𓊈10𓊉 Cemburu

10 2 0
                                    

Aku terdiam beribu bahasa, tidak tahu apa yang harus ku katakan pada ibu. Aku berusaha menyembunyikan raut wajahku yang sebenarnya. Takut-takut kalau sampai ketahuan aku lah yang telah memetik bunga mawar dan melati ibu.

Ku lihat ibu masih sibuk meneliti tiap dedaunan miliknya. Ia sampai membungkuk dan berjongkok berulang kali saking tak terimanya, bunga kesayangannya harus di petik tanpa sepengetahuannya.

"Iya.. ini gak salah lagi.. kalau maling, gak mungkin kan cuma metik bunga. Mendingan dia maling ps punya kamu, biar kamu gak keseringan main game lagi. Atau maling ponsel kamu. Biar gak usah main hp lagi." Ucap ibuku nyeleneh. Ngapain juga harus maling barang-barangku?

"Ini, pasti hantu yang kemarin ibu lihat.. bener. Gak salah lagi!" Aku menggeleng sambil melipat kedua tangan di dadaku.

"Ibu ada-ada aja deh. Gak mungkin kan yang begituan bisa maling bunga. Ibu keseringan nonton sinetron sih, jadi rada ngelantur."

Dalihku. Ibu langsung beranjak sambil bertolak pinggang dan masih saja menatap tanamannya.

"Tapi kalau orang lain yang ambil, gak mungkin kan orang lain sampai masuk pekarangan rumah kita. Sampai masuk pagar rumah orang segala. Ini pasti hantu yang kemarin!"

"Saya jadi gak enak sama ibu. Apa saya muntahin aja bunga yang tadi, terus kasih ke ibu?" Aku langsung menatap Kun yang berdiri melayang di dekat ibu. Menatapnya dengan sinis. Yakali dia mau memberikan Ibuku muntahnya! Setan gila!!

Aku mengalihkan pandanganku pada ibu, menghampiri dan segera menggandeng tangan ibu. la sedikit terkesiap karena terlalu fokus pada tanamannya.

"Ibu pasti capek kan seharian kerja, mendingan ibu istirahat dulu, terus mandi." Ucapku sambil membawa ibu masuk ke dalam rumah. Ibu langsung meremas pundaknya sendiri. Memijatnya pelan sambil menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

"Iya sih, ibu emang capek. Ngomong-ngomong, kamu masih gak enak badan Gam?"

"Mm, udah enggak kok bu. Tadi Agam udah minum obat penurun panas, terus juga udah istirahat, jadi sekarang udah agak mendingan."

"Bagus deh. Ibu sampai pulang cepat tadi, takut kamu kenapa-napa."

"Ibu gak usah terlalu khawatirin Agam bu, Agam kan udah..."

"Udah gede?" Potong ibu pada ucapanku. Aku hanya tersenyum diiringi dengan tawa renyah dari ibu.

.

.

.

.

.

Di ruang makan, sesekali aku menilik ke arah jam dinding. Hari sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Seharusnya ini sudah waktunya aku makan. Tapi, sekarang aku malah duduk di meja makan sambil menghadap ke hidangan yang sedari tadi di siapkan ibu untuk kami sekeluarga.

Aku lihat sop iga buatan ibu sudah tak mengepulkan asapnya lagi. Beberapa makanan seperti tempe, tahu, dan ikan goreng sudah dingin dan mungkin saja teksturnya menjadi keras dan tidak enak lagi. Aku mulai mengetuk-ngetukkan sendok dan garpu yang berada di tanganku. Menunjukkan kalau aku sedang kesal menunggu.

"Kalian mau nunggu bedug ya?" Tanya Kun yang sedikit memperburuk moodku. Aku hanya diam dan menatapnya dengan sengit, memberikan tanda padanya kalau saat ini aku sedang kesal dan tidak ingin bercanda.

"Nunggu bedug apanya! Bedug subuh?" Gumamku tanpa bersuara, dan sepertinya hantu ini cukup cerdas untuk membaca gerakkan mulutku. Ia yang duduk di samping ibu, tepatnya di hadapanku hanya mengerucutkan bibirnya dan mengalihkan wajahnya dariku.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang