Sehun yang menyandang dokter psikologi terbaik, tentu di paham gerak gerik siapapun orang didekatnya, bukan dia tak mau menanyakan, dia ingin melihat pasangannya melepaskan apa yang ada difikirannya sendiri, memberikan waktu untuk sang tercintanya, sehun paham pasti direktur kim malam itu membicarakan tentang dirinya, sehun juga bukan tidak ingin memberitahu jongin dengan mulutnya sendiri, dia juga menyiapkan diri dan perasaannya, dia meyakinkan pada dirinya, jongin akan tetap bersamanya apapun yang terjadi
Setelah malam itu, sehun fikir memang ada yang berubah dari jongin, walau senyuman, pelukan dan perlakuannya masih sama, tapi ada kecemasan didalamnya, sehun tau itu, setelah beberapa hari sehun meyakinkn dirinya malam ini dia harus bicara serius dengan simanisnya
"Bear, apa sudah lelah?"
Jongin menatap sehun bingung, pertanyaannya sedikit ambigu, apa malam ini sehun menginginkan dirinya?
"Aku ingin berbicara denganmu sebelum tidur" lanjut sehun sambil memegang tangan jongin, jongin mengangguk dan tersenyum,
"Mau dikamar, diruang tengah, apa dibalkon?" Tawar jongin
"Malam sedang tidak terlalu dingin, pemandangan langit juga sedang bagus" jawab sehun
"Tunggu aku disana, mau kopi, teh, atau soda?"
Sehun tersenyum, membelai wajah jongin "apapun yang kau bawakan akan aku minum"
Sebelum sehun melangkah kearah balkon, sehun menyempatkan mengecup manis bibir jongin
......
Keduanya sudah berada disofa besar duduk bersampingan, perlahan sehun menghadap kearah jongin, memegang erat tangan jongin, menatapnya dalam, jongin tertawa kecil
"Jangan menatapku begitu, aku tidak ingin terlihat lebih kacau lagi dihadapanmu" ucap jongin memutuskan pandangannya dari sehun
"Maafkan aku bear" jongin membalas genggaman tangan sehun tak kalah erat
"Ah, dokter oh ehm, anggap aku malam ini pasienmu, eumm...... Apa kau mau membuka sesi konseling?" Sehun hanya mengangguk, jonginnya begitu dewasa dimata sehun, ternyata jongin juga menantikan moment ini
"Apa yang kau rasakan" mulai sehun
"Dadaku rasanya sesak, alih alih aku ingin menangis, aku malah tersenyum manis di hadapannya, aku tidak bisa menggores luka lebih dalam lagi kepadanya" terang jongin
"Tapi kalau begitu kau yang tersiksa, kau bisa melepaskan apa yang membuatmu tertekan" ucap sehun
"Tapi aku bahagia saat dengannya dokter, aku ingin melihat dirinya bahagia"
"Apa kau tau kebahagiaan dirinya itu apa? Kau coba perlahan masuk kedalam hatinya, selami dan coba kau pahami"
Jongin menatap mata sehun dalam, air matanya tak bisa ia tahan lagi, sehun perlahan menghapusnya pelan "menangislah, keluarkan emosimu yang tertahan itu"
"Huksss sehunaa...... Huksss" jongin menangis histeris, sehun langsung menarik kedalam pelukannya, perlahan mencoba menenangkan sang kekasih
"Hikss jangan dengarkan apa kataku sehun, aku tak meminta apapun darimu, jangan korbankan apapun untukku, kau terlalu berharga untukku, tolong" sehun menangkup wajah jongin yang terlihat kacau, mengecup dalam kening jongin
"Kau sangat berharga untukku jonginaa.... Apapun aku rela mengorbankannya untukmu, maaf tidak bercerita lebih awal, maafkan aku sampai kau terluka begini, aku ingin kau banggakan sebagai oh sehun, bukan karna bayang bayang dari siapa keluargamu, aku tidak peduli dengan apapun itu" jongin menggeleng gusar
"Sehun....."
"Sayang, aku hanya ingin membuktikan cintaku ini tidak main main untukmu" jongin mengangguk cepat
