****
JANGAN harap jika aku membuka CV taarufnya. Bahkan, aku langsung menyimpannya pada laci paling bawah. Lelaki bernama Hafidz itu terlalu tergesa tanpa memikirkan hal lain, meski pun aku tau jika segala ibadah kepada Allah harus disegerakan, aku tetap bingung harus melakukan apa.
Dari pada memikirkan sosok lelaki, aku menyetujui ajakan Umi dan Tante Hawa sore ini untuk mengunjungi rumah Qur'an yang katanya setiap hari ada anak-anak yang mengaji di sana. Sekalian aku ingin membagikan sedikit rezeki di hari Jum'at dari bisnis yang sedang berjalan, seperti prinsip umat muslim, yaitu mengejar akhirat maka dunia akan mengikuti. Ada bagian Allah yang harus aku infakkan pada hamba yang lain.
Aku menyebutnya sebagai invetasi akhirat yang tidak akan pernah rugi. Bahkan, untuk mendorong agar hambanya gemar bersedekah, Allah menetapkan bahwa barang siapa yang meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, berupa kebajikan atau sedekah kepada orang lain. Maka Allah akan mengembalikannya dengan jumlah yang berlipat ganda. Mengetahui itu, aku tentu tidak ingin menjadi bagian hamba yang kikir, saat aku tahu jika semua yang ada dibumi ini milik Allah sekecil apa pun itu.
Namun, sesaat sampai di rumah besar yang berdampingan dengan bangunan bertingkat dua. Aku termenung melihat Tante Hanum, seketika aku terjebak oleh keluargaku sendiri. Apa jangan-jangan, ada Pak Hafidz disini?
Mengingatnya, aku seketika menatap sekeliling dengan was-was, berusaha mencari sosok Pak Hafidz.
"MasyaAllah akhirnya sudah datang, silahkan masuk dulu." Tante Hanum dan Om Rasyid menyambut kami dengan antusias, begitu pun Umi dan Tante Hawa.
Sedangkan, aku sedikit melirik ke arah bagian kiri rumah Tante Hanum ketika mendengar suara seseorang tengah mengajar.
"Safa bantu Om," kata Om Dawa, membuyarkan lamunanku.
"Iya, Om." Aku segera membantu Om Dawa membawakan beberapa tote bag berisi makanan dan buku tulis untuk dibagikan.
"Simpan langsung ke bagian kelas aja, Fa. Takutnya anak-anak keburu pulang," kata Tante Hawa.
"Iya, mari Tante antar." Tante Hanum menunjukkan bagian rumahnya yang dipakai menjadi rumah Qur'an. Aku mendapatkan informasi dari Tante Hawa bahwasannya anak-anak yang belajar Qur'an disini adalah anak-anak yang membutuhkan dan tidak bisa sekolah.
Belum juga sampai di ruangan Qur'an, aku sudah mendengar suara-suara di dalamnya.
"Oke, sekarang saya jawab. Kak Hafidz pernah ceritakan kisah Nabi Adam. Apa kalian ingat?"
"Ingat! Ada Iblisnya yang gak nurut sama Allah!"
Pak Hafidz tertawa pelan ketika anak-anak menjawab dengan semangat. "Kenapa Iblis gak nurut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey With You
Romansa"Saya akan tunggu kamu besok, bila kamu belum memutuskan, maka setiap hari adalah besok, sampai kamu memberikan jawaban." Sebatas CV taaruf yang Hafidz berikan tiba-tiba, Safa baru menyadari jika doa akan kembali utuh dengan berbagai cara. Bisnis ya...