34

2.1K 136 24
                                    

Setelah kejadian kamar mandi. Yuna, Wonyoung, dan Jiyeon resmi di keluarkan dari sekolah, karena semua kejadian muncul akibat ulah mereka, walaupun tidak adil tetapi yang bersuara adalah pemilik sekolah, siapa yang bisa membantah. Gadis yang memiliki kuasa dalam gedung ini, membuat semua orang tidak bisa berkutik sama sekali. 

Sebenarnya, mengeluarkan mereka dari sekolah adalah pilihan paling normal, dari pada perintah awal Karina. Karina sempat mau mengumumkan keluar mereka ke publik, agar mereka tidak bisa sekolah dimana-mana. Winter merasa kasihan pada ketiga orang tersebut, dia pun membujuk Karina supaya mereka di biarkan saja. Untung saja Karina mau mendengar perkataan Winter.

Dalam kejadian kamar mandi, ada juga kejadian di kantor polisi. Di saat Karina sedang di interogasi oleh pihak berwajib, ada Yeji yang justru beradu mulut dengan ibunya Yuna, dan hampir terjadi baku hantam, andai Giselle tidak datang tepat waktu. 

Sekolah sekarang menjadi tenang, tidak ada biang pencari masalah muncul, hanya rasa iri mereka muncul melihat bagaimana Winter begitu memanjakan Karina. Seolah-olah seperti dunia milik berdua saja.

"Snow, Do you have dreams of living in another country?" tanya Karina.

"Country? Aku pikir Nethelands adalah negara yang ku inginkan," jawab Winter.

Mata Karina seketika terbinar-binar mendengar jawaban Winter. "Seriously?! We have the same dream country," ujar Karina begitu semangat.

"Owh, aku baru tau kamu mau tinggal di sana, alasannya apa kamu mau tinggal di sana?" tanya Winter.

Gadis itu terdiam sambil memikir, dia sedang mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan Winter.

"Alasanku karena ada kamu di sana hehehe"

"Dasar." Winter menyentil pelan hidung mancung karina. Gadis itu hanya bisa tersenyum bodoh.

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas masing-masing, walaupun Karina masih ingin berlama dengan Winter, tetapi setelah diberikan penjelasan panjang akhirnya Karina merelakan kepergian Winter. Memang dasar terlalu bucin, lepas sedetik aja dia pun tidak mau.

Setelah Winter pergi. Karina berjalan masuk ke dalam kelas dengan lesu. Minju melihat tingkah sahabatnya hanya bisa menggeleng kepalanya, dia tidak mengerti mengapa sahabatnya begitu banyak berubah setelah jatuh cinta. Rasanya dia seperti melihat Karina versi terbaik untuk orang yang tepat, terkadang Minju khawatir, andai saja keduanya berpisah, apa yang terjadi dengan sahabatnya? Apakah sahabatnya akan kembali seperti dulu lagi? 

Tetapi sepertinya kekhawatiran Minju sia-sia saja, melihat bagaimana Winter mencintai sahabatnya atau pun sebaliknya. Dia tidak perlu berpikir buruk sejauh itu, kekhawatirannya justru nanti akan membuatnya memiliki pikiran negatif berlebihan.

"Lemas amat bu? Perasaan barusan habis bucin," ledek Minju, saat Karina sudah di bangkunya.

"Kapan ya, Winter ajak gue jadi pacarnya? Gue pengen punya status yang jelas sama dia,"  ujar Karina.

"Lah? Gue kira kalian udah pacaran, padahal tiap hari udah kayak prangko."

Karina mengeleng kepalanya dengan lemas "Dia belum ajak gue pacaran, gue takut nanti udah lama, terus tiba-tiba cemburu dan status pasti pertanyakan."

"Kenapa gak lo aja yang ajak dia pacaran? Gak harus Winter kan?"

"Tetap aja, gue mau dia yang nembak, biar gue tau dia beneran serius sama gue."

"Dia udah segitunya lo ragu sama dia?"

"Bukan ragu Minju, gue cuma khawatir dengan kedepannya."

"Sebenarnya yang pacaran lo atau orang lain sih? Ngapain dipikirin omongan orang lain, gak penting kali."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIE FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang