Kita gak akan bisa menghindari kecewa dari manusia sebaik apapun dia. Itu bukan karena dia jahat. Tapi karena dia manusia yang potensi mengecewakannya selalu ada.
— A Journey With You.
*****
"Layaknya gelas yang terisi air meski hanya satu tetes, gelas itu tetap akan penuh pada waktu yang lama. Meski kamu menutup kerannya sekuat mungkin, tetesan air itu pasti mengenai gelas jika pemilik keran tidak kuat menutupnya. Kamu pandai menutup luka dan membiarkan itu lalu seperti angin, tapi hati kamu menolak meski fisik kamu bekerja. Memendam emosi sama saja seperti memelihara bom waktu yang suatu saat akan meledak, tetesan air pun keluar dari gelas."
"Bom waktu itu yang membuatmu kembali mengingat masa lalu, sedikit pencetus bisa membawa kamu pada bayangan yang ada di kepala. Hati kamu ingin jika kamu jujur dan berkata 'safa sebenarnya sakit' 'safa takut' 'safa mencintai' 'safa lelah' 'safa belum memaafkan'. Namun, karena kamu memendam itu semua dan kepala kamu menolak untuk mengatakan itu, kamu akhirnya mengatakannya secara tidak sadar. Inner child yang terluka berdampak pada kepercayaan dan kecemasan saat kamu memiliki lingkungan baru, Saf. Kecemasan itu yang membentuk tubuh mengalami panik, sulit konsentrasi, terjadi gangguan tidur dan sakit pada beberapa anggota badan,"
"Jika kamu terus diam dengan perasaan sekarang, kamu semakin menyakiti dirimu sendiri. Saya mau kamu sembuh seutuhnya tanpa jarak, maka sekarang saya ingin kamu terima ini dari saya." Bu Nadya menyodorkan buku agenda pada Safa, wanita itu tersenyum lembut.
"Isi buku ini dengan semua emosi yang belum pernah kamu ceritakan, saya mau kamu salurkan emosi kamu, self-care, 'safa pantas dicintai' 'safa bisa melalui ini' 'safa istimewa' tanamkan hal itu meski kamu sulit melakukannya, kenali kebutuhan batin yang kamu mau. Kunci tenang hari ini lebih serahin apapun yang paling berharga dalam hidup kamu pada Allah, tidak ada penjagaan paling intens selain Allah." Bu Nadya kembali tersenyum, menatap lekat.
"Terkadang, obatnya terletak pada sesuatu yang kita takutkan, Saf," sambung Bu Nadya.
MENATAP buku agenda yang tersimpan di dalam tas, seketika aku teringat dengan ucapan Bu Nadya. Aku melanjutkan langkah menuju teras belakang rumah Tante Hawa setelah menyimpan ponsel pada tas. Meski lelahnya sangat luar biasa, aku tetap ingin ke rumah Tante Hawa untuk sekadar bertemu Om Dawa.
"Om sekarang suka pelihara ikan?" tanyaku, melihat Om Dawa yang sedari tadi menatap ikan hias peliharaannya di dalam aquarium.
"Kata temen Om liat ikan gini mengurangi stres, Fa," balas Om terkekeh, membuat aku mengulum senyum.
"Om tau kondisi kamu dari tante Hawa," ucap Om Dawa tanpa menoleh, membuatku terdiam. Dia tahu jika aku sangat tidak suka dengan obrolan yang isinya membicarakan diriku sendiri.
"Safa sudah berobat juga,"
"Kamu tahu kenapa ada kata yakin dan percaya?" tanya Om Dawa, membuat aku terdiam meminta penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey With You
Romansa"Saya akan tunggu kamu besok, bila kamu belum memutuskan, maka setiap hari adalah besok, sampai kamu memberikan jawaban." Sebatas CV taaruf yang Hafidz berikan tiba-tiba, Safa baru menyadari jika doa akan kembali utuh dengan berbagai cara. Bisnis ya...