6. Mau Eskrim

415 56 1
                                    

Kejadian semalam memaksa Seno dan Juna untuk mencuci motor beat milik Wanda yang terkena chocochips dari kambing di kandang. Wanda yang enggan pulang menggunakan motornya yang terkena kotoran kambing, berakhir pulang mengendarai motor vario milik Seno.

Satu jam yang lalu, Seno dan Juna baru saja pulang dari kandang langsung ditodong Wanda untuk membersihkan motornya walaupun sisa kotorannya sudah tidak terlihat.

"Itu lohh di bawah slebor masih ada," tunjuk Wanda yang duduk manis di antara gerbang kosan dengan seplastik es teh di tangannya.

"Ini udah bersih loh Wan, mau dibersihin sampe kapan? Juna capek pengen tidur," keluh Juna seraya memeras kain bekas yang dia gunakan untuk mengeringkan motor.

Juna yang sudah mengantuk berat memilih ikut duduk di samping Wanda, memperhatikan Seno yang masih mengelap bagian slebor motor.

Laki-laki yang masih mengelap motor Wanda itu tersenyum manis ketika mendapati Neela yang keluar rumah dengan membawa seperangkat alat tempurnya.

Hari sabtu merupakan jadwal Neela untuk membersihkan kosan, mulai dari menyapu lantai, membuang sampah, membersihkan kamar mandi, hingga mengepel koridor.

Mendapati Neela yang akan masuk ke kosan, Juna pun berdiri dari duduknya, "Neela, di depan kamar Juna tadi ada kecoa mati. Minta tolong ya," pinta Juna dengan manis lalu dibalas dengan anggukan paham dari Neela.

Sudah menjadi rutinitas bagi Neela mendengarkan keluh kesah dari penghuni kos depan rumahnya itu. Sejauh ini, tiga penghuni baru ini tidak banyak mengeluh kecuali perkara kecoa yang selalu membuat Juna dan Wanda berisik.

"Ini kalian pada ngapain jam sembilan nongkrong di depan kosan?" tanya Neela dengan mata memperhatikan sekitarnya, "tumben."

Ada selang yang menjulur dari depan kosan, ada genangan air hingga di depan rumah Neela, dan ada juga Motor beat terparkir manis dengan kain lap di atasnya.

"Buka jasa cuci motor!" jawab Wanda asal yang hampir saja mendapatkan hadiah pukulan kemoceng dari Neela.

"Bulan depan tagihan lo naik," gertak Neela seraya berjalan masuk ke dalam kosan namun terhalang badan besar Wanda, "minggir!"

Niat hati Wanda menggoda Neela dengan mencegahnya untuk masuk ke dalam kosan, namun langsung digagalkan oleh Juna dengan menarik laki-laki itu untuk segera berdiri agar Neela bisa masuk.

"Udaah udaah, jangan gangguin Neela terus," cegah Juna dengan melirik Neela yang mulai mengerjakan tugasnya mulai dengan menyapu lantai satu.

"Kenapa sihhh?" keluh Wanda seraya melepaskan tangan Juna yang masih menahan Wanda untuk niat jahilnya.

"Kasihan Neela, bersih-bersih kosan sendiri pasti capek."

"Bantuin sana!"

"Nggak mau, Juna takut kecoa."

"Heleeeeh."

Seno yang enggan melihat perdebatan kedua temannya ini berjalan di antara Juna dan Wanda, "sebagai sesama manusia yang takut kecoa dilarang saling mengejek," ucap Seno dengan melirik keduanya bergantian.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Seno memilih masuk kosan dan kembali ke kamarnya untuk istirahat. Badannya mulai terasa lemas karena belum bisa tidur dari semalam.

Mengikuti jejak Seno yang masuk ke dalam kosan, Juna pun ikut masuk tanpa mempedulikan Wanda yang misuh-misuh karena ditinggal sendirian.

"Duh, motor gue udah ganteng lagi," puji Wanda seraya memindahkan motornya ke area yang tidak terkena paparan matahari.

Berbeda dengan Seno yang langsung masuk ke dalam kamar untuk tidur, rasa kantuk Juna malah hilang setelah mengobrol dengan Wanda di depan tadi.

"Neela nggak capek?" tanya Juna yang duduk di ambang pintu kamarnya. Dia memperhatikan Neela yang sedang menggosok lantai depan kamar mandi yang biasa digunakan untuk mencuci baju.

"Capek, mau bantuin?" tanya Neela tanpa menoleh karena ada bekas kotoran yang agak sulit dibersihkan sehingga memerlukan energi ekstra untuk menggosoknya.

"Nggak sih, soalnya Juna juga capek habis begadang di kandang," cerita Juna yang berhasil mengalihkan fokus Neela pada kotoran yang sedang dia bersihkan.

Bukannya langsung menanggapi cerita Juna, Neela memilih untuk mengguyur lantai dengan air dengan satu kali bilasan sebelum duduk di sebuah kursi dekat kamar Juna.

"Praktikum?" tanya Neela seraya menyenderkan punggungnya ke kursi.

Dia lelah.

"Iyaa, untung semalam Wanda bawain roti bakar jadi lumayan buat ganjel perut."

"Ambil data apa aja?"

"Jangan dibahas dong Nil," tolak Juna dengan wajah pusingnya dan membuat Neela tertawa kecil, "masih pusing, banyak banget soalnya."

Neela sangat senang mendengarkan cerita ringan dari Juna. Hal kecil yang tidak semua orang bisa orang lakukan, bahkan dia sendiri pun bukan orang yang bisa bercerita hal kecil seperti ini ke orang lain.

Hal kecil namun sangat bermakna dan tidak semua orang bisa.

"Jun, mau eksrim nggak?" tawar Neela dengan menoleh ke arah Juna yang duduk di lantai sampingnya.

"MAAUUUU." Belum sempat Juna menjawab, Wanda menyahut dari depan gerbang setelah memindahkan motornya.

Laki-laki itu berjalan petantang-petenteng dengan senyum tengilnya.

"Apa sihhh?" tanya Neela heran ketika Wanda sampai di dekat kamar Juna.

"Mau eskrim," balas Wanda yang dibalas tatapan sengit dari Neela.

Perempuan itu memilih untuk berdiri dan meneruskan tugasnya yang masih belum selesai daripada menanggapi Wanda yang tidak jelas. Sebelum berjalan menjauh, Neela menepuk pundak Juna sekilas, "ntar gue chat ya Jun, Wanda nggak usah diajak."

Juna yang mendengar itu langsung menampakkan senyum kemenangannya. Laki-laki itu berdiri sambil melirik Wanda dengan senyum menggoda.

Belum sempat mengucapkan kalimat ejekannya, Juna mendengar kamar sebelahnya terbuka dengan grusah grusuh. Menampakkan sang pemilik kamar yang menyipitkan mata dan badan yang belum sepenuhnya seimbang.

"Mana eskrimnya?" tanya Seno yang membuat Wanda dan Juna keheranan dengan tingkah konyol laki-laki si pemilik senyum manis itu.

"Nggak ada eksrim, lo salah denger," ucap Wanda seraya berjalan mendekat ke arah Seno dan mendorong laki-laki itu untuk kembali ke kamarnya, "Lo masih ngantuk kan. Mending lanjut tidur."

Seno yang masih belum sepenuhnya sadar tidak mengiyakan ucapan Wanda. Dia malah terdiam sejenak dengan tatapan kosong.

"Malah bengong," Wanda mendorong Seno pelan agar laki-laki itu kembali ke kasurnya, "tidur yang anteng ya anak gantenggg."

Wanda yang berhasil membuat Seno kembali ke tempat tidurnya memilih untuk keluar kamar. Sebelum menutup pintu, dia mematikan lampu kamar Seno yang menyala di siang hari.

"Jangan dimatiin," pinta Seno tanpa menoleh ke arah Wanda. Si pemilik kamar sudah asik dengan guling yang dia peluk. "Beneran jangan dimatiin, Wan."

Ucapan final Seno membuat Wanda tidak berani untuk melakukan tindakan berupa mematikan lampu kamar laki-laki itu.

Wanda memilih untuk segera keluar kamar dan menutup pintu dari luar. Sepertinya Seno sedang mengigau, tapi entah kenapa kalimat yang diucapkan terasa seperti larangan yang bisa Wanda permainkan.

Next Door!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang