali kedua sahabat melihat Karina menangis. Selama berteman, mereka tidak pernah melihat sedikit pun air mata yang di keluarkan Karina. Baru kali ini, mereka melihat sisi lain dari Karina.

"Rin, lo kenapa?" tanya Giselle dengan nada lembut.

""I'm sorry, guys. Seharusnya kalian gak usah temenan sama gue," ujar Karina dengan tangisan mulai terdengar.

"Kok ngomong gitu Rin?"

"Gara-gara gue, kalian dibenci sama banyak orang, dicaci maki sama banyak orang, dihina sama banyak orang. Seharusnya kalian gak temenan sama gue, gue bawa pengaruh buruk buat kalian."

DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang