EPISODE 3.0.1

176 142 4
                                    

Efnday berlari ke arah kerumunan orang yang berlari ke arah sebaliknya.

'Dug' benturan antara dua bahu yang bertabrakan.

Tepat saat bertabrakan, Efnday merasakan kemarahan yang luar biasa memasuki hatinya.

Mata Efnday perlahan berubah warna jadi merah terang dan garis-garis bermantra mulai menyelimuti sebagian lehernya.

"Hah... nikmatnya kebencian.." ujar seseorang didalam hati Efnday.

Perkataannya terdengar jelas di seluruh kepala Efnday hingga membuatnya merinding.

"Siap...!" Teriak kesal Efnday membuat seluruh orang melihatnya ngeri.

Mata kanan Efnday berwarna merah menyala namun yang satunya tidak dan semua orang yang panikan tak sempat menyadari lantas terus berlari.

Efnday reflek mencari seseorang yang menabraknya tadi. Dia sadar bahwa kebencian yang berada di hatinya itu tak berdasar dan bukan juga miliknya.

***

Satu jam sebelumnya.

"Ok, dikarenakan kalian dibagi beberapa kelompok dan aku mana mungkin menjadi mentor kalian. Maka dengan ini aku nyatakan peraturan ketiga-yaitu..., aku tidak akan ikut campur dalam perburuan kali ini" jelas L tersenyum ramah.

"Tunggu." kata M memotong.

"Yes..." teriak riang Deiva.

"Ok, dikarenakan semua setuju kita mulai saja. Jaga diri kalian-yahaha" lanjut L tidak mendengarkan keluhan muridnya.

L seketika menghilang super cepat setelah mengatakan kalimat perpisahan yang menyebalkan.

Kini para murid kelas S mulai berjalan dengan timnya masing-masing meskipun dengan perasaan ingin bunuh saja guru itu.

Tapi perasaan mereka sepertinya akan mereka bawa sampai mati. Karena pada dasarnya mereka tahu bahwa guru mereka adalah seseorang yang ditakdirkan menduduki puncak Spirituils.

"Efnday ya... rasanya damai bersamanya. Apa mungkin dia menyerap seluruh nafsu ku ya? Mungkin... tapi kuharap sih itu benar. Karena kalau itu benar... dia bisa jadi yang terkuat." Jelas L berbicara dengan dirinya sendiri.

***

Efnday berlarian mengejar seorang berjubah hitam yang telah memasuki gang, Efnday lupa dengan tujuan awalnya membantu Siddharta dan Eissa.

Kini yang hanya ada di benak Efnday hanyalah bagaimana cara menghajar orang berjubah hitam.

"Tunggu sialan...!" Teriak Efnday super emosi.

Orang berjubah hitam menghentikan langkahnya menuju kegelapan gang yang lebih dalam.

"Kenapa... kenapa kau membenci dirimu sendiri begitu dalam...? Emosimu, aku bisa mengetahuinya monyet."

Perkataan Efnday sukses membuat badannya berbalik dan menunjukkan wajahnya.

Rambut panjang hitam kebiru biruan tatapan mata membunuh dipenuhi kekosongan ditambah wajah indah seperti lukisan membuat Efnday sedikit gemetar kegirangan.

"kenapa kau bilang? Kalau pun kau tau, apa urusanmu?" Tanya balik orang berjubah hitam.

"Itu menjijikkan dan lagi-" teriakan heroik Efnday terhenti "kau cewek ya?"

"Cih, menyingkirlah dasar anak emas. Wajahmu membuatku tak nyaman."

"Tidak. Sebelum aku menghajarmu. Dasar orang yang sok tersakiti."

SpirituilS 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang