𓊈69𓊉 Pengakuan

13 2 0
                                    

Kami terdiam lumayan lama. Meski kami terbungkam, namun di sini tidaklah sepi senyap. Bukan sekolah namanya kalau tidak bising dan berisik. Di tambah lagi keramaian hiruk-pikuk ini di selingi dengan tertawaan Kun yang terus menerus memekik di telingaku. Aku mencoba diam dan berpikir, apa pertanyaan bagus yang hendak ku katakan pada Dara, padahal ini adalah saat yang ku tunggu-tunggu untuk menguaknya. Namun sekarang aku malah kebingungan, dan apakah aku juga harus mengaku, kalau sebenarnya aku pun dapat melihat hantu. Maksudku Kun?

"Jadi, selama ini.. lu emang bisa lihat hantu?" Tanyaku lumayan takjub. Ternyata di dunia ini, memang ada yang namanya anak-anak dengan kemampuan khusus. Mereka berbeda dan spesial, tapi tak ada sedikitpun cara untuk dapat membedakannya. Mereka sama saja dengan kita, yang membedakan hanyalah indra perasa mereka lebih dari lima.

"Iya!" Singkatnya. "Kalau lu nganggep gue gila, oke! Gak apa-apa.. gue emang gila di mata orang-orang normal, karena pandangan kita itu berbeda, apa yang kita lihat itu gak sama!" la menekan nada bicaranya pada beberapa kalimat seraya mengeraskan rahangnya. Aku termenung menyaksikannya.

"Dari kecil, gue udah bisa ngeliat sesuatu yang gak pernah kelihatan di mata orang lain!! Gue kira mereka itu badut berwajah seram, atau atraksi sulap yang bisa membuat tubuh mereka berpindah-pindah, kepala mereka menggelinding di bawah tanah, dan masih banyak lagi yang gue liat!!" Aku menelan ludah mendengarnya. Melihat Kun berubah jadi seram pun aku sampai pingsan ketakutan, apalagi melihat semua penampakkan yang di lihat Dara tadi.

Sepertinya orang-orang dengan kemampuan khusus memang di pilih dan di takdirkan untuk tak takut pada benda-benda seperti itu. Maksudku makhluk.

"Dan sejak awal lu masuk dan menyelesaikan misi dari Maxim di gudang, gue liat.. ada hantu laki-laki yang ngikutin elu!" Ujarnya hingga membuat Kun mengembalikan posisi tubuhnya yang terbalik seperti semestinya.

"Nama saya Kun!" Timpal Kun sambil mengernyit menatap Dara.

"Namanya Kun?" Tanyaku hingga membuat Dara terkesiap. Kedua matanya terbelalak dan ia mengernyit menatapku dengan heran.

"Kok.. elu bisa tau?" Tanyanya takjub.

"Gue juga bisa liat, ini dia kan?!" Ujarku sambil menunjuk ke arah Kun. Yang sedang menjulingkan matanya sambil menyeringai. Mengesalkan! Dia tak bisa bergaya sedikit lebih keren apa?

"Haii name saye Kun dan ini adik saye Agem! Ini kisah kami berdue.." Ucap Kun sambil memplesetkan namaku. Dara meringis geli, dan agaknya tidak terlalu percaya atau merasa takjub. Aku tak mengerti reaksi yang sedang ia berikan itu. Dara itu misteri bagiku.

"Jadi.. elu.. indigo juga?" Tanyanya setengah memekik dan menunjuk ke arahku.

"Ssst!!" Desisku hingga membuatnya terkesiap dan segera menutup mulut dengan tangannya.

"Jadi elu indigo?" la mengulangi pertanyaannya dengan nada yang lebih pelan dari pada sebelumnya.

"Lu juga bisa liat hantu yang rambutnya tergantung di sana?" la menunjuk ke sebuah pohon, namun aku hanya menggeleng. "Kalau di sana?" la menunjuk ke atas langit-langit parkir, dan aku kembali menggeleng. "Yang di pagar?" la melanjutkan, dan aku masih saja menggeleng. Hingga akhirnya Dara mengernyitkan dahi dengan mulut yang ternganga. "Kok gak bisa semua?" Aku mendengus tawa mendengarnya.

"Kita adalah orang berkemampuan khusus yang gue bilang tadi.. ada yang cuma bisa merasakan, dan ada yang bisa melihatnya langsung. Dan gue cuma masuk kategori orang yang cuma bisa merasakannya." la mengernyit bingung.

"Tapi... kok lu bisa liat dia?" Dara menunjuk ke arah Kun.

"Kun hei!! Kun!!" la membentak untuk memberitahukan namanya. Nama pemberian dariku untuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang