𓊈34𓊉 Fakta Baru Masa Lalu

9 2 0
                                    

Aku menelan ludah. Kedua mataku menatap abah tapi abah mungkin tahu, kalau pikiranku tak ada di sini. Aku berpikir dalam jenuh, apa yang harus ku katakan pada abah, di satu sisi, aku merasa Kun layaknya saudara kandungku, mana mau aku di pisahkan darinya. Tapi di sisi lain, kalau aku membiarkan Kun tetap bersamaku, apa yang akan di pikirkan nenek dan kakek tentangku? Aku memang tak perduli pikiran orang lain tentangku, tapi beda cerita kalau pikiran itu muncul dari orang terdekatku. Aku akan sedikit bimbang dan mengalami dilema untuk menentukan pilihanku.

"Gimana Gam?" Tanya Abah lagi. Dan tubuhku langsung terkesiap ketika ia menyergapku dengan pertanyaan singkat namun begitu rumit bagiku.

Aku terdiam cukup lama. Memandang satu persatu wajah abah, kakek, nenek, dan juga adik kecil yang sejak tadi terpaku menatapku.

"Kalau gak ganggu, di biarin gak apa-apa kan bah?" Tanyaku hingga membuat kakek terkesiap. Sepertinya ia kaget sekali dengan pertanyaanku barusan.

"Gak apa-apa sih.. Jagain kamu juga dia."

"Kamu gak takut Gam? Itu sejenis setan atau jin loh.. Kamu yakin?" Tanya kakek seolah mendesakku. Aku tahu, pasti kakek ingin makhluk itu pergi saja dari sisiku.

"Gak kek. Kan Agam takutnya sama Allah." Sahutku hingga membuat kakek bungkam. Tubuhnya yang sempat kaku langsung sedikit rileks mendengar jawabanku.

"Apa gak apa-apa, Juan?" Tanya kakeku lagi pada Abah. Nampaknya ia masih saja ragu pada pendapatku, dan memilih menanyakan lagi dengan orang yang lebih mengerti.

"Gak apa-apa..." Sahut abah tenang. Ia memandangku sambil bernapas teratur, dan aku bisa mendengar deru napasnya itu.

"Minum dulu.." Tawar nenek sambil menunjuk secangkir teh hangat yang berada di atas meja. Abah pun bergegas untuk menyeruputnya sedikit demi sedikit.

Aku lumayan terkejut sih, ternyata abah punya kemampuan menyembuhkan benda gaib. Aku terus menatapnya dengan terkesima. Ini lebih pada pengobatan alternatif dan menggabungkannya dengan rukiah. Ada doa-doa dari ayat Al Qur'an di dalamnya, dan sebagiannya ayat yang tak pernah ku dengar sebelumnya.

Awalnya aku merasa gelisah dan tak nyaman pada tiap ayat yang di lantunkan abah, sampai ketika aku merasakan mual dan mengeluarkannya melalui mulutku. Setelah itu aku mulai merasa tenang dan nyaman pada setiap lantunan ayat suci yang di bacakan abah.

"Kenapa liat abah begitu? Kagum ya?" Tanya abah lagi hingga membuatku dengan cepat melirikkan mataku ke arah lain.

"Yang ngobatin kaki kakek yang bengkak juga abah ini." Sambung kakek sambil menatap Abah yang terus menyeruput teh hingga habis.

"Tapi, Juan.. Cucu saya ini.. agamanya bagus loh, ngajinya rajin.. dzikirnya juga.. kok setan bisa nempel juga, dia kan bersih." Abah tersenyum mendengar pertanyaan kakekku.

"Kan jalannya sudah ada. Terus jangan salah kek, makhluk begitu, milih-milih orang buat dia masukin. Justru mereka suka sama badan yang bersih. Terus dia ini wangi.." Aku kembali mengernyit.

Kenapa sejak tadi Abah selalu menyebut kalau aku ini wangi?? Apa sih maksudnya?? Tapi, kedengarannya itu benar, karena Kun pernah bilang kalau bau darahku ini enak.

"Saya, pamit dulu ya kek.. Ada yang nungguin di rumah." Sahut abah seraya beranjak. Adik kecil pun ikut beranjak dan mengekori abah sambil menarik baju gamis abah.

"Siapa bah?" Tanyaku penasaran.

"Pasien abah.." Lakarnya sambil tertawa renyah, memperlihatkan gigi-giginya yang putih.

"Biasanya, orang yang nyamperin abah ke rumah, tapi karena abah kenal kamu, jadi abah yang datang ke sini." Ucap abah seraya bergeser melewati meja.

"Abah udah denger cerita Iren tentang hilangnya kamu di benteng. Jadi abah khawatir.. Apalagi abah udah liat sendiri kamu di masjid subuh tadi." Ucapnya seraya berjalan perlahan ke arah pintu.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang