𓊈60𓊉 Pak Wanto

10 1 0
                                    

*Maxim POV

Ia terhenti tepat di samping gedung auditorium bagian luar. Tak sekalipun ia menoleh pada ketua yang harus berjalan di belakangnya ini. Apa dia tak pernah menaruh hormat dan menganggapku ketuanya ya? Kini aku jadi terlihat seperti anak ayam yang sedang mengikuti induknya.

"Ngomong apa? Gak usah bertele-tele ya, karena gue masih punya tanggung jawab di dalem!" Tukasku hingga membuat Agam membalikkan tubuhnya.

"Gue mau nanya tentang pak Wanto." Balasnya hingga membuatku mengernyit. "Siapa pak Wanto sebenarnya?" Lanjutnya hingga membuatku tertegun kembali. Ketika ku bilang untuk tidak bertele-tele, dia memang langsung bicara pada intinya begitu.

Aku tergagu, sedikit kaget dan banyaknya tidak mengerti. Apa maksud dari pertanyaan anak baru yang songong ini?

"Maksud lu?" Tanyaku. Ia mendecakkan lidahnya. Berani sekali dia memasang wajah kesal dan sinis begitu padaku.

"Siapa pak Wanto itu sebenarnya? Kenapa lu harus minta bantuan dia ketika menghadapi masalah aneh di sekolah? Terus pas gue nyelesain tantangan di gudang, kenapa juga dia datang malam-malam ke sekolah dan nyusul kita, bukannya kalian bilang itu adalah pantangan.."

"...Tapi.. kenapa pantangan itu gak berlaku buat dia? Harusnya, kalau gak boleh ada orang yang masuk, dia pun gak boleh kan." Agam mulai berspekulasi agaknya.

Tentu saja ia mencurigai hal itu, ia kan murid baru, dan tak tau siapa pak Wanto yang sebenarnya, dan betapa kami serta kepala sekolah segan kepadanya.

"Tentu aja gak berlaku buat dia, karena yang membuat pantangan itu, buyut-buyut mereka." Sahutku datar namun nampaknya membuat Agam lumayan terkejut. Aku dapat melihat sentakkan pelan pada tubuhnya, dan kedua matanya mengedip-ngedip sembari ia memutar pelan bola matanya.

"Buyut mereka?" Ia mengulangi ucapanku, namun dengan ekspresi yang lebih ia jelek-jelekkan dari mimik wajahku tadi. "Kenapa buyut mereka bikin pantangan kayak gitu?" Aku terdiam sekaligus penasaran. Kenapa Agam begitu tertarik membahas hal tak penting ini, padahal biasanya ia cenderung menghindariku, tapi kini.. ia yang mengajak bicara empat mata padaku.

"Ya.. gue juga gak tau." Sahutku yang tak mau menjelaskan masalah ini padanya. Ia terdiam sesaat lalu kemudian mendengus tawa, bak sedang meremehkan aku. Tentu aku mengernyit masam menatap reaksinya.

"Gue kira seorang Maxim si ketua osis itu, tau segalanya. Ternyata chicken juga ya." Ia berujar seraya tertawa. Kurang ajar!! Dia meremehkanku sebagai ketua osis? Dia memang tak benar-benar tau siapa aku dan bagaimana besarnya jiwa kepemimpinanku.

"Dia pawang hantu di sekolah ini!" Geramku sambil mengerekatkan gigi padanya. Ia lantas tiba-tiba mengubah mimik wajahnya. Aku bingung dan tak tahu, apa sih yang ia mau? Dan apa yang ia pikirkan?

"Buyutnya udah tinggal lama di sini, bahkan jauh sebelum sekolah ini berdiri. Jadi, kayaknya dia udah temenan dan kenal sama semua setan dan demit di sini." Agam mengernyit mendengarnya. Apa ia mau menyanggahku lagi? Tak akan ku biarkan!

"Terus, dulu mereka mau di usir pendiri sekolah dan tanahnya mau di beli, tapi berhubung buyutnya tetep mau tinggal di sini, jadi pekerja bangunan mendirikan tembok tinggi yang menutupi rumah bagian depan keluarga pak Wanto."

"Sampai pada saat sekolah berdiri, dan murid-murid banyak yang mendaftar karena pada tahun awal kemerdekaan dan masa akhir penjajahan, sekolah masih susah dan mahal, apalagi SMA, tapi karena kepseknya dermawan, biaya sekolahnya murah, tapi kualitas belajar-mengajarnya nomor satu!"

"Tapi hal gak di sangka malah terjadi," Agam nampak menunggu ucapanku dengan tubuh yang kaku.

"Pelajar sekolah ini banyak di ganggu hantu, kecelakaan, kesurupan, menghilang di sembunyikan setan dan masyarakat bilang kalau buyut pak Wanto yang bisa menenangkan hantu-hantu disekolah, dan semuanya terbukti. Pagar tinggi yang menutupi rumah keluarga pak Wanto akhirnya di robohkan, dan mereka diizinkan untuk tinggal dan menjaga sekolah dari para hantu."

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang