18 - Hari Spesial

7 3 1
                                    

Bagi sebagian besar orang, ulang tahun merupakan hari yang paling dinanti setiap tahunnya. Merayakan pertambahan usia bersama dengan orang-orang terkasih, mendapatkan begitu banyak ucapan penuh cinta, dan tentunya memperoleh harapan-harapan baru untuk usia yang baru saja bertambah.

Kai juga merasakan hal serupa. Ulang tahun selalu menjadi momen yang Kai nantikan. Biasanya, akan diadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Kai yang dihadiri oleh kerabat dan juga teman-teman kelas. Setelah perayaan usai, Kai—dibantu Mariam—akan sibuk membuka hadiah yang didapatkan. Perasaan senang ketika mendapat hadiah yang diinginkan senantiasa memenuhi relung hati Kai.

Akan tetapi, semua momen itu hanya bisa Kai ingat dalam kenangan. Sebab, sejak Mariam pergi, tidak ada lagi pesta yang diadakan. Marcel hanya akan meminta bi Tuti memasak nasi kuning dan beberapa hidangan lain untuk merayakan ulang tahun Kai, lalu membiarkan Kai menikmati momen itu sendirian. Kai juga tidak berharap apa-apa dari hari ulang tahunnya itu.

Bertahun-tahun, Kai sudah terbiasa dengan semua itu. Dan, barangkali, pada usia ke-17 ini, Kai juga akan melewatkan ulang tahunnya seperti tahun-tahun yang lalu.

Lima menit menuju jam 6, Kai sudah siap dengan seragam sekolahnya. Hari ini, Kai berangkat awal lagi. Sean yang memintanya seperti itu. Katanya, ada sesuatu yang ingin ditunjukkan. Tanpa bertanya lebih lanjut, Kai mengiyakan Sean. Lagi pula, jam pelajaran pertama nanti ada ulangan Matematika. Hitung-hitung Kai sekalian datang awal agar memiliki waktu untuk kembali belajar sebelum ulangan dimulai nanti.

Kai menuruni tangga dengan perlahan, kemudian berbelok ke arah dapur. Seperti biasa pada tahun sebelumnya, nasi kuning dan beberapa jenis masakan lain sudah tersedia di meja pagi ini. Namun, ada yang menarik perhatian Kai di sana.

Sebuah kue ulang tahun yang didominasi oleh warna merah muda kesukaan Kai dilengkapi dengan topper happy birthday dan beberapa hiasan kupu-kupu di atasnya. Jangan lupakan, dua buah lilin berangka 1 dan 7 yang sudah menyala di atas kue itu.

Kini, pandangan Kai benar-benar fokus pada kue cantik itu. Sebuah senyuman terukir di wajah Kai.

Kue ini ... tidak mungkin bi Tuti yang membelinya. Maka, kemungkinan satu-satunya adalah papanya sendiri.

"Happy birthday to you, happy birthday to you ...."

Kemudian, dari arah dapur, Marcel dan bi Tuti keluar sambil menyanyikan lagu ulang tahun.

"Happy birthday, happy birthday, happy birthday Kaianna."

Selesai lagu itu dinyanyikan, Marcel dan bi Tuti secara bergantian memberikan ucapan selamat ulang tahun serta beberapa harapan untuk Kai.

"Selamat ulang tahun, Putri Papa. Selamat berusia 17 tahun. Semoga kamu selalu bisa menggapai apa yang menjadi impian kamu."

"Selamat ulang tahun, Non Kai. Bibi selalu berdoa yang terbaik untuk Non. Semoga Non bisa tumbuh menjadi anak yang kelak bisa membanggakan orang tua."

Setetes air seketika meluncur bebas dari pelupuk mata Kai. Bertahun-tahun, barangkali ini adalah momen yang begitu Kai rindukan dan hari ini, pada pertambahan usianya yang ke-17, semua momen tersebut kembali Kai rasakan secara nyata.

Perayaan kecil, kue ulang tahun, Marcel, bi Tuti, dan harapan-harapan kecil yang mereka lambungkan adalah kado terindah bagi Kai.

Jika Kai bisa meminta, Kai hanya ingin semua kebahagiaannya ini bisa berlangsung lama.

Semoga kali ini, tidak ada lagi yang berniat merusak kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang membuat Kai ingin terus hidup dan menjadi berguna bagi orang-orang di sekitarnya.

Flawed PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang