21. Untuk kebaikan Semua

3.5K 373 26
                                    


"Apa ini, pernikahan kontrak?"

"............."

"Apa-apaan kalian berdua ini!"

Amal menatapku dan Pradana bergantian, dia benar-benar marah dan tidak percaya dengan klausul yang di tangannya. Yah, jika Amal yang tenang saja bisa bereaksi seperti ini apalagi Gilang nanti, sudah pasti musuh terbesar Pradana dan mantan pacarku tersebut akan mengamuk lebih keras.

"Li, tolong jelaskan ini, sumpah, nikah kontrak. Dan gue tahu lo brengsek, tapi ini....."

Sejuta umpatan hendak dilayangkan Amal kepada kami berdua, tapi Pradana yang sudah mode menyilangkan lengannya di depan dada dengan dagu terangkat sudah cukup untuk membuatku mengambil alih, dua pria ini bisa saja gelut bukannya menjernihkan masalah.

"Aku belum menyetujuinya, Mal." Potongku cepat memanfaatkan diamnya Amal, "itu sebabnya aku memintamu untuk datang, aku perlu membicarakan masalah Pradana hingga dia membutuhkanku untuk menyelesaikan masalahnya. Sebenarnya dia ini........" aku mulai menjelaskan tentang masalah hak asuh Saka, masalah Monica yang merasa posisinya diuntungkan karena skandal perselingkuhannya tidak diungkap Pradana, dan alasan kenapa dia memintaku untuk menikah kontrak dengannya. Tanpa meminta persetujuan Pradana, aku menjelaskan semuanya kepada Amal karena kini satu-satunya orang yang aku percaya adalah dia. Lama aku bercerita meskipun aku merasa aku sudah meringkas dan memadatkannya, sampai akhirnya saat aku merasa sudah cukup jelas dan Amal mulai tenang aku mulai bertanya kepadanya. "Mal, menurutmu ada celah hukum nggak yang bisa bikin Dana menangin tuntutan Monica?!"

Alih-alih menatapku Amal justru melihat ke arah Pradana yang duduk tenang di kursinya, kembali bibir itu mengapit rokok yang mengepul membuatku gemas ingin meremas batang beracun itu hingga hancur, pelariannya dari rasa stres benar-benar tidak sehat.

"Gue paham sama sikap lo, Dan. Kalau hal yang sama terjadi sama gue, gue juga nggak bisa nyebar aib mantan istri. Bukan karena cinta atau apa, tapi karena gue nggak bisa lihat anak gue satu waktu nanti ngerasa malu sama tingkah emaknya."

Lah, malah curhat ini dua jantan, apalagi saat melihat wajah Pradana yang sebelumnya begitu keras perlahan mulai melunak, aku bisa merasakan jika pria arogan tersebut sedikit lebih tenang meskipun tidak menurunkan kewaspadaannya.

"Soal celah hukum Li, pasti ada celahnya tapi dari kacamata yang aku lihat semuanya lemah. Disini Pradana yang ditempatkan diposisi suami yang gagal, apalagi posisinya sebagai abdinegara yang harus berbagi waktunya dengan pengabdian, dari sisi manapaun posisinya Pradana tidak diuntungkan, satu-satunya solusi paling masuk akal tanpa menjatuhkan pihak Monica ya memang Pradana harus menikah, Pradana harus menunjukkan kepada Hakim jika dia lebih unggul dari Monica soal keluarga. Semuanya sudah buntu, apalagi tadi kamu bilang jalan damai Pradana di sebut suap, kan? Jujur saja kayak yang aku bilang sebelumnya Li, jika aku ada diposisi yang sama seperti Pradana sekarang, mungkin aku akan melakukan hal yang sama."

Aku menggigit bibirku pelan, para pria ini sepertimu satu pemikiran. "Tapi ini pernikahan Mal..."

Amal mengusap bahuku pelan, sebelah tangannya meraihku untuk mendekat dan dia memelukku sekejap, sungguh rasanya nyaman, persis seperti seorang kakak yang tengah menerima aduan adiknya. "Sebagai pria aku setuju dengan Pradana, tapi sebagai teman dan saudaramu aku sama sekali tidak setuju, Liliana. Pernikahan kontrak? Kenapa kalian tidak benar-benar menikah saja....."

Nikah KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang