17. Obrolan dengan Neela

199 41 0
                                    

"Pernah ada yang suka sama Neela nggak sih?" tanya Juna sesaat setelah mereka duduk berhadapan di warung mie ayam belakang kampus.

Juna tadi menelpon Neela ketika kelasnya selesai, karena dia tahu kalau perempuan itu baru saja menyelesaikan kegiatannya di kampus.

Mengendarai sepeda listrik masing-masing, si anak pemilik kos dan penyewanya itu pun memilih mie ayam untuk menjadi santapan makan siang mereka.

"Jujur atau boong nih?" tanya Neela balik dengan senyum nakalnya. Juna pun hanya bisa menghela napasnya yang menandakan kalau dia menginginkan jawaban jujur dari Neela, "sejauh ini kayaknya nggak ada yang suka sama gue sih, Jun."

Perempuan itu menyeruput air es yang dia pesan, sebelum melanjutkan kalimatnya, "tapi kata temen gue, pernah ada yang suka. Tapi anehnya gue nggak ngerasa gitu."

"Neela lagi bohong apa gimana sih?"

Juna merasa, kalimat yang dikatakan oleh teman di depannya itu sangat aneh dan tidak menjelaskan dengan sejujur-jujurnya.

"Tapi beneran Jun, kek beneran nggak kerasa. Pernah nih, ada temen sekelas gue, cowo namanya Fahri. Dia tuh banyak banget nanya ke gue, bahkan ke hal remeh sekedar contekan PR yang bahkan semua orang tahu gue belum ngerjain."

Cerita Neela sedikit terjeda ketika dua mangkok mie ayam tersaji di depan mereka. Kedua orang tersebut memilih fokus pada meracik mie ayam tersebut dengan racikan selera masing-masing.

"Trus gimana?"

"Ya gue nggak ngira, kalau ternyata tindakan dia tuh sebenarnya caper ke gue. Itu si yang temen sekelas gue bilang. Tapi gimana ya, Jun. Si Fahri Fahri itu diem aja, nggak ada tuh bilang kalo suka sama gue. Ya gue mana tahu."

"Kalau misal, Fahri bilang suka sama Neela, emang bakalan diterima?" tanya Juna yang langsung dibalas dengan gelengan kepala, "Kenapa?"

Neela hanya membalas dengan mengangkat bahunya malas yang memberikan tanda kalau perempuan itu tidak ingin menjelaskan lebih detail mengenai hal tersebut.

Sejujurnya Juna sangat ingin tahu tentang apa saja yang ada di pikiran Neela. Menurutnya, Neela itu sangat unik dan misterius. Banyak pertanyaan yang hinggap di benak Juna sejak awal pertemuan mereka yang belum tersampaikan.

"Neela," panggil Juna pelan, Neela mengangguk pelan karena mulutnya penuh dengan mie, "Kalau semisal nih, pada akhirnya Juna suka sama Neela, apa yang bakalan Neela lakuin?"

Bukannya segera menelan makanannya, Neela malah terdiam sejenak dengan mata melirik ke atas seakan sedang memikirkan sesuatu. Namun, berikutnya dia kembali mengunyah makanannya dan menatap Juna dengan senyum tipisnya.

"Kalo lo suka sama gue, bilang aja Jun. Gue nggak gigit kok," jawab Neela setelah menelan makanannya, "Tapi Jun, jangan ngarep banyak banyak. Gue orangnya masih tolol soalnya."

Tawa Neela pecah sesaat setelah menjawab itu, yang hampir membuatnya tersedak bila tidak Juna hentikan.

Juna yang mendengar itu pun, kembali dilanda kebingungan. Semakin berani dia melontarkan pertanyaan tentang rasa penasarannya, semakin banyak pula hal menarik yang dia dapatkan.

"Kalo misal Juna ngarep, emangnya kenapa Neela?" tanya Juna karena masih kurang puas dengan jawaban Neela yang terkesan menggantung.

"Gini loh, Juna ganteng," Neela menepuk puncak kepala Juna dua kali sebelum melanjutkan kalimatnya, "Kalo ada yang suka sama gue, itu hak dia. Gue nggak ada hak buat ngelarang. Cuman, jangan berharap dan minta lebih dari gue."

"Misal, ada yang bilang ke Neela buat minta lebih gimana?"

"Ya tetep akan gue kasih sama kayak sebelumnya."

Juna mengangguk berkali kali seraya mencerna kalimat yang baru saja Neela ucapkan kepadanya. Sejujurnya, Juna masih sedikit bingung dengan semua pertanyaan dan jawaban ini.

"Lo lagi suka sama orang atau disukain orang, Jun?" tanya Neela tiba-tiba yang membuat Juna hampir tersedak. Laki-laki itu segera minum, sebelum melihat ekspresi nakal dari Neela.

"Mau jawaban jujur apa bohong, Neela?"

Neela menjawab dengan mengadah kedua tangannya ke depan, untuk mempersilahkan Juna untuk menjawab sesuka hatinya.

"Neela, Juna kapan bisa ngerasa suka atau disukain orang sih? Kepingin deh."

Jawaban lucu Juna membuat Neela hampir tertawa lepas jika tidak ingat lokasi mereka saat ini.

"Juuun, lo salah oraangg!! Tanya ke gue adalah sumber kesesatan," tegas Neela yang kembali menepuk puncak kepala Juna.

"Tapi June kepo!"

"Lo tanya ke gue, sedangkan gue aja nggak pernah ngerasain hal itu. Disukain orang kalau nggak dikasih tahu ya nggak bakal tahu."

"Trus semua jawaban tadi, Neela jawab berdasarkan apa?"

Neela mengeluarkan cengirang konyolnya, "based on karangan bebas dan beberapa omongan mama sih, hehe."

Ibarat orang buta jalan di trotoar Indonesia. Kalo nggak nabrak tiang listrik, ya masuk warung pecel lele.

"Kalo lo kepingin jawaban tentang kasmaran, coba lo tanya ke ortu atau nggak ke kakak lo, Jun. Gue jamin lebih lovey dovey dan memuaskan."

"Nggak juga, Neela," sanggah Juna, "Soalnya, Juna kepingin dapet perspektif dari orang lain, di luar keluarga baik yang Juna dapatkan."

Anggap saja Juna terlalu banyak berpikir. Terlalu banyak kisah terkait kasih sayang yang pernah diceritakan kepadanya. Mulai sisi baik hingga sisi terburuknya.

Namun, Juna menginginkan pandangan lain yang bisa dia dapatkan dari orang lain. Karena dunia tidak berputar pada dunia di keluarganya saja. Masih banyak pandangan dari keluarga-keluarga lain yang mungkin memaknainya berbeda.

Jika keluarga Juna bisa memaknai cinta sebagai bunga, maka bisa jadi bunga itu adalah bunga mawar.

Jika keluarga lain bisa memaknai cinta sebagai bunga, maka bisa jadi bunga itu adalah bunga bangkai.

Sama-sama berjenis bunga, tetapi memiliki bau yang berbeda. Pandangan yang berbeda, dan akan diperlakukan berbeda pula.

"Kalau menurut gue ya Jun, cukup lakuin sesuai yang lo anggap benar aja. Jangan terlalu terpengaruh dari sisi orang lain, hanya karena ingin diterima orang tersebut."

"Bisa kasih contoh nggak, Neela?"

"Misal nih, menurut keyaninan lo, nyuci baju itu perlu direndam dulu sebelum dikucek. Tapi tiba-tiba Wanda bilang kalo nyuci itu langsung dikucek aja, buang-buang waktu, kasihan orang lain juga mau nyuci di situ harus nunggu lama."

Juna memperhatikan dengan seksama cerita yang sedang Neela ceritakan tersebut.

"Ya kalo menurut lo nyuci perlu rendam, ya rendam aja dulu bentar. Masalah Wanda pingin nyuci juga, ya dia tetap harus nunggu. Dia perlu antri, karena udah ada lo yang nyuci duluan."

"Tapi kalo gitu, mungkin Juna jadi bakalan ngerasa nggak enak ke Wanda karena Wanda jadi nunggu lama."

"Ya biarin! Biarin dia nunggu, udah jadi konsekuensi." Neela meminggirkan mangkok yang telah kosong ke sisi kanannya, "siapa cepat dia dapat."

Next Door!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang