11. Suara Lagi

309 58 16
                                    

"Sumpah Nil, lo lama banget!" keluh Wanda seraya mengetukkan jari pada bagian depan motornya. Laki-laki itu tampak sangat gelisah karena Neela masih belum selesai.

"Brisikk! Lo yang salah bikin cover laprak, lo juga yang ngomel," lirik Neela sekilas yang kemudian kembali memperhatikan laporan praktikum milik Wanda yang sedang dijilid.

Wanda hanya bisa membalas dengan cibirann tanpa suara, yang tentu saja Neela tidak bisa melihatnya.

"Lo ngide bikin cover hasil nyontek punya siapa sih?"

"Kak Sonia."

"Streess!! Cover laprak dua tahun lalu ngapain lo contek gilaa," omel Neela seraya mengeluarkan ponsel untuk membayar non tunai.

Tak berselang lama, abang tukang fotocopyan langganan Neela itu kembali untuk menghampiri Neela yang dari tadi berdiri di belakang meja.

Laki-laki yang berumur lima tahun lebih tua dari Neela itu pun menyerahkan laporan praktikum dengan nama 'Wanda Ari Pambudi' sebagai penulisnya.

"Bang, gue udah bayar pake Qris. Kalo belom masuk, nanti chat gue aja," ucap Neela seraya naik ke atas motor Wanda. Tangannya tak lupa memperlihatkan bukti berhasil bayarnya dari kejauhan yang dibalas anggukan oleh Bang Tio.

"Okee, lain kali jangan mepet Nil. Kirim ke gue tengah malem nggak apa apa, pagi bisa lo ambil," ingat Tio yang dibalas senyuman dan acungan jempol sebelum perempuan itu benar-benar pergi.

Neela membenarkan posisi duduknya ketika Wanda berhenti untuk menyebrang jalan. Perempuan itu sedang memeluk dua buah laporan praktikum yang mungkin masing-masing mungkin bisa berisi 70 an halaman. Belum termasuk lampiran, hehe.

"Eh Wan," panggil Neela yang dibalas deheman oleh Wanda, "sepuluh menit lagi mulai."

"Anjirrr!!" umpat Wanda seraya menarik gas motornya dengan cepat. Reflek tangan Neela menarik tas ransel Wanda agar tidak jatuh.

Sabtu pagi ini merupakan jadwal Neela dan Wanda untuk melakukan responsi, atau sebut saja ujian setelah praktikum selesai.

Praktikum ini merupakan satu dari lima praktikum yang baru selesai dari semester ini. Jika semua responsi terlewati, kemungkinan besar Ujian Akhir Semester akan datang.

"Parkir depan aula ajaaa, hari sabtu pasti pada libur," usul Neela yang kemudian disetujui oleh Wanda, "kecuali kita sih, nggak ada libur, huwaaa."

Jadwal hari Sabtu Neela yang seharusnya bersih-bersih kosan harus tertunda karena ada jadwal responsi ini. Terpaksa Neela harus melakukan tugasnya di sore hari nanti.

Setelah motor beat Wanda terparkir cantik, Neela pun segera berlari menuju gedung B. Meninggalkan Wanda yang sedang menata rambut panjangnya.

"Heran deh, yang ngide bikin aula di lantai tiga siapa sihhh," keluh Neela yang menghentikan langkahnya sesaat setelah dia menginjakkan kakinya di lantai tiga.

Wanda yang sampai setelah Neela langsung masuk ke dalam aula. Namun belum ada sepuluh detik laki-laki itu kembali keluar untuk menghampiri Neela yang masih mengatur napasnya.

Laki-laki itu berhenti tepat di depan Neela kemudian mengulurkan tangannya ke arah Neela. Perempuan itu tidak menyangka, kalau Wanda akan menunjukkan sisi manisnya kepadanya.

"Laprak gue mana?" tanya Wanda seraya meraih laporan praktikumnya yang ada di pelukan Neela yang sudah mengendur itu.

Neela hampir saja menjatuhkan rahangnya melihat tingkat Wanda yang benar-benar sesuai dugaan di kepalanya selama ini. Anak Babi.

Tanpa menunggu lama, Neela pun segera menyusul Wanda masuk ke dalam aula. Sebelum duduk, dia menyerahkan laporan praktikum miliknya kepada coass yang membimbingnya.

"Neelaa, siniii!" panggil seorang perempuan dengan melambaikan tangan kanannya.

Perempuan bernama Winny itu pun menggeser bokongnya ke kursi sebelah untuk memberi Neela tempat untuk duduk.

"Kok lo bisa telat sih? Untung belum dimulai," tanya Winny seraya menyerahkan botol minumnya kepada Neela. Sungguh teman yang perhatian.

"Gara-gara si Wanda noh," tunjuk Neela pada Wanda yang duduk di deretan depan, "dia tuh salah bikin cover, nyontek punya kak Sonia."

Winny hanya bisa menahan tawa ketika melihat Neela yang sering tersiksa karena tingkah laku Wanda. Dulu karena mereka sekelas, sekarang ditambah karena Wanda sewa kamar di kosan milik keluarga Neela.

"Eh, lo kesini bareng siapa? Bukannya motor lo masih di bengkel karena rantainya putus?" tanya Neela seraya mempersiapkan alat tulis karena salah satu kating sudah memulai acaranya.

"Hehe, bareng kak Jalu." Winny mengeluarkan cengirangannya yang langsung dibalas geplakan pelan dari Neela.

"Ada gila-gilanya, masih aja ngeladenin mantan."

"Yaudah si Nil, orang udah jadi temen kok."


^_^


"Cepetaaaan!"

"Apa sih Wan? Dari pagi marah pengen cepet-cepet teross. Heran," gerutu Neela seraya menghampiri Wanda yang sudah bersiap untuk menghidupkan motornya, "bentaar, bolpen gue ada di Winny."

"Ribet lo, ntar beli lagi."

"Nggak bisa, habis ini mau ngerjain tugas soalnya."

Neela pun berlari menghampiri Winny yang berdiri tidak jauh dari tempat Wanda parkir. Teman perempuan Neela itu tampak seperti sedang menunggu jemputan dari seseorang.

Wanda pun hanya bisa menunggu Neela sambil menguap berkali-kali. Dia sangat mengantuk.

"Ngantuk bang?" tanya Neela yang sudah berhasil mendapatkan pulpennya kembali. Dia pun segera naik ke atas motor Wanda untuk pulang ke rumah.

Laki-laki itu mengendarai motornya dengan pelan, karena jalanan keluar parkir masih ramai tampak, "gue belum tidur dari semalem."

"Laaaah, tidur itu enak kenapa milih sesuatu yang nggak enak sihh."

"Semalem mati listik anjay, padahal gue baru semangat banget ngerjain laprak acara enam buat senin."

Bentar deh. Semalam mati listrik dan Neela tidak tahu akan hal tersebut. Apa karena dia terlalu nyenyak, jadi dia tidak terganggu sama sekali dengan adanya mati listrik tersebut. Bahkan bermimpi pun tidak.

Neela jadi teringat tentang kejadian beberapa hari lalu tentang mati listrik dan suara rintihan seseorang. Dia pun langsung mengirimkan pesan ke Juna untuk menanyakan apakah laki-laki itu kembali mendengar rintihan seseorang.

Tak berselang lama, dia pun menerima balasan dari Juna

"Juna denger, tp samar. Sblm ada suara itu, Juna denger suara gedubrak mayan kenceng."

"Eh Wan, pas kosan mati listrik lo denger ada suara rintihan orang nggak?" tanya Neela dengan tujuan memecah rasa penasarannya.

"Denger."

"Siapa? Orang atau setan?"

"Gue."

"Hah? Lo setannya?"

Wanda menghela napasnya pelan, dia belum memiliki tenaga untuk berdebat dengan Neela, "gue semalem yang ngerintih, jempol gue nabrak pojokan meja. Bangke emang."

Mendengar itu Neela jadi meringis, seakan ikut merasakan betapa sakitnya jempol kaki menabrak pojokan meja yang pernah dia alami juga.

"Beneran lo, Wan?" tanya Neela untuk memastikan kembali.

"Iyaaa, kenapa sih? Kedengeran sampe rumah lo emangnya?"

"Ya enggak sih, Juna yang denger. Dia curiga ada setan di kosan."

"Stresss lo!!"

Next Door!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang