𓊈17𓊉 Kesurupan Massal

14 2 0
                                    

Sang saka merah putih baru naik di pertengahan tiang. Namun pengibar bendera terlihat tak fokus, melihat korban kesurupan yang mulai berjatuhan dari kelas X1. Mereka memang berdiri pada posisi sempurna di depan tiang bendera, namun mata mereka tak henti-hentinya memantau dari kejauhan.

Di hadapan para siswa, nampak raut tegang dari kepala sekolah yang kala itu menjadi pembina upacara. Kelas kami mulai panik, terlebih korban yang kesurupan terus bertambah dan kini merembet ke kelas di sampingnya, X2.

"Gimana nih?" Keluh Maxim panik sambil menatap ke barisan belakang kelas kami. Dari raut wajahnya, aku menangkap kepanikan dan kekhawatiran akan terjadi korban lagi yang merembet ke kelas kami.

"Kenapa gak di hentikan aja sih upacaranya?" Keluh Ciko dengan wajah yang kian memucat. Aku tak heran, karena sejak awal dia memang kelihatan sangat takut dengan hal-hal yang berhubungan dengan hantu. Tapi aku juga setuju sih, kenapa upacara ini terus berlanjut?

Brak!!

Suara sesuatu jatuh, tak jauh dari tempatku berdiri. Aku langsung menoleh ke belakang, karena asal suaranya dari sana... dan ku lihat, barisan kami yang semulanya rapi, kini berhamburan dan tak beraturan lagi.

"Dara pingsan!!" Pekik salah satu dari teman kelas kami. Aku mengernyit. Dara pingsan? Aku yang semulanya hanya menoleh langsung berbalik, dan ternyata Kun pun melakukan hal yang sama. Ia menatap lurus ke arah keramaian.

Hal tersebut pun terjadi pada kelas X4 di sebelah kami. Korban berjatuhan secara bergilir. Sampai kakak kelas kami pun mendapati hal serupa.

Dan dari arah depan, terdengar suara teriakkan keras. Membuat kami tak kalah menaruh perhatiannya. Kami pun kini memalingkan wajah ke depan, melihat ketiga pengibar bendera oleng, hingga jatuh terjerembab di tanah secara bergiliran.

Sang merah putih yang hendak di kibarkan terlepas begitu saja, membuat talinya yang terik terulur dari gerekkan besi. Merah putih yang semulanya hampir berada di puncak kini terlepas dan melesat jatuh ke bawah.

Aku yang berdiri di barisan depan, tersentak, dan spontan saja segera berlari ke arah tiang bendera. Menangkap sang saka merah putih sebelum jatuh ke atas tanah.

Aku terduduk di atas tanah dengan lutut yang terlebih dahulu mendarat. Sehelai kain pusaka kini terjatuh di kedua tanganku. Namun tak serta merta membuat talinya berhenti terulur.

Grek.. Grek..

Suara tali yang awalnya bergesekkan dengan tiang kini terhenti. Aku pun mendongak, menatap seseorang yang sedang berdiri tegap di hadapanku.

"Good job wakil ketua osis!!" Ucap Maxim seraya tersenyum sinis ke arahku. Ia menahan tali agar tak segera terulur dan terlepas dari besi penggereknya. Aku merunduk dan mendongak, menatap posisiku dan juga dia.

Ck, si*lnya aku jadi terlihat sedang berlutut di hadapannya. Ia tersenyum puas. Tapi setidaknya ia telah membantuku menahan bendera agar tidak jatuh. Jadi, buat apa juga aku marah? Buang-buang tenaga!

Beberapa anggota osis dan murid yang sedang di jemur di dekat tiang bendera karena datang terlambat pun ikut membantu kami. Mengangkat tiga pengibar bendera yang sudah berguling di atas pasir layaknya buaya dan juga ular.

"Benderanya gimana?" Tanya Ciko ikut menghampiri kami.

"Naikin lah!" Seruku sambil beranjak dan merebut tali yang ada di tangan Max. Aku segera menggerek tali tersebut dengan cepat, agar bendera itu cepat sampai ke atas.

Saat aku mendongak ke atas, ku lihat Kun sudah melayang di atas sana bersama dengan bendera yang ku tarik. Baju putihnya yang besar berkibar layaknya bendera. Aku langsung terperanjat karena ulahnya.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang