10. Walimatul 'Ursyi

134 19 0
                                    

MEMILIH tidak pacaran seumur hidup bukan berarti tidak memiliki cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MEMILIH tidak pacaran seumur hidup bukan berarti tidak memiliki cinta. Hanya saja, aku berpikir untuk apa melepas rasa tanpa tujuan yang jelas.

Namun, hari ini, aku menemukan cinta yang mempunyai tujuan sama. Dress putih dan hijab syar'i lengkap dengan veil panjang sudah terhias sempurna padaku. Polesan make up yang soft dan natural menjadi pilihanku agar tidak terlihat tebal.

Dalam persiapan pernikahan, aku memang meminta untuk konsep minimalis dan tetap syar'i. Pernikahan adalah ibadah, aku mana mungkin melibatkan sesuatu yang tidak Allah sukai di dalamnya. Begitu pula Pak Hafidz, dia memberikan saran untuk dekorasinya putih penuh.

Rasanya, hati ini tak berhenti untuk melangitkan doa, menenangkan detak jantung yang menggila sejak malam.

"Walau pun kamu curang, aku tetap sedih. Harusnya aku yang duluan nikah, kamu malah tiba-tiba gini, sama Kak Hafidz pula," kata Izza. Perempuan itu tak henti-hentinya menangis sedari datang.

Menahan genangan air mata, aku semakin menunduk saat mendengarkan lantunan surah Ar-Rahman yang Pak Hafidz lafazkan menggunakan microfon. Mengingat setiap detik nikmat yang Allah turunkan pada hidupku selama ini.

Ayat demi ayat Pak Hafidz bacakan, aku ikut meneteskan air mata saat suara Pak Hafidz bergetar membaca ayat yang menceritakan balasan neraka.

"Fa jangan nangis," kata Izza menenangkan.

"Bedakmu mahal lho, Fa. Masa nangis," kata Izza lagi mencoba menghibur. Padahal, dia juga bicara dengan air mata dan air dari hidung yang keluar.

"Kamu lawak juga di momen kayak gini, ingus kamu keluar." Aku menjawabnya, membuat dia berdecak kesal.

Mendengarkan dengan seksama acara di luar, aku semakin meremas dress saat suara Abi mulai terdengar mengambil alih.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Muhammad Hafidz Adhitama Al-Khaif bin Husein Adhitama dengan putri kandung saya Safaniya Almeera Zulfa binti Akbar Fahrenza dengan seperangkan alat salat dan perhiasan emas 30 gram. Tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Safaniya Almeera Zulfa binti Akbar Fahrenza dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi?"

"Sah."

"Sah."

"Alhamdulilah ...."

Ucapan syukur menguar dari berbagai arah begitu pun Izza langsung memeluk. Kelak aku pasti mengingat bagaimana suara syukur semua orang yang terdengar hingga seluruh penjuru.

A Journey With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang