Upacara bendera Senin ini sepertinya akan berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya. Jika biasanya posisi pembina upacara akan diisi oleh wali kelas dari kelas petugas, maka hari ini posisi tersebut diisi oleh kepala SMA Perdana Khatulistiwa, Pak Januar.
Hanya ada dua kemungkinan Pak Januar naik sebagai pembina upacara. Pertama, apabila upacara bendera bertepatan dengan hari kebangsaan atau hari penting lainnya. Kedua, apabila salah satu murid berhasil membawa pulang kemenangan bagi sekolah.
Hari ini tidak bertepatan dengan hari penting mana pun, maka jelas tujuan Pak Januar menjadi pembina adalah karena alasan kedua.
Seluruh murid di lapangan sudah berbisik-bisik, menebak kali ini prestasi apalagi yang dibawa pulang untuk sekolah. Sebab, rasanya, SMA Perdana Khatulistiwa sudah terlalu banyak membawa pulang kemenangan.
"Selamat pagi dan salam sejahtera murid-murid Perdana sekalian," sapa Pak Januar yang mendapat jawaban serentak dari ratusan muridnya.
"Tentu kalian sudah tidak asing lagi jika Bapak yang menjadi pembina upacara pada pagi hari ini. Tanpa banyak berbasa-basi, Bapak ingin mengumumkan suatu prestasi yang begitu membanggakan sepanjang sejarah SMA Perdana Khatulistiwa."
Senyuman Pak Januar tidak luntur sedari awal ia berdiri di hadapan murid didikannya.
"Jika tahun lalu, sekolah pernah mendapatkan juara 2 olimpiade matematika tingkat nasional, maka pada kesempatan yang berbahagia ini, Bapak ingin mengumumkan bahwa SMA kita berhasil menduduki juara 1 olimpiade matematika tingkat nasional!"
Lapangan yang awalnya hening karena menantikan pengumuman dari kepala sekolah kini menjadi riuh akan suara tepuk tangan.
"Dan, semua itu berkat kerja keras dan usaha dari salah seorang murid berprestasi Perdana. Silakan maju ke depan, Kaianna Victoria."
Gadis yang namanya disebut menyunggingkan senyum sesaat, sebelum teman-teman sekelas mendorongnya—dengan perlahan—untuk maju ke depan.
Sudah bukan hal asing lagi di bidang akademik, jika Kaianna Victoria kembali merebut kemenangan untuk sekolah. Kaianna atau akrab disapa Kai adalah definisi otak komputer yang sesungguhnya. Si jenius yang setiap semester membawa nama baik bagi sekolah.
"Selamat, Kaianna," ujar Pak Januar memberi selamat kepada salah seorang murid kebanggaannya.
"Terima kasih, Pak."
Kegiatan berikutnya adalah penyerahan secara simbolis piala dari Pak Januar kepada Kai, serta medali yang dikalungkan ke leher Kai. Setelahnya, kepala sekolah beserta jajaran guru berfoto bersama dengan Kai.
"Sebelum kembali ke barisan, silakan Kaianna untuk menyampaikan sepatah dua patah kata terlebih dahulu. Barangkali, ada yang ingin kamu sampaikan. Lihat, banyak fans kamu di situ." Pak Januar berkelakar, seraya menunjuk ke barisan kelas 11 IPA 1, kelas Kai.
Gadis dengan rambut panjang yang selalu dikuncir itu tersenyum kecil seraya menerima mikrofon dari Pak Januar.
"Pertama-tama, saya ingin memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena, saya diberikan kesempatan untuk membawa pulang kemenangan ini untuk sekolah. Saya juga ingin berterimakasih kepada Bapak kepala sekolah beserta jajaran guru yang sudah banyak memberikan dukungan kepada saya. Tentu, saya tidak akan berada di sini tanpa didikan mereka semua. Lalu, saya juga ingin berterimakasih kepada teman-teman kelas saya, IPA 1," Kai mengangkat sebelah tangan untuk melambai ke arah kelasnya, "yang tetap berteman baik dengan saya meski saya jarang masuk ke kelas karena mengikuti bimbingan olimpiade. Terima kasih semuanya."
Kai mengakhiri kalimatnya, lantas mengembalikan mikrofon tersebut kepada Pak Januar.
"Bagaimana perasaan kamu ketika mengetahui kamu menjadi orang nomor 1 di olimpiade kemarin, Kaianna? Barangkali, kamu bisa membagikannya kepada murid-murid lain agar termotivasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawed Perfection
Teen Fiction[ Cerita ini diikutsertakan dalam Festival Menulis Fiksi Rasi ] Kehidupan itu rumit. Terkadang, apa yang terlihat oleh mata tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Sama seperti halnya dengan kehidupan yang dimiliki Kaianna Victoria. Orang-orang menyebutn...