𓊈26𓊉 Mau Kabur???

14 2 0
                                    

Seketika jangtungku berdenyit. Tersentak, terhenti sesaat, lalu berdetak lagi. Debaran ini terasa begitu keras, hingga kulit tubuhku yang berada di luar dan melapisi jantung tetap dapat merasakan degupan itu.

Aku terenyah, menahan dada dengan kedua tanganku. Takut-takut kalau sampai jantungku akan jatuh dan tak berada di tempat semestinya.

Bagaimana bisa, setiba-tiba ini ia mengatakan telah mengingat semuanya. Mengingat masa-masa kehidupannya dulu. Bukankah waktu itu ia bilang telah melupakannya. Bahkan namanya saja ia tak ingat lagi. Lalu.. bagaimana bisa??

Aku mengerjap. Mataku sejak tadi terus ku belalakkan, tanpa membiarkannya berkedip walau hanya sepersekian detik. Aku menenggak ludahku sendiri, dan menatapnya dengan bola mata yang berpijar ragu.

"Gi.. Gimana bisa lu inget semuanya? Setiba-tiba ini?" Gumamku pelan, sedikit terbata. Ia menahan pandangannya, namun ku tahu ia masih enggan bertatapan lama.

"Tidak ada yang tiba-tiba.. Saya tak percaya itu.."

"Bahkan takdir sekalipun, terjadi dari beberapa peristiwa tiba-tiba yang tak pernah di sangka." Aku mengerjap. Dan sialnya, perkataan itu langsung bisa ku terima tanpa berniat untuk memperdebatkannya.

"Pertemuan kita pun, semuanya sudah terencana. Tak ada yang tiba-tiba. Kamu terkejut, hanya karena baru menyadarinya." Aku tertegun. Lagi-lagi yang bisa ku lakukan hanyalah membisu.

"Apa semua ini...."

"Ada hubungannya dengan wanita tadi?" Tanyaku ragu dan berhati-hati. Aku begitu takut menyinggung perasaannya. Aku tak pernah takut pada hal apa pun sejak dulu, tapi sekarang, aku telah menemukan ketakutanku.

Aku takut, kalau perasaan Kun terusik, lalu dia akan menampakkan keadaan tubuh yang mengerikan itu lagi di hadapanku. Argh!! Berpikir ke arah sana saja sudah membuat gemetar di tubuhku.

"Kenapa kamu berpikiran begitu?" Tanya Kun seolah penuh curiga.

"Gak.. cuma, elu berubah seketika saat wanita itu hadir." Ku tatapi raut wajah Kun. Wajah pucatnya tak memberikan reaksi berlebih, dan sepertinya pertanyaanku ini masih dalam kategori wajar dan tak mengusik perasaannya sama sekali.

"Entahlah." Singkatnya. Dan lagi-lagi, hantu ini tak pernah memihak atas pertanyaan yang ia ketahui, namun tidak ku ketahui. Meskipun aku sudah tahu alasannya untuk tidak mengatakan semuanya padaku, tapi setidaknya clue pun ku butuhkan dalam situasi seperti ini.

"Nanti kamu akan tahu sendiri.. dan saya berharap kamu akan tahu sendiri." Sahutnya.

Aku menghela, membuang napas ke udara melalui mulutku. Berharap rasa lelah dan penasaran akan ikut terkeluarkan bersama hembusan napas itu. Meski ku tahu, semuanya tak semudah itu.

"Laper gak?" Tanyaku. Menghentikan sekaligus mengalihkan pembicaraan kami yang sempat kaku.

Ia nampak melebarkan pupil matanya, dan mengangkat tinggi kedua alisnya. Aku menoleh ke arah meja belajarku, dan ia pun menatap sejurus.

"Makanan yang tadi gue beli buat lu.."

"Makan tuh, nanti keburu di makan mbak kunti." Sambungku, membuatnya dengan sigap menyambar bunga melati yang sudah sedikit layu.

.

.

.

.

Tok tok tok...

Suara pintu kamarku di ketuk. Aku yang sedang mengolesi kanvas dengan kuas pun terhenti. Menatap ke arah pintu meski tak bergumam. Berharap ada suara yang akan memberitahukanku apa maksud dari kedatangannya.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang