6. Ary: Merayakan Hidup

65 11 0
                                    

"Merayakan hidup yang sederhana bukanlah hal yang buruk."

The Lord Of the Rings — Bilbo Baggins

Entah sejak kapan ini menjadi sangat menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sejak kapan ini menjadi sangat menyenangkan. Berhari-hari setelah kami saling bertukar tulisan, aku selalu datang ke perpustakaan. Mengabaikan Jadid yang sesekali datang ke kelas untuk mengajakku ke kantin, main futsal, atau sekadar nongkrong di lapangan besar. Hal-hal itu menjadi tidak menarik, aku lebih suka bertandang ke perpustakaan.

Lagi pula, mimpiku sudah terkubur jauh. Kasus doping itu membuatku tidak bisa berbuat banyak. Di sekolah ini pun tidak ada klub renang. Jadi, untuk apa aku berusaha?

Munafik sekali. Aku meminta Melodi untuk tetap memperjuangkan mimpinya. Namun, aku sendiri akan menyerah. Padahal tidak ada yang tahu, mungkin saja Melodi lebih pesimis dariku.

Diary Melodi,

Aku nggak punya teman. Gimana caranya berteman? Maksudku, gimana cara memulai obrolan agar tidak canggung? Apa kamu punya banyak teman?

Melodi, 2017.

Sepertinya kalimat itu ditulis tadi malam, tadi pagi, atau mungkin lima menit lalu? Aku tidak tahu. Akan tetapi, melihat tulisan tersebut ada di halaman terakhir pembatas, aku yakin Melodi berada di perpustakaan beberapa saat lalu.

"Memang apa enaknya sendiri, sih, Mel?" gumamku seraya menulis balasan di bawah kata-kata Melodi.

Diary Melodi,

Temanku? Lumayan. Mau berteman denganku juga?

Ry, 2017.

Sebenarnya aku agak ragu-ragu menulis kalimat itu. Jika Melodi mengetahui, atau mungkin sudah tahu, bahwa aku adalah Ry, dia bisa saja menjauh. Mengingat sikap cueknya sejak aku masuk sekolah. Sejak aku duduk tepat di samping kursi cewek itu. Dia terlalu pendiam dan pasif, anak-anak jadi sering mengganggunya.

Diar Melodi,

Kalau kamu mau berteman denganku, ayo bertemu besok. Jam kedua istirahat di perpustakaan. ^^

Ry, 2017.

Suara beberapa murid yang mendekat ke tempatku bersandar mengalihkan atensi. Aku bergegas menaruh kembali diari Melodi. Membuatnya agak tersembunyi, takut ada tangan lain yang bisa menjangkau benda tersebut. Sebentar lagi bel dan aku harus bergegas kembali ke kelas.

Jarak dari kelas ke perpustakaan agak lumayan jauh. Kakiku melangkah lebar-lebar menyusuri koridor panjang yang menghubungkan perpustakaan dengan bangunan kelas. Nyaris saja aku mengumpat saat tidak sengaja menabrak seseorang. Gadis berambut panjang yang tergerai bebas. Terkesan manis dengan hiasan jepit putih kecil di dekat telinga kanannya.

MELODIARY✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang