14. Ary: Dengarkan Saja, Cukup.

51 12 1
                                    

"Terkadang hal yang kamu cari seumur hidup, itu selalu ada di sisimu."

Guardian Of The Galaxy Vol.2 — (Star Lord) Peter Quill

"Apa ini?" tanya Melodi begitu aku menyodorkan paper bag ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ini?" tanya Melodi begitu aku menyodorkan paper bag ke arahnya.

"Buatmu."

"Isinya maksudku."

Aku terkekeh mendengar jawabannya. "Buka aja sendiri."

Walau terlihat agak sangsi, Melodi membuka isi pemberianku. Kedua matanya yang bulat tampak melebar saat memegangi benda pipih dan lebar itu. Ia mendongak ke arahku, tatapan matanya sangat butuh penjelasan.

"Nggak terpakai, jadi kupinjamkan saja padamu. Pakailah saat ikut kegiatan klub digital art. Kamu bisa belajar dan mengasah bakatmu dengan tab dan stylush pen itu," jelasku.

"Ary, maaf. Aku nggak bisa. Ini terlalu ... maksudku, ini pasti mahal. Aku takut merusaknya."

Sepertinya Melodi sudah mulai banyak bersuara. Aku senang melihatnya berbicara banyak. Bukan seperti Melodi yang beberapa bulan ke belakang kukenal. "Nggak apa-apa, Mel. Tadinya mau aku kasih ke teman, tapi dia berhenti menggambar. Sekarang dia fokus berenang. Daripada nggak dipakai, jadi kupinjamkan ke kamu."

"T-tapi ...."

"Mel, aku cuma mau bantuin kamu. Menyerah atas mimpi kita rasanya sangat menyakitkan. Kita bisa melakukan apa yang kita bisa sebelum terlambat. Suatu saat kalau kamu jadi artist terkenal, aku bakal bangga banget. Kuharap kamu bisa mengingatku saat itu terjadi."

Tanpa menjawabku, Melodi sibuk mengamati tab di tangannya. Mungkin memang bukan versi yang cukup canggih, tetapi paling tidak aku bangga karena membelinya dari tabungan. Benda itu harusnya ada di tangan Biru, tetapi Biru menyerah pada impiannya. Sekarang dia memiliki mimpi baru, yaitu menjadi seorang atlet renang yang kelak bisa mewakili Indonesia di ajang Sea Games.

Mimpi kami sama, tetapi sekarang cerita itu sudah berantakan. Impian yang kami tata dengan rapi rusak hanya karena kebencian. Meski demikian, aku tidak pernah benar-benar membenci Biru. Aku tahu dia melakukannya karena terpaksa. Aku berhenti dari sekolah bukan semata karena dikeluarkan, melainkan karena cederaku yang juga cukup parah. Keputusanku untuk menerima hukuman itu pada akhirnya harus mengecewakan Davi dan papa.

"Teman kamu suka menggambar, Ary?" tanya Melodi. Lamunanku tentang Biru seketika buyar.

Sebelum menjawabnya, aku melirik ke sekitar kedai ramen.. Rupanya hanya tinggal kami berdua. Mangkuk ramen kami bahkan sudah kosong melompong. Hari sebentar lagi sore dan kami masih sibuk mengobrol.

"Iya, tapi sekarang fokus berenang."

"Kenapa?"

"Nggak tau. Mungkin karena dia memang tertarik berenang dan ingin fokus ke sana saja." Padahal Biru melakukannya karena sang papa. Namun, kurasa tidak perlu membeberkan sejauh itu pada Melodi.

MELODIARY✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang