"Sesungguhnya Penciptaku paling tahu
pada siapa aku berlabuh.
Namun, ya Allah, jangan jatuhkan
cintaku, kecuali pada seseorang
yang juga mencintai-Mu."___________
UMEERA menjadi brand atas bisnis yang aku dirikan. Umi dan Almeera, nama tengahku. Aku sengaja mengambil nama Umi karena produk pertama kami adalah hasil rancangan beliau yang selalu membuatkan aku dan Feeyah busana muslim syar'i. Namun, untuk produk selanjutnya, aku masih reset bersama Tante Hawa mengenai busana syar'i yang tetap terlihat modis dan pastinya minimalis, sesuai kebutuhan.Berhari-hari menciptakan line-art sebagai gambaran, sebenarnya aku pun masih pening mengenai berbagai macam bahan kain yang selalu Tante Hawa terangkan. Ternyata semuanya tidak mudah, entah itu mencari supplier atau patner amanah yang bisa di ajak kerja sama. Memperdalam kreatif untuk digital marketing dan memanfaatkan internet sebagai pembuka peluang. Pastinya sesuai syariat, mengerjakan dengan etika dan hukum, menghindari segala gharar, barang yang tidak pasti dan barang yang haram. Karena bagaimana pun, traksaksi online diperbolehkan selama tidak ada kezaliman, kecurangan, penipuan, dan hal lain yang akan merugikan salah satu pihak.
Bahkan, Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam melarang jelas jual beli yang didalamnya terdapat penipuan.
Karena masih banyak yang harus aku pelajari. Sore ini aku baru sampai rumah setelah mengikuti Talkshow Bisnis Online Muslimah bersama Tante Hawa. Namun, sepertinya Allah ingin meruntuhkan rasa rindu Umi terhadap Feeyah, karena sekarang aku melihat mereka berkumpul di halaman belakang rumah, menonton Aren dan Kak Hanan yang tengah bermain bulu tangkis.
"Assalamualaikum!" Aku mengucap salam, membuat mereka langsung menoleh sembari menjawab salamku.
"Kok gak ngabarin ke sini?" tanyaku pada Feeyah, duduk di sampingnya.
"Sengaja, Mas Hanan yang ngajak tiba-tiba," kata Feeyah tersenyum.
"Tante Hawa gak ikut ke sini, Fa?" tanya Umi.
Aku menggeleng. "Enggak, Umi. Tadi, safa yang mampir ke rumahnya sebelum pulang."
"AH GARA-GARA KAK SAFA!"
Menoleh saat Aren menyebut namaku, aku mengernyit melihatnya yang mendekat sambil menyodorkan raket.
"Gue kalah dari Bang Hanan, cepetan ganti!" kata Aren dengan raut kesal.
"Kenapa harus kakak yang main?" tanyaku bingung. Apalagi melihat Kak Hanan yang masih berdiri di tempat mereka bermain tadi, menatapku.
"Suara kakak ngucap salam kenceng banget tadi, ganggu konsentrasi gue. Kalah jadinya!" Aren menggerutu, wajah polosnya sungguh membuat aku tak bisa berkata.
"Kamu juara dua bulu tangkis tunggal waktu SMP, Umi udah lama gak lihat kamu main. Hanan jago lho, Fa," kata Umi tertawa.
"Udah lupa gimana mainnya, Mi. Feeyah aja deh," balasku, langsung memberikan raket itu pada Feeyah yang sedari tadi diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey With You
Romance"Saya akan tunggu kamu besok, bila kamu belum memutuskan, maka setiap hari adalah besok, sampai kamu memberikan jawaban." Sebatas CV taaruf yang Hafidz berikan tiba-tiba, Safa baru menyadari jika doa akan kembali utuh dengan berbagai cara. Bisnis ya...