EPISODE SEPESIAL: SIDDHARTA VS EISSA

55 40 3
                                    

Jauh sebelum datangnya anomali berjalan bernama Efnday.

Jumat pagi di dalam kelas Aadhiaatmik. Siddharta duduk berdua dengan M membahas permasalah serius.

"Bagaimana ini M. Aku di kabarkan akan dijodohkan oleh ayahku." Kata Siddharta panik.

"Bagus lah. Kau tidak lagi terjebak dalam kemaksiatan bernama pacaran." Jawan M menatap layar gawai.

Siddharta tertegun mencerna kata M seolah mendapatkan ide berlian.

"Itu dia M." Siddharta berdiri dengan semangat. " Aku harus mencari pasanganku sendiri sebelum hal itu terjadi. Kau memang jenius anak muda. Sekarang biarkan aku berkelana mencari cinta."

Siddharta lantas keluar menuju pintu meninggalkan sendiri M dalam kelas.

"Kau mau kemana Sid?" Tanya M.

"Mencari cinta."

"Orang friendly sepertimu akan susah mencari pasangan. Semangat."

"Tentu kawan."

Tepat di depan pintu Siddharta berdiri namun ia malah terhenti.

"Tidak jadi?" Tanya M memperhatikan.

"Tentu tidak." Siddharta tersenyum bersemangat. "Aku datang cintaku..."

Pintu terbuka namun bukan Siddharta yang melakukanya.

"Oh, Hay Sid." Eissa terkejut melihat Siddharta yang tepat di samping pintu.

Dunia Siddharta berhenti sejenak. Perkataan yang sebenarnya hanyalah sebuah candaan pembangkit semangat, kini ia menemukan cinta itu datang padanya.

Eissa lantas melangkah menuju kursi favoritnya namun sebelum langkahnya semakin jauh. Dengan rambut kepang panjang berwarna sedikit kemerahan ia kembali terhenti berbalik ke belakang mendengar suara 'Debuk'.

"Eissa. Maukah kau menikah denganku." Kata Siddharta berlutut.

***

Beberapa bulan setelah insiden lamaran dadakan. Kini di resort pulau terapung.

"Bagaimana moksa mu?" Tanya Eissa.

Siddharta berbalik menghentikan langkahnya. Ia menggunakan kaos hitam ketat membentuk tubuh atletisnya.

"Eissa." Siddharta tersenyum. "Apa kabar?"

"Hehe" Eissa tertawa kecil lantas mendekat. "Aku baik. Bagaimana dengan moksa mu tuan raja?"

Eissa berhenti dua langkah didepan Siddharta yang bingung mau melakukan apa.

"Baik. Tapi tidak dengan keadaan sekarang kan." Jawab Siddharta teringat insiden penyerangan.

"Iya aku tahu. Untung L datang tepat waktu ya."

"Dia memang selalu begitu."

"Bagaimana kalau kita-"

"Maaf Ei. Aku harus melakukan latihan lain." Potong Siddharta tersenyum hampa.

Eissa terdiam mematung memaklumi sifat Siddharta yang sudah seperti itu semenjak kepergian ayahnya.

"Kenapa dirimu berubah begitu jauh Sid. Ada apa denganmu? Tapi aku tahu kenapa dirimu melakukan ini. Tapi aku tak ingin mengerti." Kata hati Eissa menunduk mengangguk ringan.

Namun sebelum Siddharta berbalik.

'Duk' Kening Siddharta menempel di ubun ubun Eissa.

"Percayalah aku tidak berubah Ei. Aku hanya ingin lebih kuat untuk negara dan tentu untuk orang yang kucintai." Kata Siddharta lantas berbalik berjalan meninggalkan Eissa yang tersipu.

Tubuh Siddharta menghilang dibelokan ruangan dan dari arah belakang Eissa yang masih tersipu menunduk.

"Ku bilang pak L jika kau masih menunduk begitu ya." Kata Deiva tepat satu langkah dibelakang Eissa.

"Apa sihh!" Teriak malu Eissa diiringi tawa Deiva.

Malam pun berjalan dengan semestinya dan Siddharta kembali melanjutkan latihan lainnya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author: Syapi

Editor: Padut

SpirituilS 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang