𓊈55𓊉 Insiden Gladi Resik

6 2 0
                                    

*Author POV

Rara terpaku dalam posisinya. Meski tubuhnya tak bergerak, namun matanya menilik sekeliling, menatap raut polos dan tak berdaya teman-temannya yang sedang sibuk menikmati camilan buatan mereka.

Di situasi ini ia malah bingung, kepada siapa lagi ia harus menceritakan mengenai mimpi buruknya, sementara Agam yang awalnya mau mendengar ketakutannya atas kejadian dalam Lab pun kini malah tak begitu menggubris mimpinya itu.

Memang kedengarannya aneh jika terlalu percaya pada bunga tidur, tapi tetap saja kan, mimpi selalu mempunyai tafsir dalam islam, yang artinya.. ada beberapa bagian yang memiliki makna dalam mimpi tersebut. Apalagi mimpi yang di alami Rara benar-benar jelas.

"Nis, Te.. gorengan sama kopinya mau di bikinin lagi?" Tanya Rara sambil menatap ceret kopi yang kini bersisa ampas dan juga gorengan yang hanya menyisakan minyak di atas alas kertasnya.

Teya mengendikan bahu sementara Nisa mengernyit bingung. Tentu ia bingung, di saat semua sudah kebagian makanan, untuk apa Rara meminta di buatkan lagi, bukannya itu terdengar aneh.

"Kan jatahnya udah dapet semua. Buat apa emangnya? Lu masih laper?" Tanya Nisa sambil tak henti-hentinya meringis. Rara langsung menatap ke arah Agam dan juga Dara.

Agam duduk sendiri di sisi ujung panggung sambil bergumam atau mungkin bernyanyi-nyanyi kecil, yang pasti ia sedang menggerakkan mulutnya, padahal tidak ada yang menemaninya duduk di sana. Jadi, tak mungkin kan kalau dia bicara sendiri, pikir Rara.

Sementara Dara sedang fokus pada beberapa kertas di tangannya sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding di dekat panggung. Ia membolak-balik kertas seraya berkata-kata ketika membacanya.

"Bukan gue kok yang laper, tapi.. gue mau Agam sama Dara malet dulu. Takut kepunen nanti." Jawab Rara pada Nisa yang akhirnya paham dengan apa yang di maksud Rara.

"Biarin aja lah Ra, mereka juga gak mau."

Sambung Teya sambil menumpuk beberapa bekas cangkir dan piring plastik membentuk tumpukkan yang tinggi.

"Dari pada itu, mending kalian bantu gue beberes. Entar lagi kita mau mulai gladi resiknya." Teya pun mengangkat benda yang ia tumpuk dan berjalan gontai ke luar ruangan. Nisa ikut membantu sementara Rara masih terpaku sesaat menatap dua temannya itu.

"Semoga gak terjadi apa-apa lah.. Dan semoga mimpi gue itu cuma bunga tidur." Gumam Rara sambil mengangkat ceret besar ke luar gedung.

*Author POV End

.

.

.

Persiapan gladi resik kami pun berlangsung. Kami semua sudah siap dengan posisi masing-masing.

Dara selaku MC yang akan mengarahkan jalannya acara berdiri di ujung panggung paling depan.

Ku lihat ia sedang mengetuk-ngetuk mic dari stand yang lumayan tinggi untuk ukuran tubuhnya. Siapa yang pasang stand mic setinggi itu untuk liliput seperti dia? Ia pun melepaskan mic dari stand-nya, karena tentu mulutnya tak akan sampai ke atas sana tanpa bantuan kursi. Lucu sekali kalau sampai ada MC yang naik ke atas kursi di panggung.

Aku beralih ke anak-anak seni, mereka masih sempat-sempatnya berlatih di belakang panggung, anak padus bernyanyi sesekali dan mencoba mengharmonisasikan suara mereka satu sama lain.

Anak tari tradisional melayu melatih gerakkannya, begitu juga dengan anak dance modern. Anak drama sedang membaca skenario mereka masing-masing, dan sesekali aku melihat mereka mengubah mimik wajahnya sembari membaca teks tersebut. Mungkin itu yang di sebut pendalaman karakter ya?

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang