21. Pingsan

213 38 0
                                    

Wanda Gilaaak!!

Bagaimana bisa laki-laki itu menggendongnya turun dari lantai tiga menuju parkiran motor lalu membawanya ke medical center yang berada jauh di ujung kampus. Lagi, Wanda membawanya Boti dengan Winny di paling belakang untuk menjaganya.

Iya bener, kalian tidak salah baca. Boti, bonceng tiga!!

Wanda sepertinya benar-benar gila hingga nekat membawanya langsung tanpa meminta bantuan yang lain.

Terakhir yang Neela ingat, dia merasakan pusing yang menyebabkannya tidak bisa melihat dengan jelas. Awalnya dia kira hanya buram biasa, hingga dia memilih untuk memegang erat tas ransel milik Wanda sebagai penopang tubuh.

"Tangan lo minggir, tas gue jadi berat." Kurang lebih keluhan Wanda yang bisa dia dengar sebelum dia benar-benar tidak sadarkan diri.

Keadaan kelas yang sedang menunggu ketua kelas mengambil kunci pun menjadi heboh ketika Neela jatuh pingsan tiba-tiba. Kehebohan bertambah ketika Wanda memeluk Neela di posisi jatuh karena laki-laki itu tidak siap menahan berat tubuh Neela.

"Padahal tadi kak Liam nawarin buat pake mobil dia," cerita Winny yang semakin membuat Neela ingin menjambak rambutnya yang sudah kusut itu, "eeeh kuping di Wanda budek."

Liam? Sudah sangat jelas Wanda tidak akan menerima bantuan dari laki-laki itu. Mengingat hubungan kedua orang itu tidak cukup baik setelah kejadian di smooking area beberapa waktu lalu.

"Trus tu anak sekarang kemana?" tanya Neela seraya bangun dari posisi tidurnya. Kepalanya masih terasa sangat berat ditambah dengan badannya yang terasa lebih lemas dari biasanya.

Winny menjawab dengan mengangkat bahunya tanda tak tahu. Seingat perempuan itu, Wanda pamit keluar ruang rawat setengah jam yang lalu sesaat setelah Neela selesai ditangani. Laki-laki itu hanya berpesan untuk menjaga Neela sebentar sampai dia kembali.

"Pulang yukk, Win," ajak Neela seraya meraih tasnya yang berada di atas meja.

Belum sempat teraih, tangan Neela ditahan oleh sebuah tangan yang lebih besari dari miliknya, "mau kemana?" ucap Wanda dengan suara yang terdengar tidak seperti biasanya.

Neela menoleh dan mendapati Wanda berdiri tepat di sampingnya dengan ponsel bersemayan manis di telinga kanan laki-laki itu.

"Neela udah sadar kok, bu." Neela mengernyitkan dahinya karena penasaran dengan orang yang sedang ditelpon oleh laki-laki itu hingga namanya menjadi topik pembicaraan, "Oke bu, hati hati di jalan. Neela aman sama Wanda."

Laki-laki berambut panjang yang sengaja dia gerai itu, memasukkan ponselnya ke dalam saku celanan, kemudian meletakkan telapak tangannya ke dahi Neela.

Sangat tiba-tiba dan tanpa persetujuan perempuan itu.

"Masih kuat jalan atau perlu gue gendong?" tanya Wanda yang membuat Neela reflek menggelengkan kepalanya cepat.

"Kuat kok." Dengan bantuan Winny, Neela berjalan keluar ruang rawat dengan Wanda memimpin jalan di depan.

Laki-laki itu menggendong dua tas ransel, miliknya sendiri dan juga milik Neela. Saat berjalan pun, Wanda masih sibuk dengan ponselnya, entah sedang berbalas dengan siapa hingga tidak menoleh ke belakang bahkan hanya untuk memastikan Neela sudah berjalan dengan benar.

Wanda sangat aneh.

Berdasarkan cerita Winny, laki-laki itu tampak sangat khawatir ketika melihat Neela tiba tiba pingsan. Hingga semua perkataan anak kelas tidak dihiraukan dan memilih untuk membawa Neela sendirian.

"Lo berdua dari mana anjir?" ucap Wanda keras dan membuat Neela juga mau tak mau melihat ke arah Wanda lihat.

Seno dan Juna datang lengkap dengan pakaian yang mereka gunakan untuk berperang.

Next Door!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang