𓊈57𓊉 Bertemu Lagi

12 1 0
                                    

Selepas shalat isya, aku langsung menghempaskan diri ke atas kasur, ketika wudhu masih menempel di kulitku. Aku mengebaskan tempat tidur dengan sapu lidi dengan diameter sebesar genggamanku dan panjangnya seperti lenganku.

Kun duduk dengan memberikan jarak yang lumayan jauh dariku sedang bermain uno balok seorang diri.

Ia memberi jarak karena aku masih ada wudhu, dan ketika shalat, ia menghilang sejenak dan meninggalkan tumpukkan uno tersebut. Tapi begitu aku selesai mengucapkan salam, ia muncul secepat kilat ke tumpukkan uno tadi. Bersemangat sekali ingin memainkannya.

Tapi setelah ku perhatikan, ternyata ia tidaklah tahu cara memainkan benda itu. Alhasil, ia hanya menyusun bertumpuk balok-balok tersebut bak sebuah rumah dengan warna sepadan. Menyadari sedang ku pandangi, ia menatap cengo ke arahku.

"Bisakah kamu ajari saya main ini?"

"Gak!" Singkatku sambil menutup mata dan berpura-pura tidur.

"Oh, oke!" Ia mengabaikan dan bermain sesuka hatinya.

"Kamu punya barbie tidak?" Aku langsung terkesiap, membuka mata dan menyelis menatapnya.

"Ya enggak lah! Gue kan laki! Mana mau main barbie! sint*ng!" Gerutuku kesal.

"Saya mau buat rumah-rumahan untuk tuyul, ya kira-kira ukurannya setinggi barbie, jadi..."

"Aahkk!!" Ia menjerit ketika tumpukkan uno yang mulai nampak seperti sebuah saung ku lempari dengan bantal guling. Tumpukkan uno tersebut runtuh bak baru saja kena hantaman tsunami.

"Rumah tuyul saya!!!!" Pekiknya seolah tak rela dan tak terima atas perbuatanku. Aku hanya tekekeh melihat reaksinya.

"Ceritanya, di rumah tuyul lagi kena longsor." Ujarku seraya terbahak.

"Longsor apanya!!!!" Pekiknya sambil menatap sengit ke arahku.

"Lagian lu mau melihara tuyul?! Pakai dibuatin rumah segala, kayak lu sendiri udah punya rumah aja. Makan juga masih minta ke gue!" la bersungut-sungut tanpa suara mendengar ocehanku.

Ia mulai menyusun ulang uno yang ku hancurkan tadi, tanpa menggubris perkataanku. Ia memainkannya sambil memunggungiku. Nampaknya dendam sekali ia pada ulahku. Haha, aku jadi senang mengganggunya. Apa begini ya perasaan setan ketika mengganggu manusia, tapi ini kebalikannya. Manusia yang mengganggu setan. Beneran deh, rasanya menyenangkan. Haha.

"Gue mau tidur ah.. Lu main aja ya, tapi jangan berisik!" Gumamku sambil memejamkan mata, meskipun Kun enggan menyahutnya.

.

.

.

.

Aku terpejam sebentar dan rasanya baru saja berjalan ke alam mimpi. Aku berada di atas gedung yang sangat tinggi, bahkan aku melihat orang-orang yang ada di bawah hanya sebesar kuku jari.

Tiba-tiba saja tubuhku berlari kencang, seolah ingin melompati gedung yang berada di seberang. Namun tiba-tiba kakiku terpeleset dan jatuh dari atas gedung,

Brak!!

Tubuhku mengalami kejut, dan seketika aku terbangun. Ternyata aku sedang mengalami mimpi terjatuh dari atas tempat tinggi atau di sebut myoclonic jerks. Tentu semua orang pernah mengalami hal ini.

Aku menjulurkan tangan ke bawah kolong dengan kesadaran yang masih setengah dan meramah ponsel yang ku letakkan di atas lantai di samping tempat tidurku. Ku gapai ponsel tersebut dan ku lihat jam yang ada di sana.

Ternyata jam satu malam. Aku mengedip sambil meletakkan ponselku kembali. Aku mengalihkan pandanganku, namun sekelabat mataku menangkap sosok putih di atas lemari pakaianku.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang