Chapter 7

14 4 0
                                    

-Happy Reading-

Keesokan harinyaa akhirnyaa kedua orang tua arga datang menjemput arga untuk pulang .
Ayah dan bunda langsung pergi keruangan kiyai disana sudah banyak ustadz, ustadzah dan guru guru pengajar disana

" Assalamualaikum ." ucap ayah
"waalaikumsalam." ucap semua yang berada di ruangan tersebut .

Setelah saling menanyakan kabar, Akhirnya Kiyai menceritakan semua kelakuan kelakuan arga saat berada di pesantren ini .

" Maaf kan putra saya kiyai, yang telah membuat kerusuhan disini." ucap ayah dzikri dengan tak enak hati dan rasa bersalah .

" Saya bingung harus bicara dan mengatur bagaimana lagi agar arga berubah, kami disini sudah tidak sanggup lagi pak bu untuk membimbing arga ." ucap kiyai dengan perasaan bersalah karna sudah gagal mendidik santri nya disini .

" Sekali lagi maaf kan putra saya pak bu ." ucap ayah

" Tidak apa-apa pak , kami sudah memaklumi." ucap kiyai

Ayah dan bunda tidak percaya arga akan melakukan ini agar dia bisa keluar dari pesantren ini dan ingin mendapatkan kebebasan lagi , ayah sangat marah kepada putra laki laki nya itu.

" Baiklah kalau begitu tunggu pak kami akan memanggil arga."

Disatu sisi arga sudah membersihkan dan membereskan barang barang nya semua untuk dibawa pulang , tak lupa dia juga bertemu terlebih dahulu dengan teman teman nya itu yang membantu arga agar keluar dari pesantren ini . Tak lama kemudian ada yang datang memanggil arga.

Tok.. tok.. tok

Arga membuka pintu dan ternya ustadz yang memanggilnya.

" Assalamualaikum , Arga orang tua kamu sudah menunggu kamu di ruangan kiyai."

" Waalaikumsalam , baik ustadz saya akan segera kesana." ucap arga sambil berjalan menuju ruangan kiyai

Setelah beberapa saat berbincang bincang dan meminta maaf akhirnya arga akan pulang kerumahnya .

" Kalau begitu arga bawa barang barang arga dulu yah bun ." ucap arga

Saat berjalan ingin membawa barang barang nya disetiap jalan banyak santriwan santriwati disana yang mencibirnya.

"Akhirnya ya anak nakal itu keluar juga dari sini"

"Bagus deh gaada lagi yang membuat onar disini"

Kira kira seperti itu omongan omongan orang yang menyindir arga .

Arga tidak menanggapi omongan omongan orang yang menyindirnya . Dia merasa senang akhirnyaa dia bisa keluar juga dari penjara suci ini.

Setelah sudah siap semua barang barang sudah dimasukan ke bagasi akhirnya arga pamit untuk pulang kepada kiyai .

" sudah siap semuanya ?." ucap ayah

" sudah yah ." ucap arga

"semoga kamu bisa berubah dan bisa lebih baik lagi yah setelah pulang dari sini ." ucap kiyai kepada arga

Arga tersenyum " baik pak kiyai ." ucap arga sambil menyalami kiyai

"Kalau begitu kami pulang dulu ya kiyai." ucap ayah

"assalamualaikum" ucap ayah dan bunda

"waalaikumsalam, hati hati dijalan pak bu." ucap kiyai

Setelah itu, Ayah dan bunda , bersama dengan Arga, masuk ke dalam mobil untuk pulang ke rumah. Suasana di dalam mobil terasa tegang, dengan rasa kecewa yang nyata dari Ayah. Arga merasa terpukul melihat ekspresi wajah Ayah yang kesal. Setibanya di rumah, suasana semakin tegang saat Arga diomeli oleh Ayahnya.

"Arga, ayah benar-benar kecewa dengan perilakumu di pesantren. Kenapa kamu selalu membuat onar?". Ucap ayah dengan suara lantang.

"Maaf, Ayah. Tapi Arga tidak suka di pesantren." Respon Arga

" Itu bukan alasan untuk bertindak seperti ini. Kamu harus menghormati aturan yang ada."

" Tapi Ayah, Arga tidak mau di pesantren. Arga merasa terkekang di sana."

" Arga, pesantren adalah tempat untuk belajar dan berkembang. Kamu harus menghargai kesempatan yang diberikan padamu."

" Arga tidak peduli!  Arga tidak akan pernah mau kembali ke sana!"

" Kamu harus sadar bahwa tindakanmu berdampak tidak hanya pada dirimu sendiri, tetapi juga pada keluarga dan masa depanmu."

" Arga tidak peduli dengan apa yang Ayah katakan. Arga tidak akan kembali ke pesantren!"

" Kalau begitu, kamu harus bertanggung jawab atas keputusanmu. Jika kamu tidak mau memperbaiki perilakumu, maka kamu harus menanggung konsekuensinya sendiri."

" Yasudah." Jawab Arga sambil meninggalkan ayahnya.

Meskipun suasana sedikit panas, di dalam hati mereka masih tersemat harapan untuk meredakan ketegangan dan menyelesaikan masalah dengan baik.

Malam pun tiba, Bunda memanggil Arga untuk segera turun ke bawah dan makan malam bersama dengan Ayah, meskipun Ayah masih kesal dan Arga pun masih merajuk. Namun, mereka duduk bersama di meja makan, meskipun suasana agak tegang. Sambil menikmati hidangan, mereka mulai mengobrolkan tentang rencana kelanjutan sekolah Arga setelah keluar dari pesantren.

"Arga, kami ingin mendengar pendapatmu tentang apa yang ingin kamu lakukan setelah dikeluarkan dari pesantren itu." Ucap ayah.

"Maafkan aku, Ayah, Bunda. Aku tahu aku membuat kesalahan besar. Aku benar-benar menyesalinya. Aku ingin memperbaiki semuanya." Jawab Arga.

"Kami percaya kamu, Arga. Tapi sekarang kita harus memikirkan masa depanmu. Apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya?" Sahut bunda.

"Aku ingin mencoba melanjutkan pendidikanku, Bunda. Mungkin aku bisa mencari sekolah lain atau pelatihan yang sesuai dengan minatku." Balas Arga.

"Itu ide yang baik. Tapi kamu juga perlu mempertimbangkan tanggung jawabmu dan belajar dari kesalahan yang telah kamu buat." Ucap ayah.

"Ya, Ayah. Aku berjanji akan bertanggung jawab atas tindakanku. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki diri dan memilih jalan yang benar untuk masa depanku." Balas Arga kembali.

"Kami akan mendukungmu, Arga. Tapi kamu juga harus berkomitmen untuk mengubah perilakumu." Ujar Bunda.

"Benar. Kita akan mencari solusi bersama dan membantu kamu mencapai tujuanmu." Ucap ayah.

"Terima kasih Ayah, Bunda. Aku akan melakukan yang terbaik agar tidak mengecewakan kalian lagi." Balas Arga.

Setelah itu Arga masuk ke salah satu sekolah Negeri ( SMP ) yang tidak jauh dari rumahnya.

Lara DiBalik TawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang