Tangan kanan Neela sibuk menenteng sebuah ember sedangkan tangan kirinya memegang gagang pel. Perempuan itu turun dari lantai dua menuju lantai satu untuk menyelesaikan tugasnya.
Hari ini bukan hanya jadwalnya bersih-bersih kosan, melainkan ada kegiatan mengingatkan anak-anak untuk membayar kosan. Penghuni kamar atas rata-rata akan membayar besok dan langsung mentransfer ke rekening mamanya.
Sambil berjalan ke arah kamar mandi, Neela mengetuk pintu kamar Wanda, Juna, dan Seno bergantian. Dia meneriakan "Woyy bayar kosann!" yang langsung mendapat balasan dari Wanda, "Brisik aaah!!"
Neela melalukan hal tersebut hanya ke penghuni kamar bawah karena dia sudah dekat dengan mereka. Dia lebih lebih merasa sungkan kepada penghuni lantai atas karena kebanyakan dari mereka merupakan mahasiswa semester akhir yang kemungkinan besar tingkat sensitifitasnya lebih tinggi.
Neela takut, hehe.
Perempuan itu mulai mengisi embernya dengan air, ketika seseorang keluar dari salah satu kamar lantai bawah. Neela menoleh sekilas dan mendapati Juna yang keluar kamar lalu duduk santai di ambang pintu kamarnya.
"Neela udah sarapan belum?" tanya Juna yang dibalas gelengan tanda dia belum sarapan hingga hari menjelang siang.
Hari ini mamanya hanya membelikan beberapa jajanan pasar sebelum pergi keluar. Entahlah Neela tidak tahu kegiatan yang sedang dilakukan mamanya, yang dia tahu hanya mamanya pergi ke rumah kakek.
"Neela ada ide buat makan nggak?" tanya Juna lagi yang sepertinya sangat kelaparan itu.
Laki-laki itu sibuk membuka aplikasi pesan antar makanan sebagai referensi makanan yang akan mereka makan nanti. Seperti biasa, makanan di sekitar sini hanyalah makanan dengan bahan baku ayam.
Ayam penyet, ayam geprek, ayam goreng krispi, ayam bakar, sop ayam, apa lagi ya? Juna hampir tidak bisa menyebutkan semuanya, saking banyaknya menu makanan dari ayam.
Kegiatan scrolling Juna terjeda, ketika mendengar pintu kamar sebelahnya terbuka.
Wanda keluar dengan pakaian rapi seraya menggendong gitarnya. Laki-laki itu memakai sepatunya dengan terburu-buru hingga menoleh ke Juna pun tidak.
"Gue duluan ya," pamit Wanda ketika selesai mengenakan sepatu miliknya. Kepergian Wanda dicegah karena panggilan Neela dari arah kamar mandi.
Wanda yang sudah bersiap mengeluarkan motornya itu menoleh, "Gue bayar kosannya telat dikit ya, mau ngeprint laprak duluu." Laki-laki itu pamit sekali lagi sebelum benar-benar kelur dari kosan.
Neela hanya bisa menghela napasnya pasrah, dia tidak bisa memaksa Wanda untuk segera bayar. Karena dia tahu kebutuhan laprak yang harus dikeluarkan tidaklah sedikit.
^_^
Panasnya siang hari ini tidak terlalu menyengat kulit, sehingga Neela dapat menggunakan celana pendek sepahanya dengan santai. Tak lupa kaos besar berwarna pink, Neela keluar rumah dengan ponsel di tangannya.
"Neela kenapa pake celana pendek? Nggak panas?" tanya Juna spontan namun setelah itu dia menyadari sesuatu, "eeh, maaf ya Neela kalau Juna nggak sopan."
Bukannya tersinggung, Neela malah tersenyum sumringah. Juna mulai banyak bicara dan mulai bisa mengomentari beberapa hal yang ada di sekitarnya tanpa ketakutan lagi. Mungkin butuh beberapa kontrol saja, karena mungkin bagi beberapa orang akan terkesan tidak sopan.
"Santaai aja kalo sama gue, Jun," ucap Neela seraya menggandeng lengan kiri Juna untuk menuju tempat makan, "tapi lo harus hati-hati kalo ngomong ke orang lain. Takutnya lo dicap kolot dan sok ngurusin urusan orang."
Juna pun mengangguk paham dengan ucapan Neela. Dia juga baru bisa sesantai ini dengan orang terdekatnya saja, kalau orang lain Juna masih merasa takut.
Laki-laki itu pun sekarang sudah terbiasa dengan Neela yang suka menggandengnya. Awal-awal kenal dengan Neela, dia sering terkejut dengan sikap inisiatif Neela.
Neela terlalu aktif untuk Juna yang sangat pasif.
"Eh iyaa, Si Seno kemana? Nggak ikut makan?" tanya Neela sesaat setelah mereka sampai di tempat makan.
Juna mengangkat bahunya sebagai tanda ketidaktahuannya.
Tempat makan pilihan mereka jatuh kepada warung ayam geprek depan gang yang baru saja buka awal minggu lalu. Lumayan ramai pengunjung, namun masih ada tempat untuk Neela dan Juna.
Sekembalinya Juna memesan dan membayar makanan mereka, laki-laki itu melihat wajah masam dari Neela.
"Seno nggak bales chat gue. Itu anak masih tidur apa gimana sih?" kesal Neela seraya memperlihatkan ponselnya ke Juna yang memperlihatkan pesan yang dia kirimkan ke Seno.
"Setahu Juna, Seno tadi di kosan kok. Motornya ada, lampu kamarnya hidup, tapi tulisan depan kamar Seno diganti jadi don't distrub'," jelas Juna pada situasi yang dia ketahui tentang Seno.
Anehnya, saat Juna ingin mengajak Seno lagi. Dia bisa melihat stinky note kecil tertempel di depan pintu kamar Seno, tepat di bawah tulisan don't distrub'. Di sana tertulis, beneran jangan ganggu dulu.
"Kalian ada deadline yang butuh begadang kah?" tanya Neela yang dibalas anggukan oleh Juna, "mungkin dia semalem ngerjain itu kali ya. Trus bales dendam tidur seharian."
Bisa jadi. Tapi itu bukan kebiasaan Seno. Semalam apapun Seno tidur, dia tidak akan tidur selama itu.
Laki-laki itu selalu bangun pagi dan membuka kamarnya lebar. Kalau sedang tidak ada kelas pagi, Seno akan mencuci baju dulu baru lanjut kegiatan lain.
"Jam setengah dua pagi ada mati listrik, Neela tahu?"
"Enggak," Neela menggelengkan kepalanya, "udah tepar duluan, jadi nggak ngeh kalo mati listrik."
"Mati listik sebentar tapi bikin Juna bertanya-tanya."
"Lo liat setan?"
Juna menggelengkan kepalanya lalu mengangguk ragu. Sebenarnya dia tidak yakin dengan yang dia dengar semalam.
"Semalem tuh Juna kebangun karena haus kan. Nah pas Juna mau ambil minum eeeh mati listrik. Sumpah itu gelap banget Nil."
"Lo takut?"
"Dikit, tapi untungnya ada lampu portabel yang masih ada batrei. Jadi masih aman lah."
Keanehan mulai muncul ketika Juna mulai memejamkan mata lagi. Samar-samar dia mendengar suara rintihan seseorang. Awal-awal masih terdengar samar, namun lama kelamaan rintihannya semakin terdengar jelas.
Rintihan yang terdengar sangat menyakitkan diikuti dengan isak tangis yang terdengar samar.
"Orang atau setan?" tanya Neela yang penasaran dengan cerita Juna tersebut.
"Jujur Juna nggak tahu, karena pas Juna mau keluar kamar buat cek eeeh lampunya hidup."
Saat tidur, Juna memilih untuk mematikan lampu kamarnya dan hanya menggunakan lampu tidur yang tentu saja akan ikut mati ketika mati listrik.
Saat lampu depan kamar sudah hidup, dia mulai memberanikan diri membuka kamarnya untuk memeriksa yang baru saja dia dengar.
Anehnya lagi, saat dia membuka pintu kamar, suara tersebut sudah hilang. Sama sekali tidak ada suara lagi. Sunyi.
"Kayaknya beneran setan deh Jun," ringis Neela yang sedikit takut dengan cerita Juna itu.
Berbeda dengan Neela, pikiran Juna malah berpikir sebaliknya. Suara itu adalah suara seseorang yang dia kenal baik akhir-akhir ini. Namun, Juna belum mau mengatakannya ke Neela karena mungkin orang tersebut tidak menginginkannya.
--------------
Note :
Terima kasih ya buat yang masih stay nungguin kelanjutan cerita ini. Maaf kalau aku ilang-ilangan karena emang lagi riweh di rl. Semoga aku bisa terus konsisten buat lanjutin cerita ini sampe tamat yaa :)
Panjang umur untuk semua hal-hal yang baik ✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Door!
Fanfiction02L SM [ Ningning aespa x Jisung Nct Dream x Wonbin riize x Sion Nct Wish ] Ketika suasana tak lagi sama. Neela mendapatkan penghuni kosan yang seumuran dengannya. Ada yang lemot, ada yang suka bikin emosi, ada pula yang kadang nggak tega untuk di...