9. Melodi: Gerutu Cemburu

51 10 3
                                    

"Perasaan manusia itu sangat mengagumkan, ya? Pertama, hanya dengan bertatapan sudah senang, dibalas sudah berterima kasih, sedikit-sedikit jadi makin berharap, kecewa kalau tidak mendapatkan sebanyak yang kita berikan, dan kita juga merasa menjadi orang bodoh."

Spirit Fingers - Nam Kijeong

Spirit Fingers - Nam Kijeong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Situasi ini cukup aneh. Makin hari aku dan Ary memang makin akrab, begitu pula dengan Magenta. Dua hari lalu ia mendatangiku dan meminta untuk makan siang bareng di kantin. Hal yang paling tidak aku sukai adalah Magenta bersikap seakan-akan kami sudah lama akrab.

Ia memonopoli tubuhku sepanjang koridor saat kami berjalan. Beberapa pasang mata memandangi kami.Ada dua jenis tatapan yang akhir-akhir ini sering aku dapatkan: tatapan penuh kagum untuk Magenta dan tatapan jijik untukku.

Lagi pula, siapa yang bakal menyangka kalau itik buruk rupa ini berkawan dengan angsa cantik jelita? Aku bahkan sudah menebak ekspresi apa yang akan kudapatkan tiap kali Magenta datang menghampiriku di kelas.

Kedekatan antara aku dan Magenta juga diam-diam ternyata diamati oleh Ary. Dua hari yang lalu setelah pulang sekolah, Ary mendatangiku. Aku sedang piket dan ternyata dia masih berada di sekolah, padahal jam pelajaran sudah usai.

"Wow, kemajuan kamu bagus juga, Mel. Sekarang kamu udah akrab dengan Magenta. Bukan main. Orang sepopuler Magenta bisa kamu gaet. Kurasa pesonamu mulai terlihat."

"Apa maksudmu? Magenta nggak mungkin belok."

Perkataanku membuat Ary tergelak lama. Barangkali bukan karena kalimat yang kupakai, tetapi candaanku dengan nada dan ekspresi yang sangat datar. Di mata Ary, mungkin saja itu terkesan lucu. Alamak, Melodi. Lebih baik kamu tidak menyebut dirimu lucu.

Ingatanku tentang dua hari lalu seketika kabur. Bayang-bayang wajah Ary yang tertawa lepas menghilang dalam sekejap. Ary gampang sekali tertawa. Padahal kudengar masih ada bisik-bisik tentang Ary yang dianggap curang saat pagelaran O2SN.

Mengapa orang seperti Ary dengan mudah tertawa seakan-akan tidak punya masalah? Padahal aku kerap berbagi cerita dengan Ary, entah lewat diary atau secara langsung jika ada kesempatan. Seringnya, aku yang tidak tahan berlama-lama dan langsung menghindar. Aneh. Perasaanku jadi tidak karuan saat dekat-dekat dengan Ary, tetapi di sisi lain aku mulai suka dengan interaksi kami.

Membingungkan. Andai kutanyakan pada Ary tentang rasa aneh ini, apa dia akan memberikan jawaban yang memuaskan? Tidak-tidak. Sebaiknya aku harus tetap berpikir waras.

"Mel?" Suara Magenta terdengar seiring gerakan tangannya yang melambai di depan wajahku. "Kenapa diam aja?"

Oh, iya. Aku sampai lupa sekarang kami duduk di bangku semen depan ruang guru. Kami berteduh di bawah pohon besar agar terhindar dari sengatan matahari. Tiba-tiba saja Magenta menyeretku ke sini setelah kami dari kantin.

MELODIARY✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang