16. Keanehan Wanda

323 53 9
                                    

"Kan gue udah bilang, gue nggak bisa, bang." Sebuah suara menghentikan langkah kaki Neela ketika dia berjalan menuju prodinya.

Perempuan itu mencoba mengintip ke arah halaman sepi yang biasa digunakan mahasiswa pertanian untuk merokok. Dia melihat Wanda bersandar pada tembok sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Laki-laki itu tampak sangat marah, namun sangat terlihat kalau dia sedang menahannya.

"Udah berani nolak?" ucap seorang laki-laki yang terkenal sebagai kating ramah di jurusan Neela dan Wanda. "Udah nggak jadi babu orang lagi?"

Liam – kating yang Neela kenal sebagai kating yang aktif mengikuti organisasi himpunan mahasiswa itu tampak mendekatkan kepalanya ke arah Wanda untuk membisikkan sesuatu.

"Kita satu sekolah lohh dari SMP, kali aja lo lupa." Liam menyeringai yang langsung didorong menjauh oleh Wanda.

"Lo kenapa sih bang? Suka sama gue?" ucap Wanda dengan santainya.

Laki-laki bernama Liam itu mendengus dengan senyum kesalnya.

"Ya udah sii, kalo nggak suka nggak usah salting," balas Wanda lagi yang membuat Neela hampir menyemburkan tawanya.

Dari gerak-geriknya, Neela bisa melihat kalau Liam sangat ingin meninju Wanda . Terlihat jelas dari tangan kanan Liam yang tampak mengepal kuat.

"Bang, gue kasih tahu ya. Kalo orang lain bilang 'nggak', ya jangan maksa!" Wanda menyugar rambut panjangnya yang dia gerai itu, "gue baru belajar nolak, jadi jangan bikin gue ngerasa bersalah terus setiap gue nggak bantuin lo."

"Okaay," balas Liam dengan senyum mengejeknya, "Muka asli lo yang mana sih, Wan. Muka SMP? SMA? Lo yang sekarang? Atau yang lain lagi?"

Wanda benar-benar mulai risih ketika Liam menatapnya dari atas hingga bawah seperti sedang memindai. Apalagi dengan senyum menyebalkan laki-laki itu.

"Urusannya sama lo apa sih, bang?"

Badan Wanda kembali di tahan ke arah tembok, ketika dia berusaha meninggalkan tempat ini. Sesungguhnya Wanda tidak tahu jalan pikiran dari katingnya.

"Nggak ada, anggep aja gue lagi gabut."

Wanda kembali menghelas napasnya, "LO. RIBET.!!" Ucap Wanda penuh penekanan sebelum meninggalkan Liam.

Belum ada beberapa langkah, Wanda kembali didorong pada tembok dan menahannya hingga Wanda tidak bisa bergerak.

"Woaah Woaah, kalem bang Li." Pada akhirnya Neela memilih untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Jika dia tetao bersembunyi, dapat dipastikan dua orang itu akan bertengkar hebat.

Kedua tangannya terulur ke depan seakan seakan untuk menahan agar Liam tidak bertindak lebih jauh. Dia sengaja berhenti beberapa meter dari tempat mereka berdua berdiri.

"Ada dua dekting yang otw ke sini tuh, kayaknya mau ngudud," ucap Neela seraya menunjuk arah belakangnya menggunakan kepala.

Kating Neela dan Wanda itu memilih untuk melepaskan tangannya pada wanda, dan berusaha merapikan baju sebelum meninggalkan tempat ini.

Langkah kaki Liam terhenti ketika Neela menghentikan kakinya tepat di depan Liam. Wajah laki-laki itu tampak bingung ketika Neela dengan berani menatap remeh ke arahnya.

Tangan Neela memberi tanda kepada Liam untuk menunduk sebentar. Neela ingin mengatakan sesuatu kepada laki-laki itu.

"Jangan suka maksa orang, bang. Nggak semua hal harus berjalan sesuai keinginan lo. Kadang mie ayam, kadang soto. Jangan cuma sop matahari teruss."

Next Door!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang