20

1.7K 160 19
                                    

Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba. Semua murid dikumpul terlebih dahulu di sekolah, memberikan mereka intruksi apa yang dilakukan para murid, jika sudah sampai di tempat. Acara kumpul pun selesai. Semua orang sudah siap berangkat menuju tempat kemah.

Giselle, Minju, Chaewon, dan Yeji. Mereka dari tadi mencari keberadaan Karina, tidak biasanya gadis itu menghilang seperti ini. Mereka ada sempat menelpon Karina, namun tidak dijawab. Mereka menduga kalau tuan putri belum bangun.

Selagi yang lain focus mencari Karina. Minju malah justru mencari Winter, dia sangat yakin bahwa si musim salju pasti sedang bersama Karina. Tetapi dia tidak bisa menemukan Winter disekitar, maupun sahabat Winter.

"Keknya kita berangkat aja deh, kayaknya Karina berangkat sendiri," ujar Minju.

"Masa berangkat sendiri gak bilang? Mau kita tinggal aja?" tanya Giselle.

"Mau gak mau kita tinggalin aja, dia pasti bisa berangkat sendiri. Kalau pun dia nyasar, dia pasti telepon kita juga." Ucap Chaewon.

"Ya udah berangkat aja, nanti paling kita bakal ketemu dia juga di sana," balas Yeji terkesan malas, dia mengambil tasnya dan berjalan mendekati mobil mereka.

"Kenapa dia?" tanya Giselle bingung.

"Lagi pms kali, udah lah yuk!" ajak Minju.

Mereka berempat pun segera berangkat menuju tampat kemah mereka, tidak lupa mereka memberikan kabar ke Karina.

Tidak ada suara berisik seperti motor, mobil, truk, dan lain-lain berada disekitar, hanya suara daun-daun terkena angin, suara ranting pohon yang tidak sengaja menginjaknya. Ketenangan dan kesegaran sangat di nikmati oleh Karina, dengan secangkir teh hangat menemani.

Karina tersenyum melihat air sungai yang mengalir ke bawah. Dia tidak tahu, bahwa berada di arena alam sangat menyengarkan pikirannya. Semua sentuhan kecil pada punggungnya, sedikit mengejutkannya. Dia menoleh ke sebelah kanannya, terdapat gadis dengan mata seindah anak anjing menantapnya, tidak lupa dengan senyuman manis.

"Enak disini?" tanya Winter.

"I'm into places like this, thank you Winter, udah ajak aku datang duluan kesini biar bisa nikmati tempat kayak gini."

"My pleasure baby girl, Whatever you want, I'll make it happen, just for you."

"Sweet talker ms. Martinez, udah berapa cewek kamu gituin?"

"Hum... I think just only you,"

"How about Yuna? Dia kan ngejar kamu banget, kalu di ingat gimana dia ngejar kamu... rasanya sekarang aku ingin mencambuk lehernya, It's very annoying and disgusting." Karina menggengam batu di tangannya sangat erat. Dalam bayangan kepalanya, ada Yuna berada di air sungai, tanpa berpikir panjang dia langsung melempar batu itu.

"Aku bahkan gak tau kenapa dia suka sama aku, padahal aku gak ngapain-ngapain."

"Kalau kata mamaku, isi kepala mamanya dan Yuna sudah terkontaminasi."

Mendengar ucapan barusan dari Karina, Winter langsung tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu, tetapi saat Karina mengeluarkan suara, rasanya dia ingin terus tertawa di samping Karina.

Winter mengegam tangan Karina, kemudian dia mengakat tangan cantik Karina mendekat dengan bibirnya. Dia memberikan sebuah kecupan singkat, membuat Karina tersenyum dan tidak bisa berkata-kata.

Ini rasanya begitu dicintai, bahkan semua hal yang terjadi disekitar. Rasanya ingin dilewati bersama, setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap jantung berdetak. Karina ingin dia dicintai sebesar ini, dipelakukan layak seorang manusia semestinya.

"By the way, itu helikopter mau taro dimana nanti kalau udah sampe?" tanya Karina.

"Suruh pulang, nanti pas kita udah selesai kemah baru datang lagi," jawab Winter fokus main jari tangan Karina.

"Winter."

"Iya kenapa?"

" I know you really love me, tapi boleh enggak selesai kemah. Antar aku ke LA?"

"Tiba-tiba? Ngapain kamu ke LA?"

"I just want kick my father and his ex girlfriend"

"Kenapa tiba-tiba banget? Apa dia ganggu kamu lagi?"

"Nothing, aku cuma mau bales dendam aja."

"Aku pikir itu bukan ide yang bagus, tapi aku akan turuti mau mu."

Jawaban Winter selalu membuat Karina tersenyum lebar, walaupun terdengar buruk dari ide Karina, tetapi Winter bisa dengan mudah menerima ide Karina dan menurutinya. Salah satu alasan mengapa Karina bisa jatuh cinta pada Winter dengan waktu singkat.

"Kenapa kamu mudah banget turutin apa yang aku mau?" tanya Karina menghentikan Winter yang baru saja akan meminum teh hangat buatannya. Gadis musim itu segera meletakkan gelas kertas disebelahnya, dia tersenyum menatap arus sungai yang deras.

"Aku belum pernah namanya jatuh cinta, jadi aku gak tahu pasti bagaimana memperlakukan kamu semestinya, tapi menuruti semua kemauan kamu adalah salah satu contoh dari aku. Bagaimana pilihanmu, aku akan selalu mendukungmu, selagi semua yang kamu minta masih berada didalam pengawasanku."

Tangan kecil mulai melingkar di lengan tangan Winter. Dia suka mendengar Winter berbicara hal manis, setiap kali gadis musim mulai berbicar panjang, perutnyanya pasti selalu terasa mengelikan. Karina suka sensasi itu.

"Thank you so much Winter," ucap Karina menyederkan kepalanya di bahu lebar Winter.

"Anything for my princess," balas Winter.

Keduanya pun terdiam, sembari menikmati alam yang indah. Keindahan alama membuat kesan untuk kedua gadis remaja ini, sebuah memori yang tidak akan dilupakan di pikiran mereka. Sekali pun memorinya tercampur dengan kedatangan Winter subuh hari memakai helikopter, Karina bingung mengapa gadis itu melakukan hal yang tidak penting itu, ternyata Winter ingin keduanya menghabiskan kenangan indah bersama sebelum bergabung dengan lain. Jika sudah bersama dengan lain, tidak ada waktu untuk keduanya bisa mesra.

Suara tepuk tangan mengejutkan pasangan yang sedang kasmara. Mereka mengira kalau kebersamaan mereka diketahui oleh orang lain, namun saat menoleh ke sumber suara tersebut, ada perasaan sedikit lega untuk keduanya. Ternyata orang bertepuk tangan itu adalah Seulgi, tante Winter yang baru saja sampai disana menggunakan helikopter.

"Jadi begini alasannya? Kamu memaksa tante ikut camping sekolah kamu Win?" ujar Seulgi melipatkan kedua tangan di dadanya.

"Hehehe Tante Seul," cengar-cengir Winter sambil mengaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Seulgi mendekati keduanya. Dia ingin melihat lebih dekat lagi, siapa gadis yang sudah berani membuat ponakan kesayangannya melakukan hal sejauh ini. Saat sudah mendekat, Seulgi merasa tidak asing dengan wajah Karina. Entah kenapa melihat wajah Karina, otak Seulgi terus menyebut satu nama dikepalanya.

"Siapa namamu? Berani sekali kamu bikin ponakkan saya pakai heli punya saya buat jemput kamu," tanya Seulgi.

"Halo tantenya Winter, saya sering mendengar soal tante dari Winter, perkenalkan nama saya Karina Dyatmika Lawrence."

"Lawrence?"

"Iya tante, itu marga yang diberikan oleh ibu saya untuk saya," balas Karina.

Seulgi langsung membeku di tempat, sebuah marga yang sangat dia ketahui dan hanya satu keluarga yang memiliki nama itu. 


-TO BE CONTINUE-

Maaf Update kali kurang maksimal

Semoga kalian suka, maaf ada typo

DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang