25. Mbak Yah & Bunga Mawar

3.3K 372 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HolllllaaaaaaaaYuk ikuti juga kisah Lili dan Dana diaplikasi Kbm, KaryaKarsa dan juga drimi/innovel, Happy reading semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Holllllaaaaaaaa
Yuk ikuti juga kisah Lili dan Dana diaplikasi Kbm, KaryaKarsa dan juga drimi/innovel, Happy reading semuanya.

"Mbak Yah, kenapa Pradana tidak menikah denganmu saja?"

Mbak Yah mengerjap pelan, sepertinya dia sangat syok dengan kalimat yang baru saja aku ucapkan, matanya yang besar berkedip-kedip seolah dia ingin memastikan apakah yang didengarnya benar-benar nyata atau sekedar salah dengar, dan reaksi inilah yang membuatku tersadar jika aku sudah keterlaluan dalam berbicara.

"Maaf Mbak, bukan maksud saya...." Dengan tidak enak aku meminta maaf atas kalimatku yang sudah membuatnya tidak nyaman, dan syukurlah meskipun kikuk Mbak Yah mencoba untuk menutupi kecanggungan yang seketika melingkupi kami. "Saya merasa Mbak Yah terlalu cantik untuk sekedar menjaga rumah. Saya sama sekali nggak maksud apa-apa."

Sosok Mbak Yah yang cantik mengangguk pelan, mencoba menerima permintaan maafku yang berantakan meskipun dia tampak begitu syok, "Non Lili lebih cantik, jauh dibandingkan saya, dan saya rasa itu alasan paling mendasar kenapa Pak Dana mengajak Non menikah dibandingkan saya yang ada tepat dibawah hidungnya...."

Jika tadi yang terkejut adalah Mbak Yah, maka sekarang aku yang dibuat terkejut dengan kalimat ambigu Mbak Yah, kalimatnya menunjukkan seolah-olah dia pernah berada di satu titik dimana dia menginginkan Pradana untuk menikahinya. Aku terlalu tercengang dengan pemikiran yang terlintas dibenakku tersebut hingga tidak bisa mengontrol wajahku sendiri yang terkejut dengan jawaban yang aku dapatkan, tapi rupanya ekspresiku merupakan sebuah lelucon untuk Mbak Yah yang detik berikutnya tertawa.

Nikah KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang