"Jika kau mudah menyerah, kau tidak akan pernah mencapai tujuanmu."
One Piece — Vinsmoke Sanji
Tiga bulan berlalu sejak aku dan Ary makin dekat kian hari. Kini kami sudah resmi menjadi siswa kelas sebelas. Tak terasa hari yang panjang dan melelahkan terasa agak berkurang. Kehidupanku bisa dikatakan lebih baik setelah Ary hadir.Walaupun tidak sepenuhnya bisa berbaur dengan yang lain, tetapi paling tidak sekarang aku punya teman yang bisa diajak berbicara. Keluargaku juga mulai membaik sejak Bapak mengiakan saran Ary untuk membuka jasa antar-jemput. Lalu, Ibu juga betah di tempat kerja barunya.
Hari ini aku janjian dengan seseorang dan berencana mengajak Imel ke pasar malam. Setiap pulang sekolah, Imel selalu membicarakannya. Teman-teman sepermainan Imel selalu membahas bianglala, ia jadi ingin naik ke sana.
Sesuai dugaanku, Imel tergelak antusias dan melepas genggamanku ketika tiba di lokasi. Kaki kecilnya bergegas mendekati loket penjualan tiket. Aku segera menyusulnya.
"Kak Mel! Mau naik itu!" pekik Imel. Jari kecilnya menunjuk bianglala yang berputar-putar.
Tak mau membuang waktu terlalu lama, aku segera membeli tiket. Aku dan Imel bergegas masuk dan berbaur dengan para pengunjung yang syukurnya belum terlalu ramai. Kudengar akan ramai saat malam nanti. Untuk itulah aku tidak mengajak Imel datang saat malam hari. Selain karena ramai, aku tidak mau pulang sambil menggendong Imel yang tertidur karena kelelahan.
Lagi-lagi Imel melepas jariku dan berlari ke sembarang arah. Mataku terus mengawasi gerak-geriknya. Aku berlari mengejar ke manapun kaki kecilnya melangkah. Imel terlihat sangat bahagia, seakan-akan sudah lama memimpikan momen tersebut. Untung saja jarak dari rumah dan tempat itu tidak terlalu jauh.
"Aduh!" Imel memekik saat tubuh kecilnya terjatuh karena menabrak seseorang.
"Imel," panggilku.
Imel sudah berada dalam gendongan seseorang. Anak itu menangis karena lututnya sedikit tergores. Sementara cowok yang menggendong Imel berusaha menenangkan dengan cara menepuk-nepuk punggung Imel, lalu sesekali meniup lututnya. Di samping cowok itu, berdiri seorang gadis kecil, mungkin seusia anak SMP.
"Ary?" sapaku ketika melihat Ary tersenyum sambil menggendong Imel.
"Aku melihatmu berlari mengejarnya. Jadi, dia ini Imel?" Ary melirik Imel. Aku memang pernah sekali waktu cerita tentang Imel padanya. "Hai, Imel. Salam kenal, aku Ary. Temannya Melodi."
Imel kecil menghentikan tangis dan menjabat tangan Ary. Tanpa menyebutkan namanya, Imel tersenyum dan tampak enggan turun dari gendongan. Kulirik gadis yang ada di samping Ary. Terlihat malu-malu saat mencoba bersembunyi di belakang Ary.
"Oh, ini Kanaya, adikku. Nay, ini Kak Melodi yang mau aku kenalkan ke kamu," kata Ary menjelaskan.
"Kanaya." Dia menjawab dengan pelan sambil menyodorkan tangan terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODIARY✅
Teen FictionBLURB: Andaikata momen itu tidak kita ciptakan, mungkinkah kita akan terselamatkan? -Ry, pada Melodiary, 2017. Ayah, Ibu, Adik. Melodi memiliki keluarga lengkap, tetapi dirinya cenderung kesepian. Demi meredam rasa sakit atas teriakan memuakkan, Me...