14. Sosok Bapak

271 46 10
                                    

"Ayah itu bapak sambung gue, tapi bapak kandungnya Sania." Seno akhirnya membuka cerita ketika mereka baru saja selesai membersihkan salah satu kandang anak sapi.

Tahun terakhir Seno di SMP, dia harus menerima kenyataan kalau dia kehilangan sosok bapak kandungnya karena sakit yang sudah diderita sejak lama.

Jadi, bukan sesuatu yang mendadak dan membuat Seno harus menderita akan kecurigaan semasa hidup.

Awal masuk SMA pun Seno sudah berani memberi ijin Mamanya untuk menikah lagi. Bukan sesuatu yang sulit bagi Seno untuk memutuskan hal ini. Karena menurutnya, dengan mama memiliki suami baru, pasti akan memudahkan banyak hal di kemudian hari.

Benar saja. Seno bisa mendapatkan kasih sayang dari Ayah yang hampir sama dengan kasih sayang yang diberikan Papanya dulu. Bahkan bisa dibilang, Ayah ini duplikat Papa.

Berangkat ke acara sekolah, mengambil rapor tiap semester, mengantar Seno ujian masuk perguruan tinggi, bahkan mencarikan kos saat Seno harus berkuliah di luar kota.

"Jadi, ini kandang bakal turun waris ke lo, ya, Sen?" tanya Wanda yang sebelumnya memperhatikan betapa luasnya peternakan milik keluarga Seno ini.

"Ya belum dong, orang mama gue masih hidup," balas Seno seraya melepas sepatu boothnya yang terkena kotoran sapi itu.

Laki-laki mengubah duduknya untuk bersandar pada tiang di belakangnya, "Ini tuh usaha punya kakek dari Mama, jadi turun waris ke mama dulu baru ke gue + Sania di masa depan."

Papa Seno hanyalah menantu dari keluarga peternak sapi ini. Namun, seluruh hidupnya dia dedikasikan untuk mengelola dan membantu mengembangkan usaha hingga sebesar sekarang.

Kandang yang sudah ada di beberapa tempat, mitra usaha yang pasti, pemasok yang sudah berlangganan. Semua itu berkat usaha papa Seno yang dia persembahkan demi istri dan anak tercintanya.

"Trus Ayah lo ini, bisa aja ngambil bagian yang bukan haknya dong," celetuk Wanda yang sejujurnya bisa saja terjadi.

"Bisa aja, tapi nyatanya sampe sekarang dia masih betah kerja kantoran. Ditambah bantuin mama gue kerja di kandang."

"Papa tiri baik kan, Sen?" tanya Neela dengan hati-hati karena dia takut pertanyaannya menyinggung ranah privasi dari Seno.

"Baik kok, ngisi banget peran bapak di keluarga. Cuman tetep ya, namanya juga bapak sambung. Cuma melanjutkan peran bapak buka menggantikan."

Yang diucapkan Seno memanglah benar. Bapak sambung itu melanjutkan peran bapak di keluarga mereka, bukan untuk menggantikan bapak – Papa Seno yang telah meninggal.

Semua yang telah diberikan oleh Papa, akan tetap menjadi sesuatu yang tidak akan tergantikan oleh siapapun. Namun, bukan berarti harus menutup kesempatan ketika orang baru datang untuk hal yang lebih baik.

"Ngomong-ngomong soal bapak. Papanya Neela tuh kemana ya? Perasaan beberapa bulan Juna ngekos cuma ketemu sama bu Nada," tanya Juna yang malah disambut senyuman lebar oleh Neela.

Pertanyaan yang sedari awal Neela duga akan dilontarkan oleh salah satu dari ketiga temannya itu.

"Gue nggak punya bapak," ucap Neela santai yang malah dihadiahi toyoran dari Wanda, "beneran nggak punya bapak gue tuh." Neela kembali menegaskan.

Tangan Wanda yang bersiap memberikan dorongan pelan ke kepala Neela itu harus tertunda karena perempuan itu berhasil menghindar dengan menggeser duduknya ke arah Juna.

"Nggak semua keluarga itu harus ada bapak di dalamnya," ucap Neela yang mendapat tatapan bingung dari Juna di sampingnya. "Nyatanya gue hidup aman sejahtera sampe sekarang. " Perempuan itu menyibak rambutnya dengan bangganya.

"Meninggal? Atau Cerai?" tanya Wanda yang terlihat sangat penasaran dengan kisah Neela itu. Kisah yang sepertinya bukan kisah yang menyedihkan dan patut dikasihani.

Begitu juga dengan Seno dan Juna, kedua laki-laki itu juga sangat penasaran dengan kehidupan Neela yang selama ini terlihat hampir sempurna.

"Nggak dua-duanya." Neela memberikan jeda sejenak. "Dari awal emang nggak punya bapak aja."

Ketiga teman Neela itu hanya bisa terdiam, karena bingung harus memberikan respon seperti apa.

Apa mungkin Neela ini memiliki dendam pada sosok bapaknya, hingga dia tidak mau mengakuinya?

Apa mungkin dia tidak ingin menceritakan sosok bapaknya itu, karena bapaknya seorang kriminal?

Entahlah, banyak pertanyaan-pertanyaan gila yang muncul di kepala ketiga teman laki-lakinya itu. Terutama Wanda yang memperhatikan raut wajah Neela dengan seksama, tidak ada kesedihan di wajah perempuan itu.

"Gini gini," ucap Neela untuk menggiring ketiga teman laki-lakinya itu untuk mendekat, "Singkatnya, Mama gue nggak pernah punya suami, tapi dia punya anak kandung."

"Sumpah Nil, gue bingung," keluh Seno yang semakin tidak paham dengan konsep yang sedang di jelaskan oleh Neela.

Mungkin sebagian besar orang akan berpikir keluarga Neela ini aneh dan tidak normal ketika mendengar ceritanya.

Memang aneh sih, Neela akui itu.

Saat Mamanya Neela masih muda, pergaulannya bisa dibilang sangat bebas tanpa batas. Melakukan suatu hal seharusnya tidak dilakukan dengan seseorang secara acak yang datang di kehidupannya.

Hingga pada akhirnya, Neela hadir di kehidupan Mamanya dengan segala huru haranya. Awalnya, keluarga besar sangat menentang untuk menghadirkan Neela di dunia. Tapi dengan keteguhan hati Mama Nada, akhirnya Neela dilahirkan di dunia.

"Jadi Neela hadir karena kesalahan?" tanya Juna yang dibalas gelengan kepala oleh Neela.

"Mama gue nggak anggep ini kesalahan, semuanya berkat yang diberikan Tuhan buat kehidupannya. " Neela tersenyum senang. "Setidaknya itu yang selalu mama gue ucapin ke gue sejak kecil. Jadi, nggak ada alasan buat gue untuk nggak bersyukur di dunia ini."

Mama Nada berhasil. Membawa Neela ke dunia dan memberikan pemikiran luar biasa yang tidak semua orang bisa lakukan. Semua proses yang Neela lalui pun bukan sesuatu yang mudah dia terima, semua butuh proses.

"Neela pernah nyariin Papanya Neela nggak?" tanya Juna yang lagi-lagi dibalas gelengan kepala.

Dulu, saat Neela masih kecil pernah mempertanyakan kenapa dia tidak memiliki sosok bapak seperti orang lain. Namun, seiring berjalannya waktu dia akhirnya paham, tidak semua keluarga yang punya sosok bapak akan berakhir bahagia.

"Fatherless," celetuk Wanda yang langsung disetujui oleh Neela.

Banyak kasus orang-orang di sekitar Neela, terutama temannya saat SMA dulu. Dua dari tiga temannya bisa dibilang fatherless.

Sosoknya ada, tapi perannya yang tidak bisa dirasakan. Satu temannya pernah cerita, kalau bapaknya selalu di rumah dan tidak melakukan apa-apa. Hal itu membuat, Ibunya harus banting tulang memenuhi kebutuhan rumah, karena ketidakmampuan sosok bapaknya.

Satu temannya lagi, sosoknya ada, peran memenuhi kebutuhan ada, tapi tidak pernah berinteraksi layaknya bapak anak. Hanya saling menyapa, dan ya, sudah begitu saja.

Tidak ada cerita keseharian, tidak ada pengaduan karena kenakalan teman, tidak ada tekanan belajar. Hanya sekedar hidup dalam satu atap.

"Mama gue itu hebat, dia kerja, dia bersih-bersih rumah, dia ngurusin anaknya, dia dengerin cerita anaknya, dia dateng ke sekolah pas gue dipanggil BK," cerita Neela dengan bangganya, "dan kalian harus tahu, mama gue bahkan bisa benerin genteng rumah sendiri."

Next Door!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang