Pisah

18 12 2
                                    

Dedi dan Bella memutuskan untuk pisah selamanya atau cerai, karena permasalahan yang terjadi di antara keduanya sudah cukup berat. Pasalnya, Dedi selalu pulang dalam keadaan frustasi dan selalu memarahi Bella, Ana dan Delia tanpa sebab.

"Pa, lebih baik kita cerai saja, aku sudah tidak tahan dengan kelakuanmu yang setiap pulang judi mabuk-mabukkan dan memarahi kami bertiga?"

"Ok, kalau itu mau kamu. Aku juga berpikir itu adalah solusi yang terbaik buat masa depan anak-anak kita nantinya" ujar Dedi keesokkan harinya di ruang keluarga.

"Ok, nanti aku akan minta surat cerai ke pengadilan negeri dan aku akan cari pengacara untuk mengurusnya. Kamu tinggal tunggu surat itu datang ke rumah dan kamu tanda tanganin"  tangan wanita itu menekan-nekan tombol di komputernya. Bella sedang mencoba mencari-cari pengacara handal di google.

"Ok, aku setuju."
.....
Kala itu, mereka sedang berdiskusi untuk memecahkan masalah ini, tetapi dengan sikap yang tenang dan 'kepala dingin'. Mereka berusaha berdiskusi dengan suara yang lirih dan halus, sehingga Ana dan Delia tidak mendengarnya.

Tetapi, tanpa sepengetahuan keduanya, Ana dan Delia sudah mendengar percakapan kedua orangtuanya itu di balik trmbok ruang tamu.

"APAA? Papa dan Mama jadi mau cerai?" ucap Ana yang muncul dari balik tembok.

"Ini tidak seperti yang kalian dengar. Mama bisa jelaskan."

"Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi, Ma! Semuanya sudah jelas!!!" Ana terisak lalu berlari ke kamarnya.

"GUBRAKK...." Ana membanting pintu dan mengunci kamarnya.

"Delia, kamu dengarin penjelasan Mama dulu, ya?"

Delia yang kemudian muncul dari balik tembok, juga ikutan terisak dan berlari ke kamarnya.

"GUBRAKK...." Delia juga membanting dan mengunci pintu kamarnya.

Dedi dan Bella berusaha untuk segera menyusul anaknya ke kamar masing-masing.

"Ok, sekarang, aku ke kamar Ana dan kamu, ke kamar Delia" perintah Dedi kepada Bella.

"Na... buka, pintunya dulu, dengarin penjelasan Mama dulu!" ketuk Bella.

"Del.... biarkan Papa jelasin dulu semuanya?!"

Lalu, orangtua mereka kembali duduk di kursi ruang tamu dan memikirkan cara bagaimana menjelaskannya kepada Ana dan Delia. Keduanya bingung tidak tau harus berbuat apalagi untuk dapat mengajak bicara dengan anak-anak mereka, setelah masalah ini.
.....
Di dalam kamar masing-masing, Ana dan Delia menangis sejadi-jadinya sambil memendamkan mukanya ke guling. Keduanya berusaha sekuat tenaga untuk memukul-mukul guling tersebut demi meluapkan emosi mereka dalam hati.

Padahal, sebelum kakaknya pergi ke London, semuanya terlihat baik-baik saja, tetapi permasalahan itu muncul sejak kepergian kakaknya itu.

Teman Lama Yang BerjumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang