EPISODE 4.1

138 109 10
                                    

Di dekat pohon rimbun, terbangun Jems dari pingsannya.

"Euh... ini dimana?" Kata Jems terduduk.

Dia menyipitkan matanya karena cahaya yang begitu terang namun panas yang tertutup oleh rimbunnya pohon.

"Bahu ku?"

Dengan panik Jems memegang bahunya yang kini terbungkus oleh kain.

Masih berdarah namun sedikit lebih baik karena ikatan kain yang membungkus luka yang mengucur.

Jems mengalihkan pandangannya pada kepulan asap yang membungbung di langit biru.

"Arah itu kan.."

Dari arah tersebut dapat dipastikan bahwa itu adalah tempat dimana Jems pingsan.

***

Lima menit sebelumnya.

Efnday berjalan menuju Jems yang terkapar dengan darah membasahi bajunya hingga berwarna merah.

'Krak..'

Kain baju lengan kanan Efnday terlepas seiring suara yang nyaring terdengar.

Efnday lalu menalikan kain yang ia robek di luka Jems yang terus mengucur dan setelah melakukanya Efnday menggendongnya ala tuan putri.

"Hayesen." kata Apollo. "Sebaiknya kau membawa Gaya juga"

"Aiyay." kata Hayesen yang langsung berada di depan Gaya yang pingsan.

Efnday dengan kecepatan diatas kata upnormal menghilang dari pandangan Apollo sembari membawa tubuh Jems.

Beberapa detik kemudian, Efnday telah kembali berada di tempatnya setelah pergi entah kemana membawa Jems yang tak lagi dia gendong dan disaat yang sama, Hayesen pun menghilang membawa Gaya yang pingsan.

"Namamu Apollo kan?" Tanya Efnday.

"Dan kau Efnday kan?" Tanya balik Apollo dengan senyuman bebalnya.

"Apa maksudmu membullynya?"

"Siapa-Jems? Oh... haha-jangan di bawa hati itu tadi cuman bercanda"

"Jadi.." Efnday sudah menghilang dari tempatnya.

'Cuing' Efday muncul satu langkah didepan Apollo.

"Heh"

'Dug-Duar!!.'

Bogem mentah menghantam pipi Apollo dengan telak dan membuatnya terdorong hingga merobohkan jaring pembatas dan merobohkan pohon yang cukup kokoh.

"Kalau aku memukulmu bahkan membunuh mu aku akan bilang saja pada dunia ini "itu hanya bercanda" sialan..." kata Efnday melanjutkan perkataannya.

"Gugh-ah.. itu sakit sialan." Kata Apollo terduduk dari jatuhnya yang telak.

Efnday kembali berjalan mendekati Apollo yang kepayahan dan Apollo sudah berdiri kembali dengan bersiap merencanakan sesuatu.

"Sebenarnya apa spiritual mu itu hah?" Tanya Apollo kesal.

"Entah lah, siapa yang peduli."

Efnday membungkukkan badannya dan itu adalah posisi start jongkok.

'Duar..'

Tanah Efnday berpijak terangkat dibarengi tubuhnya yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arah Apollo yang terlihat tenang.

Satu langkah sebelum Efnday meluncurkan bogem mentah, Apollo sudah menancapkan sebuah pisau dapur yang tepat mengenai dada kanan Efnday.

Efnday lantas terjatuh dari seranganya.

SpirituilS 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang