26

1.6K 158 31
                                    

Semakin dalam sebuah luka, semakin susah untuk sembuh. Tidak ada obat ampuh yang bisa menyembuhkan luka, sudah tergores sejak dia terlahir sebagai seorang manusia. Lukanya tertutup, saat dia bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Walaupun sahabat tidak tahu apa yang dia alami, kehadiran mereka di hidupnya sudah membuat dirinya merasa dia adalah manusia.

Perpecahan kaca dan perdebatan, terdengar jelas di kamar Kazuha. Padahal ruangannya sudah dilapisi oleh semen terbaik, tetap dia masih mendengar suara di luar. Kazuha mengeraskan lagu di penyuara telinga, suaranya semakin tidak terdengar, hanya instrumen hip-hop dan suara penyanyi.

Dia memejam matanya. Memedamkan emosi di dalam dirinya. Tidak boleh marah, tidak boleh bahagia, tidak boleh sedih, kata-kata tersebut terus di ulang dalam pikiran Kazuha.

Geteran panggilan masuk sedikit mengejutkannya, melihat siapa yang menelponnya. Segera dia menggangkat panggilannya.

"Halo Win?"

"Lo dimana? Kok rumah lo berisik banget?"

"Lagi ada yang dugem, kenapa telepon?"

"Temenin gue nyari bunga."

"Bunga? Buat apa?"

"Buat kakak gue, yuk!"

"Jemput."

"Gue udah di depan rumah lo."

Kazuha terpelanjak terkejut, dia berlari ke baklon kamarnya, di luar sana sudah terdapat mobil Winter terpakir di luar.


"Kalau datang, lain kali aba-aba dulu," ujar Kazuha, setelah itu dia mematikan panggilan sepihak.

Toko Bunga

Datang ke toko bukanlah ide bagus. Bagaimana bisa, Winter mengajak seorang yang alergi bunga, terpaksa menahan bersin, hingga hidung merah dan air mata keluar tanpa perintah.

"Win, bisa enggak cepetan? Hidung gue sumpek banget anjir," ujar Kazuha.

"Bentar, gue bingung mau pilih yang mana," balas Winter melihat beberapa bunga cantik.

"Gue keluar aja ya Win, sumpah."

"Bentar astaga, lo bantuin gue pilih."

Kazuha benar-benar dipaksa berada di tempat ini. Jika tidak ingat Winter adalah salah satu sahabatnya, dia tidak akan mau menemani seseorang masuk ke toko bunga. Pada akhirnya, Winter memilih bunga yang direkomedasi oleh pemilik toko. Menghabiskan waktu lama di dalam, tetapi padahal akhirnya memilih saran orang lain.

Winter pergi melakukan pembayaran, sedangkan Kazuha keluar dari toko sambil bersin-bersin tanpa henti. Ditambah matanya memerah, seperti matanya kemasukan sesuatu.

Gadis musim dingin keluar dari toko dengan wajah bahagia. Dia tidak memperhatikan bagaimana tatapan kesal dari Kazuha untuknya. Dia hanya fokus pada kertas belanja, tersenyum lebar.

"Lain kali jangan ajak gue lagi!" ucap Kazuha yang merasa sudah lebih baik.

"Gue maunya ajak lo gimana dong?" balas Winter.

"Lo ya-"

"Winter?"

Perkataan Kazuha terpotong. Kedua gadis menoleh ke sumber suara itu berasal, mereka melihat seorang wanita duduk dikursi roda dan Wanita dengan rambut pendek pirang.

"Tante Tzuyu, tante Jeongyeon!" Winter menarik Kazuha untuk menemui dua wanita dewasa itu.

"Kalian kenapa di sini?" tanya Jeongyeon.

DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang