6

1.9K 178 3
                                    

Ning Yi berjalan masuk ke dalam ruang klubnya. Dia meletakkan tasnya di sofa. Setelah itu, dia merebahkan dirinya di benda empuk itu. Dia memejamkan kedua matanya, berharap untuk sementara waktu tidak ada yang mengganggunya. Sekalipun orang yang mengganggunya adalah sahabatnya sendiri. 

Namun sepertinya harapan Ning Yi  pupus seketika. Baru hitungan detik dirinya memejam matanya, sudah ada manusia yang tidak diundang mengetuk pintu ruangannya. Rasanya mau marah tapi percuma saja. Masih terlalu pagi untuk memarahi seseorang, dia harus mengumpul energinya untuk memaki orang lain nanti.

Dia segera bangun dari tempatnya. Dia melangkah mendekati pintu kayu, melihat kaca yang di pintu saja, Ning Yi sudah tahu apa yang akan dibahas oleh orang di depan pintu ruangnya. Senyuman lebar membuat siapa pun tahu niatnya. Ning Yi memutarkan bolanya dengan malas, dia membukakan pintunya.

"Apa?" tanya Ning Yi dengan nada ketus. Tidak lupa dengan tatapan garangnya. Orang di depannya hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum canggung.

"A-anu Naura, ini ada proposal lagi dari klub musik," ujar orang tersebut ketakutan. Apalagi melihat Ning Yi yang sudah bersiap meneriaki dirinya. Dia sungguh bersumpah pada dirinya, setelah ini dia tidak akan mengikuti kemauan dari klub lain lagi.

"Gue gak perlu jawab, lo udah tau jawabannya!" Ning Yi membanting pintu sangat keras, membuat wajah orang tersebut hampir saja mengenai pintu.

"Sial! Gue gak mau pegang lagi Job ini lagi!" omel orangnya, secepatnya dia pergi meninggalkan tempat itu. Sebelum Ning Yi kembali membuka pintunya dan melemparkan dirinya dengan suatu benda.

Ning Yi mencoba mengambil ambil napas sebanyak mungkin, untuk menenangkan emosi dia hampir saja lepas. Mata tajamnya melirik ke arah tumpukan proposal di ujung ruangan.

"Klub musik bangsat!" teriak Ning Yi. Emosinya sangat mudah terpancing hanya melihat tumpukan proposal aja. Padahal dulu, klub mereka termasuk salah satu klub yang proposalnya sangat sedikit dan kalaupun ada, mereka langsung setuju.

Namun akhir-akhir ini, proposal mereka menumpuk. Isi dalam proposalnya selalu sama dan orang yang mengajukan pun sama.

————
Tendangan keras pada pintu kamar mandi, mengejutkan orang-orang di dalam sana. Senyuman seringai diberikan pelaku membuat bulu kuduk mereka berdiri. Tidak lupa dengan tangannya membawa tongkat besi bisbol.

"Udah? Udah selesai dandannya? Atau mau tambah lagi?" Tanyanya.

"K-Kenapa Karin? G-Gue udah selesai kok," jawab gadis dengan nada bergetar. Dia perlahan-lahan berjalan mundur, sampai tubuhnya menabrak ujung tembok kamar mandi.

Karina menyegit dahinya, dengan kedua alis naik keatas. Bukan bingung, namun meledek gadis yang ketakutan. Karina datang mengunjungi gadis itu sendiri bukan tanpa sebab, jika dirinya membawa temannya, bisa saja gadis ini disiksa habis-habisan oleh temannya.

Bisbol itu diarahkan ke gadis itu. Ujung tongkat itu menyentuh dahi gadis itu, tidak lupa dengan Karina menekan tongkat itu membuat kepala gadis itu menempel pada keramik kamar mandi.

"Rumor apa yang disuruh sama Yuna buat sebarin, soal teman gue?" Tanya Karina pada point utamanya, tanpa basa-basi langsung menuju titiknya.

"G-gak ada Karin, Gue-"

"GAK USAH BOHONG! Gue lihat lo transaksi sama Yuna, jawab jujur! atau tongkat ini bakal bikin pala lo pecah." ancam Karina serius. 

Sekarang pilihannya ada berada di gadis itu, hidup matinya dipertaruhkan. Ancaman yang dikeluarkan oleh Karina bukan sembarangan perkataan dibuat, tapi beneran akan dilakukan oleh Karina, tanpa memikirkan resiko kedepannya.

DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang