EPISODE 5.1.0

104 89 7
                                    

'Duarr' ledakan mengakibatkan kepulan asap.

Bau gosong tercium dari tubuh Efnday yang kini berdiri mematung merasakan sekitar.

'Syung-Duar..'

Sebuah sabetan senjata tajam hampir mengenai Efnday namun dengan gerakan yang halus ia hindari.

Kepulan asap membungbung cukup tinggi menghalangi pandangan ditambah dengan sinar bulan yang terhalang awan semakin mencekamkan suasana.

'Cuing'

Seseorang keluar dari kepulan asap yang dia ciptakan dan perlahan lahan kepulan asap mulai menghilang.

Sinar bulan mulai menerangi pandangan dan Efnday mulai terlihat di balik kepulan asap yang semakin menipis.

"Kau punya agama tidak sih?" Tanya Efnday pada seorang pria di depannya.

"Apa masalahmu kalau aku tidak mempunyainya" jawab pria itu yang suaranya tak asing.

"Tidak ada sih-Tapi, ucapkan salam yang benar bisa kan? Lagi pula siapa namamu?"

"Heh-Aku. Ini pertemuan kedua kita dan untuk pengingat siapa yang akan membunuhmu" kata pria itu membuka kupluk hitam. "Salam kenal Efnday. Aku Orato-mengakuimu sebagai musuh yang layak dibunuh dengan hormat."

Orato mengatakannya dengan senyuman psikopat di bibirnya ditambah sinar bulan yang kian bersinar membuat wujud mereka terlihat begitu jelas.

***

Beberapa hari sebelum itu.

Kereta sudah berhenti beberapa menit yang lalu dan kini Efnday berada di depan pintu keluar gerbang yang terbuka.

Sorotan cahaya matahari yang terhalang oleh atap bening berwarna biru membuat seluruh stasiun berwarna biru remang remang.

Stasiun begitu ramai dipenuhi manusia dan berpuluh puluh kereta yang berjejer.

Efnday melirik lirik sekitar dengan kekaguman yang tak bisa ia ucapkan. Mungkin karena ini pertama kalinya ia melihat stasiun semegah ini dan seaneh itu.

Terlihat rel yang mengapung di udara dan beberapa menyambung dengan rel tanah.

Rel yang mengapung terus memanjang menuju stasiun selanjutnya yang entah dimana. Efnday berkumpul dengan teman-temannya kembali yang keluar terlebih dahulu.

"Sudah semua ini teh?" Tanya L.

"Sudah.." jawab serempak Efnday dan kawan kawan.

"Ok kalau begitu..." L memanjangkan perkataan agar terlihat dramatis. "Eissa, bagaimana jemputannya?"

Tatapan kecewa terlihat dari murid muridnya berharap ia melakukan sesuatu namun kini L malah berbincang dengan Eissa dan tidak peduli pada yang lain.

Setelah obrolan selesai kini L kembali berbalik melihat murid muridnya yang lesu.

"Ok anak anak kita tunggu bus yang akan menjemput kita. Ayo pergi dan tunggu di luar stasiun." ajak L semangat.

"Yey.." jawab serempak lesu.

Mereka melangkahkan kakinya kembali dan disaat yang sama pula Efnday masih melirik lirik area stasiun yang bertingkat tingkat.

Dua menit berselang dan bis pun akhirnya tiba tepat waktu saat Efnday dan yang lainnya datang.

Waktu berjalan dan roda pun berputar diiringi mesin yang tak bersuara nyaring lantas bangunan pun tertinggal dibelakang.

SpirituilS 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang