EPISODE 1

832 185 31
                                    

Ledakan terdengar begitu keras hingga mengguncangkan permukaan tanah.

Dari kejauhan terlihat bangunan seperti stadion tertutup yang mengeluarkan asap dari bagian tengah bangunan yang seharusnya tertutup sempurna.

"Hahaha–Haaa." teriak seorang laki-laki bertelanjang dada terbang dari lubang stadion yang mengepul.

Laki laki itu berwajah tampan auranya benar benar seperti iblis untuk saat ini. Rambut yang tak terlalu panjang dan hidung yang lumayan mancung dengan bola mata yang kini berwarna merah menyala.

"Tuhan...! Apapun namamu di dunia ini.. aku, akan menjadi bencana dan membawa manusia ke neraka dimanapun aku berada.. tuhan sialan..." amuk lelaki itu sembari menatap langit yang mulai menghitam.

Dari arah bawah, lengan besar berwarna emas menghantam telak laki laki itu. Sehingga kini dia semakin tinggi entah sampai langit yang mana.

Di dalam ruangan, terlihatlah seorang aki aki berjenggot putih panjang mengenakan pakaian biksu dengan warna merah putih yang nyentrik.

"Haduh duh duh, langsung main gas saja ya." ujar seorang bapak bapak berjenggot hitam dengan pita di ujung jenggotnya yang berbentuk salib.

Tak lama berselang, mereka berdua sudah berdiri berdampingan sembari menatap ke arah langit.

Beberapa detik kemudian dari arah lain yang tertutup oleh kegelapan ruangan dan tumpukan reruntuhan, seorang bapak bapak sepantaran bapak bapak berjenggot hitam muncul mengenakan pakaian putih dan celana hitam dengan sorban yang diikatkan di kepalanya.

"Astaghfirullah.." dengan senyuman tipis di bibir nya, bapak bapak itu berjalan ke arah cahaya.

Mereka berdua berbarengan memalingkan pandangannya ke arah bapak bapak itu sembari melirik lirik memastikan.

"Ustadz, jangan lah berkata demikian. Saya merasa bersalah." ujar aki aki yang masih mengeluarkan aura emas di sekitarnya.

"Sudahlah guru, aku hanya sedang menahan emosi ku dengan membaca nama tuhan ku saja. Jadi janganlah dianggap berlebihan" jawab bapak bapak bersorban yang kini terlihat jelas dalam cahaya.

Terlihat dengan jelas, bapak bapak bersorban itu membawa sebuah pedang melengkung dengan dua mata pisau di ujungnya. Dengan wajah yang brewokan namun rapi dan mata yang cemerlang menatap mereka berdua dengan cermat.

'Brugh..' suara reruntuhan terdengar tak jauh dari posisi mereka bertiga yang baru saja berkumpul.

Sepersekian detik kemudian, seorang laki-laki mengenakan pakaian yang sedikit kekurangan bahan meloncat dari balik reruntuhan itu.

Laki laki itu kini berada beberapa langkah dari cahaya yang menyinari mereka bertiga.

Laki laki itu akhirnya terlihat dengan jelas setelah beberapa langkah menuju cahaya yang hanya melingkar saja. Dengan selendang yang menempel pada badannya dan celana panjang yang awut awutan, wajah pria itu begitu kuno untuk dilihat.

Dengan mata hitamnya yang pekat menatap tajam kearah sekeliling dengan begitu agresif yang mengatakan bahwa dia benar-benar sangat marah pada saat ini.

"Eh.., nampaknya ada yang lebih bersemangat ya." ujar bapak bapak berjenggot hitam tepat di sebelah kanan laki laki itu.

"Hah.." tak diduga, laki laki yang terlihat marah kini malah membuang nafas mengeluh.

"Kenapa harus sekarang sih.., ini kita lagi reuni.." ujar kesal laki laki yang tampaknya lebih muda dari kedua bapak bapak tadi.

"Hem." jawab singkat dengan senyuman dari seluruh orang yang sedang berkumpul.

SpirituilS 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang