12

1.7K 155 6
                                    

Datang sekolah paling pertama rasanya seperti sebuah keberuntungan, apalagi sekolah masih dalam keadaan sepi. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Karina. Kehadiran dirinya dipagi buta mengejutkan banyak orang. Semua orang bertanya-tanya, apa yang dilakukan oleh gadis dengan marga Lawrence di jam segini.

Sebenarnya yang membuat orang-orang lebih terkejut lagi adalah, tiap orang yang memasuki atau menoleh ke kelas, dia menyapa orang dengan ramah. Tidak seperti biasanya, selalu memberikan orang dengan tatapan sinis. Semua orang tidak berani tanya tentang apa yang terjadi pada Karina, takut hanya karena moodnya sedang dalam kondisi bagus saja, dia bertingkah seperti itu.

Minju baru saja sampai di kelas dalam keadaan lelah, dia berjalan masuk ke dalam kelas sambil tertunduk lesu. Baru saja dirinya menginjak lantai kelas "Morning Minju!" sapa Karina semangat.

"Morning too Ka- HAH?! LO NYAPA GUE?!" heboh Minju, dia berjalan mendekati tempat duduknya yang kebetulan berada di sebelah Karina. Dia meletakan tasnya disamping bangku, setelah itu dia menoleh ke arah Karina sembali mengangkat sebelah alisnya.

"What's wrong with you? Kepala lo kena sesuatu?" Tanya Minju, dia memegang kepala Karina dan mengecek setiap sisi, berharap sahabatnya memiliki luka kepala baru dia akan mentoleransi sikap Karina barusan.

Karina mendorong Minju pelan ke kursi "I'm ok Minju, gue Cuma lagi mau jadi orang baik," ucap Karina.

Minju mengeleng kepalanya, pertanda dirinya tidak setuju "Gak, gak bisa. Jiwa iblis lo kemana? Gak mungkin lo tiba-tiba tobat, lo gak di gebuk sama bokap lo kan?!" kata Minju.

Karina berdecak sebal, dia memutarkan bola matanya dengan malas "Kenapa sih? Gue mau jadi Karina versi malaikat, emang gak boleh? Gue pengen di bilang Karina udah cantik, baik lagi, terus hatinya kayak malikat. Kan kalau di bilang gitu enak gitu dengarnya," ucap Karina.

"Kata gue sih keknya lo geger otak deh, coba periksa yuk ke dokter," ajak Minju.

"Gak! Gue gak mau, apasih, gue cuma mau jadi baik salahkah? Dari tadi nolak gue jadi baik mulu."

"Ya gimana ya, lo tuh kayak iblis yang dikirim dari neraka ke bumi, gak mungkin lo tiba-tiba tobat di saat Yuna ajak lo berantem di lapangan."

"Ya ampun, kita tuh ke sekolah buat nyari ilmu, bukan untuk berantem. Gak baik loh berantem nanti orang yang cipta kita marah, kita semua kan diciptakan oleh tuhan jadi harus saling menghargai satu sama lain." Ucap Karina sambil tersenyum lebar

1 hour later

Kepalan tangan Karina sangat kuat, sekali lagi tangan itu melayang mengenai pipi kiri Yuna. Amarah Karina memuncak, saat Yuna berani mengejek Irene dengan kata-kata kurang pantas. Jika dia tidak membawa Irene di mulutnya, mungkin wajah Yuna sekarang harusnya tidak mengenaskan.

"Tutup mulut bangsat lo anjing! Jangan pernah bawa Mommy dalam masalah kita! Lo kalau mau hina, hina bokap gue aja bangsat, gak usah bawa Mommy!" emosi Karina tidak terkendali.

Bahkan tidak ada yang berani menghentikan Karina, mereka hanya bisa menonton dari kejauhan tanpa mau ikut campur. Sedangkan sahabatnya, justru belum tahu soal kejadian sekarang, karena mereka berjalan pisah dengan Karina. Berawal ingin pergi ke kamar mandi, malah berakhir memukul Yuna di lapangan dekat kamar mandi.

"Uhuk! Emang nyokap kayak pelacur, makanya Bokap lo mau nikahin dia Hahaha uhuk uhuk!" tawa Yuna terhenti karena cekikan Karina di lehernya.

"Jaga bahasa lo anjing!" teriak Karina mengencangkan cekikannya, tidak perduli dengan ke depannya seperti apa. Sekarang dirinya begitu emosi, membuat matanya menjadi gelap, tidak memikirkan nyawa musuhnya.

"Karina stop it! Lo bisa bunuh dia!" pekik Minju datang bersama lain. Giselle dan Yeji mencoba menarik tangan Karina dari leher Yuna, namun mereka kesusahan.

"Gak ada cara lain, selain pake ini," gumam Minju, tidak lama kemudian tangannya terangkat tinggi dan melayang begitu saja, menampar pipi mulus Karina.

Terkejut, Karina menatap ke arah sahabatnya penuh dengan tanda tanya "Lo mau jadi pembunuh? Sadar bangsat, nyawa orang di pertaruhkan!" teriak Minju dengan napas memburu.

Cekikan itu pun lepas, tubuh Yuna langsung terbaring lemah di tanah. Dia tidak meninggal, hanya tidak sadar diri karena hampir kehilangan napasnya.

Karina masih menatap ke arah Minju dengan tatapan tidak percaya, selama ini dia belum pernah ditampar oleh sahabatnya sendiri. Namun untuk kali ini, pertama kali pipinya merasakan sentuhan kasar dari sahabatnya.

"Lo nampar gue?"

"Iya! Biar lo sadar, lo kalau gak diginiin gak bakal bisa sadar. Lo tau gak? Lo hampir aja bunuh orang karena emosi tolol lo itu!"

"Gue cuma mau kasih si bangsat pelajaran aja karena hina nyokap gue, gue gak bakal sampe bunuh dia."

"Gak sampe kata lo? Lo lupa, kalau lo lagi emosi suka hilang kendali? Ini kalau kita gak datang, terus lo bikin Yuna mati, lo mau gimana? Mau bilang gak sengaja, terus di backing sama nyokap lo yang punya hukum?! Kalau gak bisa kontrol diri gak usah jadi jagoan bangsat!"

"Apaan sih? Lo kok ngomong makin ngaco? Lo kan udah tau gue gimana, kenapa baru bilang kayak gitu sekarang?!

"Udah guys, mending bubar yuk jangan di sini," lelai Giselle, setelah melihat kedua sahabatnya yang mulai tersurut emosi.

"Gak bisa anjing, gue mau tau ini cewek bangsat kenapa ngomong makin ngaco!" ucap Karina sambil menunjuk Minju.

"Gue ngomong sesuai apa yang bakal terjadi kedepannya kalau lo gak bisa kontrol emosi lo!" balas Minju dengan nada mulai meninggi.

"Kita udah kenal lama ya Minju Valerie Johnson! Emosi gue dari dulu kayak gitu dan lo udah paham soal itu! Gue gak ceroboh dengan apa yang lo ngomong barusan! Jaga omongan lo, kalau pun gue sampe bunuh orang. Gue gak bakal di backing sama nyokap gue! Paham itu bangsat!"

Karina berjalan pergi meninggalkan sahabatnya "Halah, tuan putri gak mungkin gak dibacking, orang kesayangan keluarga Lawrence," cibir Minju membuat langkah kaki Karina terhenti.

Dia mengepal tangan sangat erat, dia mencoba merendamkan amarahnya. Karina tidak ingin sampai tangannya membunuh sahabatnya sendiri. Tangannya bergetar hebat, para sahabatnya sadar hal itu.

Seketika Minju sadar dengan omongannya barusan, dia sendiri tidak menyangka emosinya mengalahkan kepala dinginnya. Chaewon langsung turun tangan, dia merangkul Karina untuk pergi dari tempat itu. Takut sahabatnya lepas kendali dan membuat kegaduhan satu sekolah.

"Lo suruh Karina jaga emosi, tapi lo sendiri gak bisa jaga emosi!" Omel Giselle kepada Minju.

"Sorry..." Tunduk Minju.

"Udah, biarin Chaewon urusin Karina. Yuk! Ke kantin," ajak Yeji dengan merangkul kedua sahabatnya untuk meninggalkan tempat. Mereka lupa satu hal, masih ada tubuh Yuna tergeletak di tanah.


-To Be Continue-

Perasaan kalian gimana? Naik turun enggak? Kerasa enggak emosinya?

Semoga suka ya sama yang kali ini, maaf gak maksimal.

Kita ketemu di next update ya hehehe

DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang