9

1.7K 146 24
                                    


Clek! 

Clek!

Clek!

Suara kamera terdengar di sekitar lapangan basket. Pengambilan gambar dilakukan secara berulang-ulang. Arah lensanya mengikuti para pemain di lapangan. Setelah mengambil beberapa gambar para pemain, dia pun menurunkan kameranya. 

Senyuman melebar. Saat melihat hasil Pengambilan gambarnya, sesuai dengan apa yang dia harapkan. Dia terus menatap layar kameranya dengan ibu jarinya terus memencet tombol segitiga yang mengarah ke arah kanan.

“Yujin!” Panggil seseorang.

Kepala gadis itu pun terangkat dan menatap orang yang memanggilnya sambil tersenyum lebar. Yujin melangkah beberapa langkah, orang itu sudah berada di sampingnya. Dengan keringat bercucuran, baju yang basah, dan napas memburu. 

“Gimana fotonya?” Tanyanya.

“Bagus kok, nih lihat,” ucap Yujin memperlihatkan tangkapan gambarnya ke orang tersebut. Orang tersebut tercengang dan melihat ke arah Yujin. Tangannya terangkat bebas ke udara, dia menepuk bahu Yujin.

“Anjir! Ini mah bagus banget anjing, jadi profesional fotografer aja lo, biar nanti gue nikah bisa hire lo,” puji orang tersebut dengan bangga.

“Bisa aja lo Jooheon.” Yujin menonjok betis tangganya. 

“ANJING! Lo kalau mau nonjok kira-kira dong, sakit bangsat!” 

Yujin hanya ketawa saja sebagai balasan. Dia pun kembali melihat setiap foto yang diambil, tidak lupa dengan senyuman lebar di wajahnya. Jooheon melihat senyuman Yujin pun terpukau dan kagum. Tanpa diketahui oleh Yujin, Jooheon yang dia kenal sebagai temannya, diam-diam menyimpan perasaan lebih padanya.

Banyak sisi dari Yujin membuat Jooheon jatuh cinta. Entah dari sisi kepribadiannya, sisi kepedulian Yujin, yang pasti Jooheon paling suka saat Yujin tersenyum sambil melihat kameranya. Jarang sekali Jooheon bertemu dengan seorang gadis yang secinta itu dengan kamera, bahkan hanya melihat lensanya saja Yujin bisa tersenyum selebar samudra.

Yujin sudah selesai melihat hasilnya, dia menatap kearah Jooheon yang sedang terdiam sambil tersenyum padanya. Kedua alis yujin menyatu, tidak seperti biasanya pria besar bermata kecil itu menatapnya. Hanya terdiam tanpa berbicara apa pun.

Dia merasa pria di depannya tengah melamun sesuatu. Tiba-tiba saja sebuah ide jahil muncul di benak kepalanya. Yujin mengambil air botolnya di samping, setelah itu dia menuangkan air ke telapak tangannya. Tanpa menegur atau memanggil, Yujin langsung menyiram Jooheon.

“Yujin! Lo ngapain anjir!” Kaget Jooheon mengelap wajahnya yang penuh dengan air putih campur keringat. Yujin cepat membereskan barangnya dan segera melarikan diri.

“WOI, JANGAN KABUR LO!” Teriak Jooheon mengejarnya.
 
Yujin berlari sekencang mungkin, agar menghindari temannya yang mengamuk. Sambil lari, matanya melihat setiap pintu klub mana yang masih buka. Dia ingin bersembunyi sementara disana.

Kebetulan, di antara banyak klub, hanya ada satu klub yang pintunya selalu terbuka lebar. Ruangan itu milik anak klub teater. Karena terlalu fokus pentas di panggung, tidak peduli dengan kehadiran orang asing untuk menonton mereka. Mereka fokus cuma pada akting saja. 

Yujin melihat  ada sebuah peluang untuknya, dia langsung berlari masuk dan bersembunyi di ruangan teater. Dimana anak dari klub teater sedang mempertunjukkan keahlian mereka lewat peran kecil, seperti menjadi Cinderella, putri salju, putri tidur, atau pemeran lain yang sering orang tampilkan.

Suara seseorang jatuh mengejutkan Yujin. Dia bertanya-tanya, apakah di tempat seperti ini sedang terjadi kekerasan. Namun, pikiran seperti itu hanya sebentar saja. Pikiran negatifnya itu berubah menjadi sebuah pikiran positif, saat dia membuka tirai merah dan masuk kedalam.

DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang