𓊈29𓊉 Sudah Sampai?

13 2 0
                                    

Setelah kepergian Iren, aku termenung sejenak di atas ranjang dari kayu. Menatap ke arah jendela, yang menampakkan suasana halaman depan rumah nenekku. Ada pohon mangga besar di dekat jendelaku, dan di sisi yang paling menempel di jendela adalah pohon srikaya. Pohon ini berada di sana seolah di peruntukkan meneduhkan kamarku.

Entah kenapa aku merasa kepalaku sedikit berdenyut selepas Iren menyebut sesuatu tentang benteng bekas Belanda. Apa semistis itu? Atau aku hanya terlalu lelah memakai kendaraan sejauh itu? Aku kan sudah lama tidak naik motor karena belum punya SIM. Ibu dan ayah tak mengizinkanku memakainya ke sekolah, takut di razia. Karena setiap pagi, ada beberapa polisi baru yang menjaga di simpang-simpang jalan.

"Gam, saya mau nonton laptop." Pinta Kun hingga membuyarkan suasana. Aku menoleh sedikit ke arahnya, menatapnya dari antara pundakku.

"Mana punya nenek laptop!" Sahutku sambil menghadapkan tubuhku ke arahnya.

"Kamu tidak ganti baju? Bongkar-bongkar tas dulu kek." ucapnya hingga membuatku beranjak. Benar juga, aku harus ganti baju. Panas juga pakai hoodie setebal ini. Lagian rumah nenek kan pakai AC alam, jadi tak sesejuk di kamarku.

Aku pun membuka tirai yang menutupi lemari tua yang kayunya sedikit menjadi bubuk di bagian sekat dalam. Ku rogoh tas ku, dan ku buka resletingnya. Menampakkan beberapa bajuku yang terlipat rapi.

Ku keluarkan satu persatu bajuku, dan ku susun di dalam lemari. Ku timpa foto bayiku dengan tumpukkan baju. Tanpa sengaja, ada sesuatu yang jatuh dari dalam tasku, yang terlewat dari jangkauan tanganku. Kun segera menghampiri dan memungut benda tersebut ketika aku belum sempat melihatnya. Aku mengernyit, penasaran dengan benda yang kini ada di tangannya.

"Apa tuh?" Tanyaku sambil menyipitkan mataku.

"Sikat gigi saya, yang semalam kamu buang!" Sahutnya sedikit ketus. Aku hanya menggeleng, masih sempat-sempatnya ia menyusupi barangnya ke tasku. Tanpa sepengetahuanku pula. Dasar! 2

Aku mengalihkan pandanganku darinya, dan kembali mengeluarkan barangku. Tiba-tiba sesuatu yang lain kembali jatuh, membuatku mengernyit sambil menatap benda yang tergeletak tersebut.

"Mouse?" Gumamku sambil mengerutkan dahi. Aku langsung menatap ke arah Kun, dan ia hanya terdiam membalas tatapanku. Ku pungut mouse yang terjatuh tersebut, dan ku letakkan di antara bingkai fotoku.

"Mencurigakan!" Keluhku sambil merogoh tasku lebih dalam. Dan ada benda lain yang ku temukan selain baju, celana, dan handuk.

"Charger laptop??"

"Cooling pad?"

"Laptop?" Gumamku bergiliran ketika menemukan barang yang tak ku masukan itu.

"Terimakasih!" Balas Kun sambil menyambut barang-barang tersebut.

"Pantesan yaa, tas gue rada berat! Ternyata elu

yang masukin barang lain ke dalamnya??" Keluhku dengan nada suara yang tertekan.

Jengkel sekali aku pada hantu yang satu ini. Kapan coba dia masukin semuanya?

"Ini tidak berat, saya niatnya tadi mau masukin komputer." ujarnya polos hingga membuatku tambah jengkel.

"Cu!! Ke dapur yuk.." Tiba-tiba nenek memanggilku dari kejauhan.

"Nenek beli kue!" Pekik nenek lagi dari arah dapur, dan seketika meredakan kekesalanku. Aku segera beranjak sambil menoleh ke arah Kun dan menunjuknya.

"Gak usah ikut! Tunggu di situ!!" Seruku dengan suara mengintimidasi. Ia hanya terdiam menatapku yang sudah membalikkan tubuh.

Aku menyibak tabir dan berjalan gontai menyusuri ruang santai dengan satu TV tabung berserta kasur kapuk yang di geletakkan di atas lantai tepat di depan tv, serta satu buah kursi plastik tak jauh dari kasur tersebut.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang