"Orang harus hidup sesuai keinginannya. Bodoh saja kalau hidup sesuai dengan keinginan orang lain."
How to Fight — Sung Taehoon
Ry.Dua huruf yang belakangan selalu menempel dalam diariku. Sudah satu minggu terlewat dan setiap kali aku sengaja meninggalkan diari di perpustakaan, sosok Ry selalu membalas semua curahan hatiku. Anehnya, aku merasa tidak masalah jika sosok itu membaca semua yang tertulis di sana.
Oke, ini cukup aneh untuk seorang Melodi—untuk diriku sendiri. Mengapa tiba-aku aku merasa seakan-akan sosok Ry mendengarkan semua isi hatiku dengan saksama. Dia bahkan tidak memojokkan dan menganggapku sebagai orang aneh yang hanya bisa menulis diari.
Zaman sekarang ada yang drama segala menulis diari? Barangkali aku akan ditertawakan. Namun, si Ry tidak mengolok atau menulis kalimat-kalimat yang menyakitkan hati. Seringnya Ry ikut mencurahkan isi hatinya. Bercerita tentang keluarga yang hanya terdiri dari tiga orang lelaki dan satu gadis kecil.
Diary Melodi.
Aku dan kakakku bersitegang karena kesalahanku yang dianggap sangat fatal. Papaku memang nggak memihak aku ataupun kakak, tapi aku tau kalau papa menjadikan kakakku harapan terakhir. Kecewa sekali rasanya. Sedangkan adikku yang cewek, paling kecil, sedang kami pikirkan untuk memberikan pengetahuan tentang menstruasi. Aku bingung, di keluarga kami nggak ada perempuan. Nenekku meninggal setengah tahun yang lalu. Kira-kira kamu mau nggak aku kenalkan ke adikku, lalu mengajarinya tentang menstruasi?
Ry, 2017.
Hari itu aku menyibukkan diri di perpustakaan seperti biasa. Seusai membantu si pustakawan membersihkan rak, aku duduk di bawah pendingin ruangan yang berada tepat di atas kepala. Membolak-balik semua halaman diari yang kini tidak hanya diisi olehku. Namun, si Ry juga.
Pada lembar halaman berikutnya, Ry menulis lagi. Tepat di bawah curahan hatiku tentang menggambar. Tentang betapa lelahnya ibu menyuruhku berhenti bermimpi. Ibu memaksaku untuk tidak berambisi. Semua gara-gara kemiskinan sialan yang rasa-rasanya akan menggerogoti nyawaku perlahan-lahan.
Diary Melodi.
Aku punya kenalan yang hidupnya selalu patuh pada kemauan orang lain. Ini, kan, hidup kita! Nggak perlulah kita disetir orang lain. Sekarang aku tanya, memang apa enaknya hidup diatur-atur begitu? Sekalipun oleh orang tua sendiri.
Ry, 2017.
"Tapi dia ibuku." Aku bergumam sesaat. Masih terlalu sadar jika wanita yang menentang keras keinginanku adalah wanita yang melahirkan aku dan Imel ke dunia ini.
Aku ingat ucapan guru mengaji saat masih duduk di kelas satu Sekolah Dasar. Beliau berkata, "Hormati ibumu. Ibumu, ibumu, ibumu, lalu bapakmu." Kami anak-anak kecil selalu dicekoki pengetahuan agama; adab ketika berhadapan dengan orang tua dan guru, serta teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODIARY✅
Teen FictionBLURB: Andaikata momen itu tidak kita ciptakan, mungkinkah kita akan terselamatkan? -Ry, pada Melodiary, 2017. Ayah, Ibu, Adik. Melodi memiliki keluarga lengkap, tetapi dirinya cenderung kesepian. Demi meredam rasa sakit atas teriakan memuakkan, Me...