"Telah ditemukan jasad seorang mahasiswi yang hanyut di sungai dalam keadaan tanpa busana."
Baik di siaran televisi, media cetak, maupun media sosial, berita pembunuhan dan pemerkosaan masih saja hangat diperbincangkan. Membuat wilayah ibukota dibuat resah oleh kasus menggemparkan itu. Bagaimana tidak? Pelakunya sama sekali belum tertangkap, tanda bahwa di luar sana tidak bisa dibilang sepenuhnya aman, terutama bagi perempuan.
"Mainnya rapi sekali."
Seorang wanita cantik bersurai hitam yang kini tengah menonton televisi, hanya bisa menghela napas mendengar berita yang terus-menerus disiarkan oleh media. Rasanya jenuh sekali melihat Greonimaria yang masih dirundung oleh banyak sekali berita duka dan beragam unjuk rasa terhadap pihak kepolisian sebagai upaya untuk menuntut keadilan. Ia pun mematikan televisinya, lalu bangkit dari sofa untuk berdiri menghadap ke luar jendela. Mengganti suasana hatinya sembari mengamati kehidupan yang tetap berjalan dengan semestinya, di mana semua orang memiliki progres hidupnya masing-masing. Berbeda dengan kehidupannya yang telah berhenti semenjak ia terjebak di dalam sangkar emas yang menjadi rumahnya kini.
Kira-kira, kapan lagi ia bisa berkeliaran di luar sana tanpa harus merasa diawasi oleh seseorang?
"Kau sudah bangun, Ellie?"
Suara seorang pria membuyarkan lamunannya. Membuat wanita yang dipanggil "Ellie" itu menolehkan kepala ke arah kamar mandi. Pria tampan yang memanggilnya pun melangkahkan kaki untuk menghampirinya, sembari mengeringkan rambut panjang sebahunya yang basah. Perlahan, Ellie dapat merasakan dinginnya kedua lengan kekar yang melingkar di pinggangnya. Pria itu tengah bertelanjang dada, sedangkan tubuhnya masih belum sepenuhnya kering setelah mandi. Ellie dapat merasakan piyama yang dikenakannya menjadi agak basah setelah mendapat dekapan dari sang kekasih.
"Ellie Camellia Johanson." Pria itu menyandarkan dagunya di atas bahu Ellie. "Mau sampai kapan kau akan menyandang nama belakang itu? Kau tidak mau memakai margaku?"
Ellie tidak segera menjawab. Ia hanya menghela napas seraya mengelus pipi pria yang ada di belakangnya. Tatapan sendunya masih mengarah ke luar jendela, menyiratkan rasa lelah yang tiada henti membebani batinnya.
"Aku sudah menurut untuk ikut bersamamu, Dereck," jawabnya, "ragaku sekarang adalah milikmu. Setidaknya, biarkan aku menyandang nama mendiang suamiku sampai akhir hayatku untuk mengenangnya."
Pria yang dipanggil "Dereck" itu tersenyum tipis. Rengkuhannya di pinggang sang kekasih semakin mengerat, seiring dengan rasa puas yang hinggap di benaknya ketika Ellie tetap memasrahkan diri padanya. Tidak ada lagi perlawanan ataupun niatan untuk melarikan diri, itu sudah cukup bagi Dereck. Persetan dengan siapa yang memiliki hati wanita itu sekarang, Dereck hanya ingin Ellie tetap berada di sini bersamanya. Walaupun wanita itu hanya akan menjadi mayat hidup tanpa ekspresi seperti ini, setidaknya ia tidak akan pernah meninggalkan Dereck sendirian.
"Ellie yang malang ...." ucapnya seraya mengecup pelan pipi Ellie, "semua ini terjadi karena keserakahanmu sendiri kan?"
Rasanya telinga Ellie mulai memanas. Lagi-lagi, Dereck mengungkit kenaifan dan kebodohannya di masa lalu yang membuat wanita itu terjebak di dalam kehidupan semacam ini. Pastinya Ellie merasakan penyesalan yang mendalam, namun semuanya sudah terlambat.
Jika seandainya Ellie tidak dibutakan oleh keserakahannya, akankah ia bisa berbahagia bersama suami dan putranya tercinta sekarang?
"Kau bosan dengan kehidupan rumah tanggamu yang monoton," sambung Dereck, "kau merasa jenuh dengan suamimu yang selalu disibukkan dengan pekerjaannya. Hingga kemudian, kau terpikat oleh daya tarikku dan memilih untuk berselingkuh darinya."
Ellie menutup kedua telinganya di saat Dereck sengaja mengungkit kembali masalah itu. Ia senang melihat bagaimana penyesalan dapat mengguncang mental Ellie. Itulah mengapa, Dereck akan menggoda wanita itu dengan cara seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Little Monster
Vampir[SEQUEL OF INTO THE BEAST LAND] Setelah pembantaian kaum vampir membawakan perdamaian, kehidupan pun berjalan dengan damai tanpa adanya peperangan lagi. Tak terasa, manusia sudah memasuki kehidupan modern pada abad ke-20. Jaden Johanson, mendapati...