𓊈66𓊉 Kendalikan Diri

9 0 0
                                    

*Pak Danu POV

Ajeng meneleponku saat aku sedang sarapan bersama anak dan istriku. Ia bilang, kalau sebelum berangkat, aku harus mampir dulu ke rumah Dinda untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.

Aku berboncengan motor dengan anakku, Tasya. Sekalian mengantarnya ke sekolah. Dia masih SMP, jadi aku tak mengizinkannya membawa kendaraan, pun aku tak mau dia naik angkot. Karena menurutku itu sangat berbahaya.

Memang terkadang orang tua itu sangat lebay bagi anak muda, tapi sebenarnya.. kami hanya takut terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan. Berita perempuan di perk*sa di angkot sudah sering terjadi kan? Aku tak mau itu menimpa anak kesayanganku dan menghancurkan masa depannya.

Aku dan Tasya berhenti tepat di luar pagar besi berwarna hitam pekat. Menampakkan rumah megah yang nampak sejuk dan asri karena di tanami bunga-bunga indah di depan pekarangan rumahnya.

Tasya sedikit terkesiap ketika aku berhenti di depan rumah Dinda, mungkin ia bingung karena aku memang tak mengatakan apa-apa padanya.

"Loh, pak.. kok berenti di rumah bang Agam sih?" Ujarnya bertanya. Sedikit kaget.

"Kenapa emangnya?" Tanyaku sambil mematikan mesin motor dan menoleh pada anakku yang duduk di belakang.

"Tasya malu lah, pak.. Coba ke sininya bilang-bilang dulu, jadi Tasya bisa lebih cantik lagi kan.." Terangnya hingga membuatku geram. Di bandingkan pelajaran, remaja perempuan zaman sekarang lebih tertarik pada cinta, ya? Memang sih Agam itu anaknya ganteng dan sholeh, tapi tetap saja kan.. suka kesal kalau anak perempuan sendiri menceritakan kekagumannya pada lelaki lain dari pada ayahnya yang bagai superhero ini. Di depan ayahnya sendiri lagi.

"Lebay kamu! Turun dulu, bapak mau ambilin hp tante Dinda yang ketinggalan. Tadi dia minta tolong ambilin, takut bos nelpon katanya." Terangku, namun Tasya tampak tak tertarik pada penjelasan itu, ia lebih memilih memperbaiki rambutnya di kaca spion motorku.

Aku langsung saja meninggalkannya dan membuka pagar rumah Dinda. Anakku langsung panik dan segera menyusulku sambil terus membenarkan rambutnya.

Tok tok tok...

"Gam.. Assalamualaikum.." Sapaku sambil mengetuk pintu. Namun tak ada jawaban apa pun, suasana rumahnya pun nampak hening bak tak ada seorang pun yang berada di dalamnya.

"Kok sepi, apa udah berangkat sekolah, ya?" Gumamku hingga membuat Tasya mengernyit.

"Kurang kenceng yah manggilnya. Rumah mereka kan gede, siapa tau dia ada di ujung rumahnya." Ujar putriku, dan perkataannya itu ada benarnya juga.

"GAM!! ASSALAMUALAIKUM!!!" Pekikku hingga membuat putriku tersentak kaget sambil menutupi telinganya. Ia menatapku dengan heran.

"Ya gak usah ngegas juga, yah! Entar di kira abang Agam ngajak berantem lagi." Keluhnya.

"Cerewet kamu dari tadi!" Sentakku sambil hendak mengetuk pintu kembali, namun tiba-tiba pintu rumah Dinda langsung terbuka. Menampakkan lelaki tinggi dengan kulit putih bersihnya. Rambutnya terjulur ke depan menutupi dahi. Ia berseragam putih abu-abu dengan dasi. Pakaiannya rapi, tak terkesan berandalan sama sekali.

Bibirnya kemerahan dan matanya sendu namun tajam. Hidungnya mancung, dan alisnya tegas. Setelah melihat keseluruhan wajahnya, aku jadi menyadari tentang kesempurnaan pada setiap ukiran tubuhnya. Anak Dinda ini benar-benar tampan.

"Waalaikumsalam, Ini om." Ujarnya sambil memberikan ponsel ibunya padaku dengan suara parau dan terdengar aneh. Wajah putihnya kemerahan, bak sedang mabuk minuman berakohol. Dahinya mengkilap karena butiran keringat. Napasnya seolah sesak dan berat, apa dia sedang sakit?

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang